Tiga Belas

1K 40 5
                                    

Tasya berlari dengan penuh semangat menelusuri koridor sekolah sembari tangannya membawa sebuah botol yang berisikan air mineral dingin untuk ayang Embebnya dia, siapa lagi kalo bukan Minyo.

Buk

"Watau !" teriak Tasya saat tubuhnya terjatuh di lantai keramik sekolah yang dingin. Seseorang dengan tak sengaja menabraknya hingga terjatuh. Balda dan Becca yang bisa melihat kejadian itu dari kejauhan lantas berlari ke arah Tasya, membantu gadis itu untuk berdiri.

"Woy ! Siapa Loe ? Berani Loe sama cewek Gue hah ?!" bentak Balda pada seorang pria yang tadi menabrak Tasya. Sontak teriakan Balda barusa mengundang banyak sekali siswa dan siswi yang berada di sepanjang koridor, termasuk Minyo. Pria tampan yang kerap di maki Lala dengan sebutan cebol itu sedang berdiri tak jauh dari tempat jatuhnya Tasya, Ia menyandarkan punggungnya ke dinding sembari memasukkan ke dua tangannya ke saku. Ia tertarik dengan apa yang selanjutnya akan terjadi.

Becca membantu Tasya berdiri dan saat Tasya sudah berdiri, netra Becca bertemu dengan wajah tampan pria yang menabrak Tasya tadi. Wajah tampan yang selalu hadir di setiap mimpi indahnya beberapa malam terakhir ini, wajah tampan yang selalu ia rindukan.

"Luca ?" pekik Becca dengan senyumannya yang merekah. Luca membalas senyuman Becca tak kalah manis.

"Loe kenal ama ni orang ?" tanya Balda pada Becca sembari jari telunjukknya ia arahnya ke wajah tampan Luca.

"Dia temen Gue !" balas Becca.

"Maaf ya, tadi Gue gak sengaja nabrak Loe !" ucap Luca pada Tasya. Tasya mengernyitkan dahinya dan mengangguk pelan.

"Loe kenal dia ?" bisik Tasya tepat di telinga Becca.

"Dia gebetan Gue, jangan Loe taksir !" jawab Becca dan Tasya mengangguk mengerti.

"Tasya !" Tasya menyodorkan tanganya ke depan Luca, lantas di sambut dengan cepat oleh pria bermata biru itu. Belum sempat tangan Luca berjabatan dengan tangam Tasya, Balda sudah mencegah tangan Luca agar tak menyentuh tangan Tasya.

"Jangan sentuh cewek Gue ! Gue tipe cowok pecemburu !" jelas Balda dan Luca mengangguk.

"Sorry," ujar Luca dan Tasya malah melototin Balda dengan tatapan devil. Balda yang bisa melihat tatapan Tasya yang menyeramkan padanya menelan salivanya dengan cepat.

"Gue bukan cewek Loe !" sarkas Tasya dan Balda menatapnya dengan tatapan hangat.

"Neng Tasya yang cantik, makanya, jadi pacarnya abang Balda dong !" ucap Balda yang langsung di beri hadiah sebuah jitakan manis oleh Tasya di dahinya.

"Sorry ya, Gue udah punya calon pacar ! ABANG MINYO !" teriak Tasya sembari berlari ke arah Minyo yang berdiri tak jauh darinya.

Luca memutar tubuhnya 180° ke arah Minyo, matanya dan mata Minyo bertemu lantas Minyo tersenyum miring, sedangkan Luca memasang ekspresi wajah dinginnya.

"Ini buat Abang Minyo !" ujar Tasya sembari menyodorkan minuman ke arah Minyo. Minyo diam, sama sekali tak merespon apa pun, tanpa menerima atau mengatakan sepatah kata pun, Minyo berjalan meninggalkan Tasya yang masig diam mematung.

Tasya merasakan nyeri di dadanya, lagi, lagi dan lagi ia di tolak, namun bukan yang namanya Tasya jika ia menyerah. Gadis itu lantas berlari kecil mengejar Minyo.

Balda yang melihat itu tak habis pikir, kenapa Tasya terus saja mengejar Minyo yang sudah jelas tak memiliki perasaan padanya, dan dia ada di untuk selalu mencintai dan menyayangi Tasya selamanya.

••••••••••••••••••

Pintu rumah Lala dan Revan di dobrak dengan sangat kasar hingga rusak, padahal baru beberapa menit yang lalu di perbaiki akibat di dobrak Lala semalam.

Love And GrudgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang