" Vid , aku kok merasa kasihan ya sama bang Ipung." Kataku " Sepertinya kita jahat sama dia. Sikap kita tadi mungkin tidak manusiawi."
" Sadira, lu tau gak tadi gue jam berapa sampe sana ?" Vidi bertanya
" Gak tau." Jawabku singkat sambil merapatkan jaket yang ku pakai " Emang jam berapa ?"
" Tadi gue sampai sana sekitar jam delapanan." Katanya
" Berarti hampir samaan dong, kita juga jam segituan Vid." Kataku " Lalu, kenapa baru nyamperin ? "
" Sengaja gue perhatikan lu dari jauh. Pengen tahu gimana sikap lu kalau gak ada gue. " Jawabnya " Jadi tadi juga gue liat semua kelakuan si Ipung sama cewek gue."
" Sepertinya kalau Vidi ada bang Ipung gak akan mepet - mepetin Dira."
" Tadinya gue juga gak akan begitu, Cuma gue liat si Ipung itu sudah bersikap berlebihan " Vidi menghentikan langkahnya " Insting cowok mempertahankan apa yang menjadi miliknya, tadi sebenarnya gue emosi banget liat Ipung mepet lu terus, pake kenalin lu ke temannya seolah lu pacar dia. Cowok lain juga pasti emosi kalau liat begitu mah Dir, beruntung gue masih bisa menahan emosi." Vidi memegang bahuku " Bukan gue jahat atau gak manusiawi, tapi gue mempertahankan apa yang menjadi milik gue."
Aku tersenyum membalas tatapan matanya yang lembut " Iya aku ngerti." Jawabku " Jalan lagi yuk ! anak - anak sudah jauh. " aku menggerakkan mataku ke arah teman - teman yang sudah berjalan mendahului.
" Lu pernah jatuh cinta sebelumnya ? " Vidi bertanya
" Waktu SMU dulu pernah naksir cowok kakak kelas. Tapi gak jadian sih." Jawabku " Vidi pernah ?"
" Gue gak pernah, sama sekali gak pernah. Sepertinya hidup gue terlalu datar atau mungkin menyebalkan sampai gak ada satu pun cewek yang ngedeketin gue. " Vidi tertawa " Pagi itu gue lagi di fotocopy liat lu sama si Jaung ngobrol di depan tangga. Gue penasaran makanya ikut sama Jaung nungguin lu selesai kuliah."
" Oh ya ? "
" Iya. Dan setelah hari itu gak tau kenapa gue suka inget Sadira terus. " Vidi mempererat genggaman tangannya " Rasanya gak enak banget Dir, bikin gak konsen. Ngerjain apa aja salah , pergi kemana aja rasanya lu ada tapi gue gak bisa ngapa - ngapain. Gue seperti bermimpi tapi gak tidur. Maunya deket terus, ngobrol terus."
" Lalu..."
" Apalagi waktu libur semester pas lu balik ke Garut, gue merasa tersiksa banget. Mau nyusul kemana gue gak tahu, nomor telepon lu juga gak ada. Eh tau - tau lu udah ngekos." Vidi menarik nafas " maunya sih Sadira tinggal dikosan Gue aja..ha ha ha" Vidi tertawa
" Yeeeee maunya "
" Awalnya sih gue gak akan nembak dulu, gue mau berteman dulu sambil meyakinkan lu suka gue atau gak."
" Waktu itu kenapa nembak?"
" Sebelum jemput lu , si Jaung telepon dan entah bagaimana gue jadi bertekad nembak lu hari itu juga. Gue gak mau ada yang ngeduluin Dir."
" Ngeduluin siapa ? kan Dira gak lagi deket sama siapa - siapa. Lagian kalau ada yang deketin Dira pasti cerita."
" Lu gak tau Dir, cowok yang diam - diam suka mungkin gak Cuma gue. "
" Iya gimana Dira tau? Namanya aja diam - diam suka." Aku tertawa begitu juga Vidi.
" Dan itu rasanya gak enak banget Dir, gue bukan cowok kuat seperti mereka yang terus diam. "
" Emang siapa yang suka Dira ?" Aku bertanya
" Ya gue gak tau. Contohnya si Ipung, kalau gue telat dikit mungkin lu udah jadi pacar Ipung. " katanya " Jadi Enengnya Si Ipung ha ha " Vidi tertawa " Buat gue, mending nembak tapi ditolak itu lebih terhormat dari pada diam menikmati penderitaan seumur hidup."
" Kalau aku dulu waktu masih SMU ada naksir cowok, dia kakak kelas. Pas aku kelas 1 dianya kelas 3. Namanya Dian anaknya hitam manis pake kaca mata. Bukan cowok keren sih tapi Dira suka gayanya yang kalem. Dia aktif Pramuka sama kayak Dira. Gak tau gimana suatu hari cowok itu dipukulin sama si Rendi."
" Rendi siapa ?" Vidi bertanya
" Rendi teman Dira. Teman segeng gitu lah. Tapi Dira gak tahu dia dimana sekarang." Kataku " Stelah kejadian pemukulan itu , Dian tiba - tiba menjauh."
" Dian suka juga sama elu?" tanya Vidi
" Gak tau. Kan gak sempat ngomong ." Aku menjawab
" VIDI SAYANG SADIRA !" Katanya sambil merangkul bahuku.
Aku sudah tak mau berbicara lebih banyak lagi, kata - kata Vidi sudah cukup membuatku mengerti perasaannya kepadaku. Aku hanya menyandarkan kepala di bahunya dan kami berjalan dalam diam menikmati suara langkah kami .Pagi itu aku bangun agak siang, aku lihat Eli dan Monik masih tidur pulas. Ternyata Vidi sudah bangun, dia sedang duduk di sofa sambil nonton TV.
" Uh.....Ny. Fredy bangun kesiangan." Vidi berkata saat melihatku. Aku tidak menjawab hanya duduk di sampingnya sambil mengucek mata. " Cuci muka dulu gih." Katanya
" Bentar, lagi mengumpuli nyawa dulu." Kataku sambil memiringkan badan ke arahnya. Vidi mengusap kepalaku dengan lembut " Tidur dimana ?" aku bertanya
"Sini." Aku langsung mengerti bahwa dia tidur di sofa.
" Kirain sama bang Parlin."
" Gak mau ah, gue takut dipeluk " Vidi tertawa " Kalau Dira yang peluk mah mau."
" Yeeee maunya." Kataku.
Vidi mengambil remot lalu membesarkan Volume TV , sementara tangan kirinya masih memainkan rambutku " Band baru nih." Katanya " musiknya ringan. "
" Iya bener. Gitarisnya mirip Vidi." Aku menegakkan badan lalu menatap wajahnya " Iya mirip banget, Cuma sayang yang itu bukan pacar Dira ha ha ha."
Sejenak kami terlena mendengarkan lagu KITA dari Sheila on 7. Sampai bang Parlin datang dan bergabung bersama kami. " Pagi - pagi dua sejoli ini sedang santai rupanya." Kata bang Parlin " Yang lain pada kemana?"
" Masih pada tidur bang." Jawabku
" Si Iwan gagal manggung lagi semalam ha ha ha." Kata bang Parlin sambil tertawa.
" Iya bang, Kasihan gagal lagi." Aku menjawab, sementara Vidi hanya tersenyum " Dira mau mandi dulu ya bang." Kataku seraya berdiri.
" Iya mandilah Dira , malu sama bang Vidimu ini. Dia sudah ganteng sekali. " Katanya dengan logat batak yang kental.
" Lu gak ajak gue mandi Dir." Vidi menggoda " Kali aja mau dimandiin." Sambungnya lagi sambil tertawa. Aku hanya menjulurkan lidah ke arah Vidi lalu pergi meninggalkan mereka.
" Yeeeee maunya lagi." Jawabku sambil pergi meninggalkan mereka.
Selesai mandi aku kembali bergabung bersama Vidi dan bang Parlin. " Dira, siang ini gue masih balik lagi ke Sunda. " kata Vidi " Gue masuk babak berikutnya ."
" Keren dong Vidi. " Aku memuji.
" Lu mau ikut? Sekalian bang Parlin dan yang lainnya juga. Biar ada suporter ." Kata Vidi
" Mau banget !." Kataku " kenapa kok suka bliyar ?" aku bertanya.
" Lu harus liat dulu baru nanti gue jelasin." Jawab Vidi tersenyum.
Tak lama teman yang lain ikut bergabung bersama kami di ruang TV. Kami masih membicarakan kejadian semalam, tentang kang Iwan yang gagal manggung , Ipung. Dan tentu saja tentang kejadian aku dan Vidi waktu mati lampu.
Siang itu Vidi pergi duluan ke Sunda, sementara aku dan teman - teman akan menyusul kemudian karena masih harus mengerjakan beberapa tugas kuliah.
" Dira aku nyontek ya." Kata Eli
" Boleh tapi nanti pijit Dira ya ?" aku tersenyum ke arah Eli
" Ah Eli Bukan PHB nih." Yeni berkata
" PHB mah yang suka gadein KTP BABE dong hahaha." Aku tertawa.
Selesai mengerjakan tugas aku pergi ke Lantai dua, untuk nonton TV sambil menunggu Yeni dan Monik selesai mandi. Ternyata di sana ada Ipung sedang berbincang dengan Bang Parlin. Melihat aku datang Ipung langsung berdiri dan menatap ke arahku.
" Hay bang Ipung..." aku menyapa duluan
Dengan wajah judes Ipung berdiri menatapku, sama sekali tidak membalas salam dan senyum dariku.
" Parlin aku pulang dulu ya ! aku gak mau ketemu sama cewek tukang selingkuh." Kata bang Ipung sambil menoleh ke arah Bang Parlin lalu pergi dengan kasar tanpa memperdulikanku.
aku melihat mereka menahan tawa dan tawa mereka pecah saat bang Ipung sudah tidak ada." makanya Neng jangan suka selingkuh." Kata bang Parlin
" Iya neng selingkuh sih ha ha ha " Eli menimpali.
Aku hanya duduk sambil tersenyum dan geleng kepala " sebenarnya aku kasihan sama bang Ipung." Kataku " Tapi sebel juga sih ha ha ha."
" Awas sebel nanti jadi sayang lho." Bang Parlin menggodamu. " Kita pergi jam berapa ? " Bang Parlin bertanya
" Bentar lagi bang , selesai mereka mandi." Jawabku
" Aku perhatikan cewek cewek kalau mandi lama banget ya? Belum pake baju , dandan." Bang Parlin bicara " Kecuali kau Dira."
" Dia mah emang jarang mandi bang. Bisanya mandi kucing aja. Asal basah dikit selesai deh." Jawab Eli
" Kalo mandi mah yang wajar aja bang. Kelamaan nanti dakinya luntur." Aku tertawa. " Boneka siapa itu Li ?" aku menunjuk ke arah boneka beruang yang sedang dipeluk Eli. Boneka beruang kecil berwarna coklat dengan hati berwarna Pink di bagian depannya.
" Yeni, Tadi malam di kasi Ismet." Eli mengangkat boneka itu ke arahku "Ini kalau dipijit tengahnya bunyi. Lucu ya Dir ?" Eli memencet bantal hati yang dipegang si Beruang, lalu terdengar suara I LOVE YOU...I LOVE YOU...I LOVE
" Ismet baik banget ya. Senang lah si Yeni." Kataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADIRA
Teen FictionPosting pertama : 24/03/2018. 00.17 up date setiap minggu " Sadira, kalau punya pacar harus sama cowok yang suka mobil antik." kata Vidi " Apa hubungannya ? " Lu bayangkan aja, Mobil tua aja dirawat sampe mengkilat. Disayang - sayang , apalagi paca...