«30»

71 9 2
                                    

Dering telepon terus berdering bersahutan. Beberapa petugas mengangkat telepon, ada yang langsung bergegas, ada yang debat terlebih dahulu karena orang yang melapor menjengkelkan.

Chanyeol menatap semua bawahanya dengan tarikan nafas. Ia teringat perjuangannya untuk bisa masuk ke sini, beberapa tahun lalu. Hingga ia rela mengorbankan temannya sendiri, dan ia menyesal sekarang.

Ia tahu, ia gila. Bagaimana mungkin teman seperjuangannya, ia habisi demi keuntungannya sendiri.

"Permisi, sunbae. Ada laporan dari petugas Joon Myeon, ia memerlukan bantuan, karena ada penembakan di gedung dekat rumah sakit!"

Jong In tiba-tiba masuk untuk memberikan informasinya.

Chanyeol mengernyit, lalu mendengus. "Kenapa dia selalu mengambil keputusan sesuka hatinya?" gumaman itu terdengar di telinga Jong In, tapi ia tak berkata apa-apa.

"Baiklah, kirim beberapa orang saja."

Jong In menatap Chanyeol dengan tatapan tak percaya. Bagaimana mungkin, di situasi sesulit ini, hanya beberapa polisi yang dikerahkan??

"Keunde, Sun—"

"Jangan membantah, atau tak perlu kirim pasukan!" kecam Chanyeol yang mampu membuat Jong In tak berkutik.

Setelah membungkuk hormat, Jong In berjalan keluar dari ruangan Chanyeol walau dengan rasa jengkel.

Chanyeol menghela nafas. Semenjak Joon Myeon diangkat menjadi polisi, Chanyeol sedikit kewalahan mengaturnya. Karena Joon Myeon selalu mengabaikan perintahnya, selalu mengambil keputusan sesuka hatinya.

Waktu itu Joon Myeon ditugaskan untuk menjaga TKP dari para warga yang berebut ingin melihat tempat pembunuhan terjadi. Tapi Joon Nyeon malah menghilang begitu saja, sehingga beberapa orang warga sempat memotret TKP. Yahh, bukan tanpa alasan yang tidak jelas, Joon Myeon langsung kembali karena ia melihat seseorang memakai baju serba hitam yang mencurigakan.

Berkatnya, pelaku pembunuhan itu berhasil ditangkap. Dan Chanyeol perlu berterimakasih atas hal itu.

Tangan Chanyeol mengambil berkas yang baru diterimanya. Laporan penculikan yeoja yang sedang menjadi perbincangan hangat kota Seoul. Bagaimana tidak, sudah terhitung ada 4 orang hilang dan beberapa diantaranya ditemukan meninggal.

Ia sangat yakin itu adalah pembunuhan berantai berencana. Karena setiap 1 bulan sekali, selaku ada saja korban. Dan korbannya pun wanuta lajang cantik.

Ia menatap satu persatu dokumen pribadi tentang korban.

Entah perasaannya saja atau apa, tapi dari tadi ia merasa ada sesuatu yang mengintainya. Mana mungkin ada orang mengintip di balik jendela atau pintu, lagi pula untuk apa? Jika benar ada orang yang mengintip, mengapa sangat lama sekali, dan untuk apa?? Ia kembali melihat sekeliling, mencari orang yang sekiranya mencurigakan.

Tak ada. Semuanya sibuk dengan urusannya masing-masing.

Mencoba acuh, Chanyeol menggelengkan kepalanya berharap kecurigaan tanpa alasannya itu hilang begitu saja.

Ia pun memanggil salah satu bawahannya. Pria itu menghampirinya. "Apa ada cctv baru dipasang di sini?" tanya Chanyeol padanya, pria itu mengerutkan dahinya heran. "Setahu saya, tidak ada. Karena cctv hanya di pasang di dekat pintu masuk dan tangga saja."

Mendengar jawaban itu, Chanyeol berpikir.

Matanya malah memandang layar tv yang berada di depannya. Sedikit atas, sengaja begitu agar hampir seluruh orang di ruangan itu bisa menonton tv.

Tapi bukan itu yang Chanyeol lihat sekarang. Ia malah melihat, sebuah kotak hitam di bawah, menempel di tv itu. Kotak itu kecil, hampir tidak terlihat jika hanya melihatnya sekilas karena warna sama dengan tv itu.

Where My Brother? [FF TwicExo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang