"Sadira..." Gena mengguncang pelan tubuhku "Bangun Dir."
Disaat bersamaan, aku mendengar Hp bergetar di atas meja. Aku membuka mata. Di atas meja ada remot berwarna hitam, dua buah cangkir dan Hp berwarna biru dengan layar menyala.
Ada panggilan masuk. Aku duduk perlahan lalu mengambil Hp.
" Halo." Setengah sadar aku menjawab telepon.
"Dira." Suara Vidi.
Aku menempelkan jari telunjuk di atas bibirku sambil melirik Gena.
" Ya, Vid. Sorry ketiduran." Aku bicara sambil membetulkan posisi duduk. Gena beranjak meninggalkanku, melangkah menuju tangga.
" Gue lagi di Jakarta Dir, ini baru selesai meeting."
" Oh pantesan di telepon gak jawab." Aku merasa lega.
" Udah makan Dir ?" Vidi bertanya.
" Belum. Dira Baru bangun ."
" Jangan lupa makan, gue ini mau langsung balik ke Bandung. Besok ketemu ya." Katanya.
" Iya Vid, hati - hati ya !"
" Iya. Dah " Vidi mengakhiri pembicaraan.
Aku melempar Hp ke atas sofa lalu menghempaskan tubuhku. Mengingat apa yang sebenarnya terjadi. Apakah aku mabuk atau hanya tak dapat menahan kantuk.
Aku lihat Gena berjalan menuruni tangga, aku memperhatikannya sambil berpikir. Film tadi sudah selesai, berapa lama aku tertidur ? aku masih berusaha mengingat apa yang terjadi. Tanganku bergerak meraba tubuhku sendiri secara acak untuk memastikan bahwa pakaianku masih langkap.
" kenapa, ada yang salah ?" Dengan santai Gena duduk di sebelahku.
" Tidak, " Aku masih merasa bingung. Kesadaranku masih belum pulih.
" Tidur nyenyak banget." Gena berkata.
Timbul penasaran di benakku, apakah aku Cuma tertidur ?
" Aku hanya tidur kan ?" Aku bertanya. " Kamu ngapain mas ?"
" Aku ? ha ha ha aku nonton." Tawa Gena sedikit mencurigakan " Nonton yang lagi tidur." Gena beranjak meninggalkanku.
" Ngapain nonton yang tidur ?" Aku bicara sambil mengikutinya. Aku membayangkan bagaimana berantakannya saat aku tidur.
Gena tak menghiraukanku, ia berjalan menaiki anak tangga menuju lantai dua.
" Mas, tunggu ! tadi ngapain aja ? " Aku masih mengikutinya " Stop!"
Seakan mengikuti perintah, Gena berhenti lalu berbalik.
" Ya nonton cewek yang lagi tidur. Oh, tepatnya tak sadarkan diri. " Gena menyeringai " Aku baru liat ada cewek cakep tidurnya ngiler "
Aku memejamkan mata, membayangkan Gena memandangi dan menertawakanku.
" Mas gak ngapa - ngapain kan?" Aku menatapnya penuh selidik.
" Ya. Aku ngapa - ngapain." Gena maju satu langkah mendekatiku. Dia tersenyum kecil.
Aku melangkah mundur, berusaha menjaga jarak sambil memeriksa kancing bajuku.
Gena berjalan memasuki sebuah kamar, Aku mengikuti di belakangnya sambil berpikir. Aroma maskulin memanjakan hidung dan pikiranku, bau harum itu pasti berasal dari beberapa botol parfum yang berada di atas meja berwarna putih.
Aku berjalan mengitari ruangan dengan dinding berwarna putih, salah satu bagian dinding di lapisi wallpaper bernuansa klasik. Sebuah lukisan abstrak ditempatkan di atas tempat tidur. Agak berbeda dengan suasana di lantai satu, kamar ini terasa lebih hangat.
" Cukup buat berdua kan ?" Gena menunjuk tempat tidur.
Tak ingin menanggapinya, aku berjalan menuju sebuah meja kerja berwarna coklat. Sebuah komputer, beberapa alat tulis dan sebuah buku harian di atasnya. Buku harian itu menarik perhatianku, aku melihat tulisan tangan pada stiker yang menempel di sampul buku tersebut.
"TENTANG WAKTU."
Aku menoleh ke arah Gena, ia menggelengkan kepalanya. Ok, aku tak boleh membuka buku itu. Perhatianku beralih pada beberapa foto berbingkai kayu yang sengaja di gantung di dinding kamar.
" Siapa ini ?" aku menunjuk seorang anak yang berdiri di samping sepeda di dalam foto tersebut.
" Itu aku, usia sekitar 6 tahun. " Gena mendekatiku. " dari kecil sudah kelihatan ganteng kan ?" Gena menggerakkan kedua alisnya. " Kita turun aja yuk ! gak boleh kelamaan di sini."
Aku mengabaikan ajakkan Gena, berjalan menuju tempat tidur berukuran besar dengan sandaran berwarna putih. Terdapat sebuah meja kecil di sebelah kiri tempat tidur dengan lampu tidur berukuran kecil dengan beberapa buku di atasnya.
" Di sini nyaman." Kataku sambil duduk di atas tempat tidur.
Aku mengambil salah satu buku lalu membolak - balik buku tersebut. Dilihat dari judulnya, buku - buku tersebut sepertinya berisi tentang manajemen dan kepegawaian. Sangat cocok dengan jabatan Gena saat ini.
Gena melangkah menghampiriku, lalu duduk bersebelahan. " Itu buku tentang psikologi kepegawaian. " Gena menunjuk buku yang aku pegang.
" Selalu baca sebelum tidur ?" Aku bertanya.
" Hampir. Kamu kan tahu, aku diharuskan untuk berhadapan dengan karyawan dengan berbagai macan sifat dan karakteristik. Semuanya unik dan menantang, jadi pengetahuan aku harus selalu di upgrade." Jawabnya.
Aku mengangguk - anggukan kepala. Aku tak begitu paham penjelasan Gena, tapi ya begitulah HRD mereka diharuskan berhubungan dengan karyawan yang bermacam - macam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADIRA
Teen FictionPosting pertama : 24/03/2018. 00.17 up date setiap minggu " Sadira, kalau punya pacar harus sama cowok yang suka mobil antik." kata Vidi " Apa hubungannya ? " Lu bayangkan aja, Mobil tua aja dirawat sampe mengkilat. Disayang - sayang , apalagi paca...