Revan baru saja memasuki rumah besarnya, sunyi, tidak ada siapapun di dalam rumah. Beberapa kali ia berteriak memanggil nama istrinya namun tetap saja tidak ada sahutan dari siapapun, baik itu dari Becca maupun Nico. Kemana mereka semua? Pikir Revan.
"HELLO! DADDY BAWA PIZZA KESUKAAN KALIAN INI!" teriak Revan menggema di seluruh rumah, namun lagi-lagi tidak ada sautan dari siapapun. Netranya mengarah pada pintu utama rumah yang sudah di benahi.
Salah satu tangannya merogoh kantung celana yang ia kenakan, mengambil ponsel pintarnya lalu menghubungi Becca untuk mengetahui di mana dia berada sekarang. Suara sambungan telepon berbunyi. Namun belum di angkat oleh putri tunggalnya yang sangat nakal itu.
Di sisi lain, Minyo dan Julia tengah menatap ke arah ponsel Becca yang tengah berdering, dengan tatapan sinis.
"Ini saatnya!" cetus Julia. "Saatnya untuk memancing mantan bajingan itu untuk datang kemari!" lanjutnya dengan senyuman iblis yang menghiasi bibir tipisnya. Minyo hanya mengangguk menyetujuinya. Sedangkan Luca? Pemuda itu kini tengah saling melempar tatapan dengan Becca yang sudah sadar dari pingsannya dan di ikat dan mulutnya dengan lakban sama halnya dengan Tasya, Lala dan juga Balda. Becca menatap benci ke arah Luca. Ia tidak percaya bahwa pemuda tampan yang selama ia ia kagumi justru membuat keluarga serta sahabatnya dalam bahaya. Ia juga menyalahkan dirinya sendiri, bagaimana bisa ia percaya pada Luca yang jelas-jelas baru ia kenal? Ia memang bodoh! Sangat bodoh!
Nico? Bocah kecil itu sekarang tengah berada di sebuah ranjang single bad yang berada di sana, ia sedang menikmati tidur siangnya karena lelah menangisi sang Ibu dan kakaknya yang tengah di tahan.
"Bagaimana dengan dua orang itu?" tanya Minyo sembari menatap ke arah Tasya dan Balda secara bergantian. "Mereka sama sekali tidak ada hubungannya dengan keluarga Antonelly," lanjutnya sembari menatap kasihan kearah Tasya yang kini tengah menangis dalam diam.
"Tasya? Dia akan tetap di sini!" sahut Julia dengan sinis. Sesekali ia meneguk segelas wine yang tersaji di meja hadapannya. "Dia adalah anaknya Ben! Mantan pengikut setia Revan, dia harus kena imbasnya walaupun ayahnya sudah tiada. Andai saja Ben dulu berpihak pada Max dan Jessica, maka tidak akan seperti ini ceritanya. Tasya harus ikut tewas!" sambungnya dengan nada suara yang sangat mengerikan.
Minyo sempat terkejut dengan jawaban dari Julia, ia tidak tau kalau Tasya juga ikut terlibat dengan aksi balas dendam ini.
"Balda?" sekali lagi Minyo bertanya.
"Buat dia pingsan lagi, terus buang dia ke sungai atau kemanapun!" sahut Julia dengan santai setelah meneguk segelas wine lagi.
"Dia bisa lapor polisi!" Luca ikut menyahuti, Julia menatap pemuda bermata kelabu itu dengan senyuman manis.
"Kau takut masuk penjara?" sinisnya dengan tajam. "Tenang saja, walaupun dia akan lapor polisi, saat polisi itu datang kemari, maka keluarga Antonelly dan juga Tasya sudah aku pastikan tewas. Dan kita bisa kabur sejauh mungkin." lanjutnya.
Minyo berjalan mendekat ke arah Becca yang terus saja berontak dan seperti ingin mengatakan sesuatu. "Bicara!" titah Minyo setelah melepaskan lakban yang menutupi mulut mungil Becca.
"Gue gak nyangka lo punya sikap busuk kayak gitu Luca! Gue pikir lo itu cowok yang baik, tapi nyatanya apa?" ujar Becca meluapkan amarahnya pada kekasih yang baru saja ia pacari itu. Luca hanya menatap datar ke arah Becca lantas membuka mulutnya untuk menjawab.
"Cantik dan manis. Itu lo Becca, tapi sayang, lo terlahir sebagai keturunan keluarga Antonelly. Lo tau Ca, bokap gue meninggal di bunuh sama kakek lo!" jawab Luca dengan tajam.
Kini giliran Lala yang berontak dan dengan cepat Minyo melepaskan lakban yang menutupi mulut wanita beranak dua itu. Ia hanya memberi kesempatan untuk mereka berbicara sebelum menjemput ajal mereka.
"Ayahmu? Siapa ayahmu?" tanya Lala pada Luca.
"Max!" sahutnya dengan singkat. Lala tersenyum miring lantas kembali bersuara.
"Max adalah salah satu bodyguard kepercayaan Revan dulu, tapi sayangnya ayahmu itu tergiur dengan uang yang melimpah hingga ia mengkhianati Revan demi membantu Jessica dan juga Jacob! Sangat memalukan!" jelas Lala dengan emosi. Tidak hanya Lala saja yang emosi, Luca pun begitu, pemuda itu juga ikut tersulur emosi karena perkataan Ibu kandung dari Becca itu.
"Ayah saya punya alasan untuk tergiur dengan uang. Ibu saya saat itu terkena serangan jantung dan membutuhkan banyak biaya besar! Ia sudah pernah mengatakan hal itu pada Revan, tapi suami sialan anda itu sama sekali tidak peduli! Saya tidak hanya kehilangan Ayah saya saja, melainkan saya juga harus kehilangan ibu saya setelah mendengar ayah saya meninggal. Saya besar di panti asuhan hingga Julia datang dan merawat saya dengan baik!" jelas Luca dengan penekanan di setiap kata yang ia ucapkan.
"Julia merawatmu dengan baik?" sinis Becca sembari tersenyum kecut. "Dia cuma manfaatin lo doang buat balas dendam! Percuma lo ganteng kalo otak lo gak kepake! LO DI MANFAATIN!" teriaknya dengan emosi.
Plak. Sebuah tamparan keras mendarat tepat di salah satu pipi Becca yang baru saja di layangkan oleh Julia, wanita benar-benar sudah muak dengan omongan gadis sombong itu.
"Berani sekali kamu nampar anak saya?" sinis Lala mencoba untuk berontak dari ikatan tali yang berada di tangan dan juga kakinya.
Ikatan tali itu sama sekali sulit untuk buka, Julia menatap remeh ke arah Lala lantas mencengkeram kuat dagu wanita itu hingga memerah.
"Lo gak usah kebanyakan bacot! Bentar lagi malaikat maut bakal jemput nyawa lo!" dengan kasar wanita itu melepaskan cengkeraman tangannya di dagu Lala.
Acara debat mereka berlima sedari tadi di manfaatkan oleh Balda untuk menggoreskan tali yang mengikat di tangannya ke sebuah pisau lipat yang selalu ia bawa kemana saja. Setelah terlepas, dengan gerakan lamban ia membuka ikatan tali yang mengikat talinya. Setelah itu ia bangkit dan berlari ke arah meja, di angkatnya panggilan telepon dari Revan lewat ponsel Becca yang terletak di atas meja.
"Halo om, kita di sandra!" ujarnya dengan ngos-ngosan. Suaranya mampu membuat Minyo, Julia dan Luca terkejut dan berjalan ke arahnya.
"Telepon polisi Om!" teriakmya sebelum ia melempar ponsel canggih itu ke arah kening lebar Minyo hingga berdarah.
"Sialan!" umpat Minyo dengan kesal.
Luca lantas melayangkan kursi ke arah kepala Balda dengan keras hingga membuat pemuda itu jatuh tersungkur tidak sadarkan diri.
"BALDA!"
TBC
For you untuk kalian yang masih senantiasa nungguin nih cerita. Awalnya mau aku unpub, tapi gak jadi karena banyak yang nanyain kapan apdet terus pake spam komen juga. Gak tega sama kalian.
Mungkin nextnya lama.
Tapi bakal diusahain gak di unpub. Nanggunglah, masa tinggal beberapa chap akhir di unpub.Terima kasih udah mau baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love And Grudge
Teen Fiction#SLOW APDET Squel "Married With Mafia" Rebecca Antonely William kini sudah beranjak menjadi seorang gadis cantik yang tubuh menjadi seorang badgirl. Sudah tak terhitung berapa kali Revan dan Lala harus menghadap ke sekolah Becca dalam sebulan. Becca...