«27»

68 10 0
                                    

Bau amis merambat di segala celah udara, mungkin orang-orang akan muntah jika terus berlama-lama mencium bau tersebut.

Begitu pun dengan Ji Soo. Kelopak matanya perlahan terbuka, karena bau itu mampu membuatnya terbangun dari tidur lamanya. Kepalanya berdengung kencang, dengan tulang dan sendi-sendi yang kaku. Ia bahkan tak berpikir sedikit pun, kepalanya sangat berat di tambah penglihatannya remang-remang di kegelapan.

Samar-samar ia mendengar beberapa orang tengah mengobrol. Dua orang namja dan satu orang yeoja paruh baya tengah duduk sambil mengobrol, tak jauh dari tempatnya berbaring di lantai.

"Kau yakin? Memangnya ada apa?" tanya yeoja itu pada salah stu namja. Diam-diam Ji Soo memasang telinganya tajam-tajam agar bisa tahu apa yang direncakan sekelompok orang itu.

"Ne, eomma. Aku sudah tak punya tujuan hidup lagi, maka aku akan membantu kalian." Se Joon membalas dengan raut wajah yang tak bisa diartikan. Ji Soo tak bisa melihat wajah orang-orang itu, pencahayaan di sana sangat minim, di tambah indra penglihatannya belum cukup mampu untuk mengatasi kondisi ini.

Yang Ji Soo ingat terakhir kali, ia merasa diikuti seseorang. Malam itu, ia ingat ia pulang dari supermarket untuk membeli bahan-bahan masak yang dibutuhkan. Tapi ia malah bertemu orang yang mencoba menculik, atau bahkan membunuh dan memerkosanya. Tapi setahunya, ia tak mempunyai musuh dari mana pun. Ia berteman dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan orang lain, karena ia sadar, ia juga mempunyai kekurangan.

"Baiklah, setelah kita berhasil 'menghapus' yeoja itu, target kita selanjutnya para saudarinya."

Kini giliran namja satunya lagi yang berbicara. Ji Soo tersentak apa mungkin yeoja yang dimaksud itu adalah dirinya? Dan target berikutnya adalah kedua adiknya. Apa yang harus dia lakukan? Bahkan ia tak bisa ke luar dari ruangan ini, bagaimana ia bisa menyelamatkan kedua adiknya?

Tapi ia harus tenang. Ia tak mau gara-gara panik, kesehatannya kembali menurun dan ia tak punya energi untuk kabur.

"Oh ya, aku ingin tanya sesuatu.." ucap Se Joon ragu-ragu. Tapi Ny. Kim menangguk memberi isyarat untuk tanpa ragu akan bertanya.

Setelah menghela nafas, mengontrol emosi yang cukup bergejolak di hatinya. Se Joon memberanikan diri bertanya tentang sesuatu yang sudah lama ia pendam. "Apa.. kejadian 16 tahun itu.. karena kalian?"

Terlihat yeoja yang bernotabene sebagai ibunya itu menganti lengkungan yang semula ke atas menjadi datar dengan sorot pandang dingin.

***

"Khamsamnida untuk makanannya, tapi mungkin aku harus pergi." Kyungsoo berpamitan karena hari semakin malam, walau bukan hanya itu alasannya. Tapi ia harus mengurus sesuatu.

Chen serta Baekhyun berdecak kecewa, "kenapa sekarang? Kita bisa mengobrol lagi bukan?" Jong Dae berkata dengan nada yang kecewa. Ia baru saja mengetahui Kyungsoi itu sahabat lama Xiumin. Jadi, jika Kyungsoo adalah sahabat Xiumin, maka Kyungsoo juga sahabat mereka.

"Ani-ani, aku harus pergi untuk mengurus sesuatu."

Meski ingin mengobrol lebih laniut, Baekhyun dan Chen membiarkan Kyungsoo pergi.

Terlihat Xiumin yang tampak murung. Ia pasti tak akan punya waktu untuk bertemu Kyungsoo, karena jadwalnya mulai besok dan seterusnya akan padat. Mengingat ia sudah mulai terkenal dengan nama Xiumin.

"Hyeong, jaga dirimu baik-baik. Telepon aku jika kau butuh sesuatu," ucap Kyungsoo sembari mengacungkan ibu jari dan kelingkingnnya lalu ia taruh di samping telinga.

Where My Brother? [FF TwicExo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang