Tujuh Belas

1.1K 48 17
                                    

Tubuh Balda terhempas di tanah yang lembab dan tak sadarkan diri saat seseorang berpakaian serba hitam memukul belakang kepalanya hingga pemuda itu jatuh pingsan.

"Bawa dia!" suruh pria dengan suara serak yang baru saja memukul Balda dengan tongkat kayu yang lumayan besar pada dua orang anak buahnya yang berpakaian serba hitam sama seperti dirinya.

Tubuh Balda di seret oleh dua orang itu lantas membawanya pergi dari taman. Selepas mobil yang di kendarai beberapa orang berpakaian serba hitam itu meninggalkan taman komplek, mobil yang di kendarai Luca dan Becca sampai di sana. Becca menggendong Nico yang sudah tertidur pulas lantas turun dari mobil dan di ikuti oleh Luca.

"Mana sih Balda? Kok belum dateng? Nyebelin banget!" gerutu Becca sembari kewalahan membawa tubuh Nico yang sangat berat. Jujur saja, Nico benar-benar sangat gemuk hingga ke dua tangannya kewalahan saat menggendong bocah kecil itu.

"Biar aku aja yang gendong!" dengan sifat peka-nya Luca meraih tubuh Nico dari dekapan Becca dan menggendongnya.

"Aku bawa Nico ke dalem aja ya? Berat juga ni anak!" Becca menganggukan kepalanya mengiyakan ucapan Luca barusan. Ia saat ini sedang sibuk menghubungi Balda yang belum juga menampakan batang hidungnya.

Becca mendengus kesal saat yang ia dengar suara operator yang menjawab sambungan teleponnya Balda.

"Tuh orang kemana sih?" kesal Becca, ia benar-benar sangat khawatir sekali dengan Tasya saat ini. Kira-kir gadis itu kemana? Dan kenapa?

Tiba-tiba sebuah ingatan tercetus di otak cantiknya, Tasya waktu itu bilang bahwa dia adak berkencang dengan Minyo. Dengan cepat Becca mencari kontak nomor ponsel Minyo dan menghubungi pemuda itu.

"Halo Nyo, lo tau gak di mana Tasya? Waktu itu dia bilang kalo Tasya mau kencan sama lo!" ucap Becca saat Minyo baru saja menerima panggilan teleponnya.

"Ngomong!" itu suara Minyo, namum sepertinya Minyo tidak sedang bicara padanya, tapi dengan orang lain.

"Nyo? Lo denger gue gak sih?" tanya Becca yang mula kesal sendiri karena terlalu mengkhawatirkan Tasya.

"Iya halo Becca. Gue tau kok di mana Tasya, dia ada sama gue." Becca bernafas lega saat mendengar itu.

"Tasya baik-baik aja kan Nyo?" tanya Becca dengan nada suara yang saat ini sudaj terdengar lebih tenang.

"Sayangnya Tasya gak baik-baik aja sama gue. Dia lagi nangis sambil mohon-mohon buat gue lepasin!" jawab Minyo di seberang sana yang berhasil membuat Becca mengerutkan keningnya. Apa maksud Minyo?

"Kayaknya Tasya mau ngomong deh sama lo!" ujar Minyo dengan nada suara yang sedikit berbeda dari biasanya.

"BECCA TOLONGIN GUE!" teriak Tasya dengan lantang di depan layar ponsel yang di genggam Minyo, Becca yang mendengar suara jeritan bercampur dengan isakan tangis Tasya lantas kembali panik. Apa yang di lakukan Minyo pada Tasya?

"Lo apaim temen gue Nyo?!" murka Becca yang mengundang gelak tawa Minyo di seberang telepon.

"Santai aja Becca, gue belum ngapa-ngapain Tasya kok, baru gue iket aja nih anak!" jawab pemuda itu dengan suara yang sangat menyebalkan.

"Nyo, lo jangan-jangan macem-macem sama Tasya ya, sampe macem-macem gue bakal pastiin lo nyesel!" ancam Becca dengan tegas. Minyo menghentikan tawanya yang menyebalkan itu.

"Lo pikir gue takut? Toh juga yang gue iket di sini gak cuma Tasya, tapi juga ada dua orang lainnya. Sayangnya yang satu masih pingsan. Tapi emak-emak yang satu ini masih hidup kek-nya. Apa kabar Tante?" sinis Minyo sembari menyodorkan ponselnya ke arah Lala yang kini tengah menatapnya dengan tajam.

"Ngomong!" bentak Minyo pada Lala, wanita yang sudah melahirkan dua orang anak itu tersenyum sinis ke arahnya, tidak ada niatan bagi Lala untuk mengucapkan sepatah katapum. Ia tidak mau putrinya khawatir dan datang ke tempat berbahaya ini.

"Nyo!" panggil Becca dengan keras

Julia yang juga berada di samping Minyo lantas menginjak salah satu kaki Lala hingga membuat wanita itu berteriak sakit.

"AHG!" pekik Lala kesakitan saat dengan kejamnya Julia menginjak tulanh keringnya dengan keras.

Walaupun Becca tidak bisa melihat orang yang berteriak itu, namun ia sangat yakin bahwa suara itu adalah suara Momy-nya. Ia sangat yakin hal itu.

"Momy? Momy kenapa bisa ada si sana?" panik Becca yang berhasil membuat Minyo dan Julia tersenyum puas. Minyo kembali menaruh ponsel pintarnya di daun telinganya, sudah siap untuk mengatakan kalimat selanjutnya.

"Ternyata lo hapal banget ya siara nyokap lo! Dia ada di sini sama gue dan juga Tasya. Tenang aja, gue gak bakal bikin Momy lo terluka kok, paling gue bikin dia meninggal!" sinis Minyo dan langsung tertawa jahat.

"Maksud lo apa Nyo?!" murka Becca, wajah gadis itu benar-benar sudah memerah padam karena menahan emosinya. Ada apa sebenarnya? Kenapa Minyo jadi berubah?

"Udah dulu ya, sampai ketemu lagi Becca sayang!" ucap Minyo dan bersiap untuk menutup panggilan teleponnya.

"Becca jangan ke sini!" suara teriakan Lala adalah suara terakhir yang ia dengar sebelum panggilan teleponnya benar-benar terputus.

Becca benar-benar sangat panik saat ini, dengan cepat ia membalikan badannya hendak mengatakan semuanya pada Luca. Namun baru ia membalikan badannya, Luca sudah berada di depannya dengan ekspresi wajah yang dingin dan datar.

"Kita harus cari Minyo sekarang! Dia nyekap Tasya sama Momy!" adu Becca pada Luca. Luca tersenyum sinis lantas mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jaket yang ia kenakan.

Sebuah sapu tangan berhasil membekap mulut mungil dan hidung bangir Becca hingga gadis itu menghirup sebuah aroma yang di semprotkan di sapu tangan itu.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, tubuh Becca langsung merosot ke bawah dan tidak sadarkan diri.

•TBC•

Makin gaje ya? Yaudah lah.
Tinggal beberapa chap lagi End. Semua orang di sini di buat jahat!😈😈😈😈 hahahaha😜😜😜

Terima kasih.

Love And GrudgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang