Sembilan Belas

1.2K 53 11
                                    

Revan terkejut bukan main saat mendengar suara Balda yang mengangkat teleponnya barusan. Balda dan keluarganya di sandra? Oleh siapa?

"Sialan!" umpat Revan dengan kasar lantas membuka applikasi google maps untuk mengetahui posisi keluarganya saat ini. Revan memang sengaja memasangkan sebuah pelacak di ponsel Becca agar setiap kali gadis itu pulang terlambat ia bisa mencari di mana putri cantiknya berada.

Setelah tau mana posisi Becca sekarang, dengan cepat Revan berlari keluar dari rumah sembari menghubungi nomor polisi dan memberi tahu semuanya. Semuanya beres, ia lalu menginjak pedal gas dengan kecepatan penuh agar sampai ke tempat tujuan lebih cepat, ia tidak terjadi sesuatu yang buruk yang menimpa keluarganya.

Di sisi lain Balda tidak sadarkan diri dengan kondisi kepalanya yang berdarah. Becca menatap Luca dengan tajam, tidak percaya pemuda yang sangat amat ia cintai ternyata tidak lebih dari seorang pemuda brandalan dan juga penjahat kecil.

"Lo tega banget sih sama Balda?!" sentak Becca dengan keras ke arah Luca, pemuda itu hanya melirik sekilas ke arah Becca tanpa membalas perkataan gadis sombong itu. Yang ada justru Minyo yang berjalan mendekat ke arah Becca dan berlutut di hadapan gadis itu.

"Kayaknya lo bener-bener naksir sama Luca, peduli banget lo sama dia. Cinta mati?" sinis Minyo sembari mengelus salah satu pipi Becca dengan lembut, Becca memalingkan wajahnya agar sentuhsn tangan pria kotor seperti Minyo terlepas dari wajah cantiknya.

"Gue gak sudi di sentuh sama cowok munafik dan penjahat kayak lo!" bentak Becca yang sukses membuat hati Minyo terasa sangat sakit. Selama ini ia selalu bersikap baik dengan Becca, namun gadis itu selalu menolaknya dan sekarang ia justru di hina dengan mulut pedasnya. Ingin rasanya Minyo merobek mulut kecil Becca dengan pisau yang ada di hadapan Julia saat ini. Namun ia coba untuk menahan keinginannya itu, belum saatnya membunuh gadis sombong itu.

"Terserah!" putus Minyo mengalah. Pria itu menutup kembali mulut pedas Becca dengan lakban agar tidak lagi mengatainya dengan kalimat yang mampu menohok hatinya. Setelah itu ia menggeser tubuhnya hingga tepat di hadapan Tasya yang tengah diam menangisi hidupnya yang mungkin akan berakhir di tangan para penjahat ini sebentar lagi.

"Hay cantik," sapa Minyo membuka lakban yang menutup mulut Tasya agar gadis itu mengeluarkan suaranya. Tasya tersenyum sinis dan membuang nafasnya dengan kasar, jika dulu Minyo mengatakan bahwa dia cantik, maka dirinya akan menjadi gadis paling beruntung di dunia ini karena mendengar itu. Namun sekarang, ia merasa muak dengan pemuda yang tengah berada di hadapannya.

"Hay juga brengsek!" balas Tasya dengan tajam. Minyo tertawa sinis lantas mencengkeram erat dagu gadis itu hingga rintihan sakit keluar dari mulut Tasya, rahang gadis itu memerah karena tekanan jari minyo yang terlalu kuat.

"Katakan sekali lagi!" perintah Minyo dengan tegas. Menahan rasa sakit yang bersarang pada rahangnya, Tasya mencoba untuk tersenyum sinis.

"Dengan senang hati aku akan mengatakannya lagi. BRENGSEK!" teriak Tasya dengan murka lantas mengeluarkan sebuah pisau lipat milik Balda yang tadi sempat di berikan pemuda itu padanya untuk melepaskan ikatan talinya. Sayatan itu tepat mengenai lengan Minyo dan langsung berdarah. Pemuda itu nampak sangat terkejut sekaligus merasakan sakit di saat yang bersamaan. Julia dan Luca mulai waspada, Julia bahkan kini sudah menodongkan sebuah pistol berisikan peluru ke arah Tasya yang mulai bangkit dari duduknya.

"Mau tembak aku? Tembak!" tantang Tasya dengan berani. Ia sudah muak dengan drama kehidupan yang menjadikan dirinya salah satu pemainnya, dulu ia mengalami bagaimana rasanya cinta bertepuk sebelah tangan, dan kini ia sudah siap jika harus mati di tangan para penjahat ini.

Dor. Sebuah suara tembakan terdengar sangat keras dan juga mengenai sasaran. Sasaran itu tumbang seketika saat salah satu kakinya terkena tembakan. Minyo dan Luca menatap ke arah Julia yang tengah terkapar tak berdaya di lantai. Kepala mereka menoleh ke arah belasan polisi yang tengah mengepung mereka sembari menodongkan senjata yang di miliknua. Berakhir sudah kisah mereka, mereka tidak bisa melarikan diri atau melawan, mereka berdua hanya pemuda biasa yang di kuasai oleh emosi sesaat. Beberapa orang bayaran Julia yang di perintahkan untuk memata-matai keluarga Fernandez dan juga menculik Becca sudah tertangkap karena memang mereka di tugasnya untuk berjaga di luar. Tanpa intruksi apapun, Luca dan Minyo mengangkat ke dua tangannya ke atas tanda bahwa mereka menyerah, dengan cepat polisi langsung meringkus mereka berdua. Revan berlari ke arah Becca dan Lala untuk membebaskan dua wanita yang sangat amat ia cintai. Sedangkan Tasya tengah mengguncangkan tubuh Balda yang tengah tak sadarkan diri dengam kondisi kepala pemuda itu yang berlumuran darah.

Dor dor dor dor. Sebuah tembakan kembali muncul dengan membabi buta ke arah polisi, beberapa polisi terkapar di atas lantai keramik yang keras akibat terkena peluru di salah satu bagian tubuh mereka. Seorang pria berjubah hitam datang ke arah mereka dan menembaki mereka semua, kejadian itu di gunakan dengan baik oleh Luca dan Minyo untuk melarikan diri. Sedangkan pria berjubah itu menarik Nico dan membawanya pergi ikut bersama mereka. Namun mereka bertiga dengan cepat di kepung oleh polisi, hal itu di gunakan oleh pria misterius itu dengan cara menaruh sebuah pistol tepat di kepala Nico sebagai ancaman. Revan tidak terima melihat putra tunggalnya di sakiti, nampak sangat jelas di mata pria itu, Nico tengah menangis dengan keras sembari meronta meminta di lepaskan. Jiwa mafia Revan kembali secara tiba-tiba, pria tampan itu langsung berlari ke arah Nico untu menyelamatkan putranya. Namun belum Revan menyelamatkan sang putra, dirinya sudah terkena tembakan oleh pria misterius itu di lengannya sebelah kanan, membuatnya ambruk seketika dan tubuhnya hampir saja terjungkal di bawah jembatan jika tidak ada seseorang yang menahan tangannya agar tidak terjatuh.

"Luca," lirih Becca saat melihat pemuda yang ia cintai menyelamatkan nyawa ayahnya yang hampir saja terjun dari jembatan karena terkena tembakan.

"Maaf," satu kata itu meluncur dari mulut Luca, entah kenapa tiba-tiba pria itu ingin menyerah dan tidak ingin melanjutkan rencana balas dendamnya. Pria misterius yang tadi menembak Luca menoleh ke arah Luca sebentar dan kembali berjaga-jaga ke arah polisi yang tengah menodongkan pistol ke arahnya, ia menggunakan tubuh Nico untuk melindungi dirinya agar tidak terkena tembakan dari sang polisi. Pistol yang tadi terus ia arahnya ke arah polisi berganti posisi ke arah Luca dan menembakkan peluru ke arah pemuda dan tepat mengenai bahu kir Luca, membuat pemuda itu langsung terjun dari atas jembatan bersamaan dengan Revan yang juga ikut jatuh bersama dengan mereka.

"REVAN!

"DADDY!"

"LUCA!"


TBC

Gemes? Nanggung banget! Bentar lagi ending.

Happy or sad ending?

Entahlah, tergantung mood author pas lagi ngetik.

Btw, masih ada yang nungguin cerita yang udah mulai karatan dan lumutan ini? Hehehehe.... Jangan di hapus dulu dari reading list, masih belum kelar. Bentar lagi ending kok. So tungguin ya!😉

Kuy voment!

Love And GrudgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang