«7»

386 44 0
                                    

Spesial Velly × Ekaza

"Selamat pagi Pak."

"Ya."

"Selamat pagi Pak."

"Ya."

Para karyawan menyapa bos mereka, tapi malah Velly yang repot membalas sapaan mereka membalasnya.

"Anda ini bagaimana? Anda memakai baju seperti itu ke kantor?" bisik Velly sangat formal, bagaimana pu juga, Eka adalah atasnya sekarang. Dan baru kali ini, Velly melihat seorang CEO menggunakan hoodie kuning terang dengan celana putih selutut bersama sepatu kets. "Memangnya kenapa? Ini kantor ku" balas Eka santai tanpa menoleh sedikitpun.

"Tapi-"
"Sudahlah, kau diam saja, atau akan aku potong gajimu" ancam Eka yang terus berjalan, sementara Velly terus berusaha mensejajarkan langkah kakinya. "Ya, aku akan diam," balas Velly pada akhirnya. Ia tak mau gajinya dipotong pada hari pertama kerjanya.

Mereka sampai di depan pintu besar di antara pintu lainnya.

"Buka pintu untukku!" perintah Eka dengan nada santai, yang segera dituruti oleh pengawal barunya.

Dibanding pengawal, Velly terlihat seperti pembantunya. Bukan untuk menjaga, tapi memenuhi semua kebutuhan yang juga tidak perlu dilakukannya. Eka terlalu manja untuk melakukan semua sendiri.

Saat mereka masuk sudah ada seorang wanita, tengah duduk memandang keluar jendela besar di belakang kursi kebesaran.

Suara pintu membuatnya menoleh. "Selamat pagi, Pak" wanita itu menoleh dan menghampiri Eka, menunduk sebentar untuk memberi tanda hormat.

"Ya, kau tunggu di luar saja" Jinna—wanita tadi mengangguk, segera keluar dari ruangan dengan tatapan penuh tanda tanya tertuju pada Velly.

"Nah, sekarang sini duduk" Eka berlalu duduk di sofa, menunjuk sofa di hadapannya dengan dagu seolah sangat malas mengangkat telunjuk. Wanita semampai itu mengangguk, menuruti perintah tanpa banyak bicara padahal sedari tadi, ia benci disuruh-suruh.

"Baiklah, aku kurang yakin kau mempunyai kekuatan." Eka memulai percakapan dengan serius, "aku akan mengetesnya, sekarang adu panco denganku!"

Senyum Velly mengembang, meledek tentunya.

Eka tampak menyiapkan tangannya bersungguh-sungguh, sedangkan Velly hanya menatap pria di depannya itu dengan tatapan sinis. "Kau yakin?" tanyanya meyakinkan.

"Ya, cepat mulailah!"
"Kau dulu saja yang mulai" balas Velly ketika tangan mereka sudah saling berjabat. Kedua siku mereka beradu dengan meja kayu, "baiklah."

Eka mencoba mendorong tangan wanita itu ke kiri. Tapi hasilnya? Nihil!

Ia terus berusaha keras menjatuhkan tangannya, sampai lelah, mulai berkeringat. "Kau boleh memakai dua tangan" tawar Velly yang menahan tawanya agar tidak meledak. "Tidak, seprang pria sejati tidak akan curang" balas Eka yakin, nafasnya mulai memburu layaknya peserta lomba lari maraton.

"Baiklah, sekarang aku akan mulai" dengan satu hentakan, Velly menjatuhkan tangan Eka dengan mudah. Pria itu tentu kalah telak.

"Ahk! Tanganku!" Eka memegang tangannya yang merah, beradu dengan kayu meja yang cukup keras dan tebal.

"Kau sudah percaya?"

Eka berhenti meniup tangannya dan menatap Vellt kesal. "Tidak, kau harus membuktikannya satu kali lagi." Velly mendengus mendengarnya.

"Sekretaris Jinna!" teriak Eka, tak lama wanita yang sempat ada di ruangan ini, masuk kedalam.

"Ya, Pak?"

Where My Brother? [FF TwicExo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang