«26»

90 13 0
                                    

Suara gemetar itu tampak sangat menyiratkan kesedihan mendalam bagi sang pemilik suara.

Membuat atmosfer seketika hening. Tak peduli ada dokter dan perawat yang terus berlalu-lalang. Suasana di antara mereka seolah senyap tanpa gelombang suara.

"Aku tahu ini pasti berat. Tapi... bukan hanya kau yang terluka. Kyungsoo dan akupun terluka. Karena insiden penembakan orang gila itu, semua sahabat Min Seok Oppa, kecuali Kyungsoo Oppa, pergi untuk selamanya. Lalu nae eomma, appa... Mereka ikut pergi." Setetes kristal bening meluncur begitu saja di pipi Tzu Yu.

Memori itu sangat mengusik hatinya. Harusnya momen itu, momen bahagia dalam keluarganya. Karena ia akan pergi merayakan pesta pernikahan orang tuanya. Ia sedang ada di rumah neneknya, dan bersiap pergi ke restoran mewah yang sudah menjadi tempat acara wedding anniversary yang membahagiakan.

Baru saja ia berniat masuk mobil, neneknya mengatakan untuk tidak pergi karena pesta dibatalkan. Tentu saja itu membuat heran dirinya. Usianya saat itu masih belia, jadi ia belum mengetahui apapun. Jadi, ia menurut saja pada neneknya.

Semenjak kejadian itu, ia selalu menanyakan di mana keberadaan orang tuanya. Neneknya selalu mengatakan, bahwa orang tuanya sibuk bekerja dan akan kembali nanti setelah semua pekerjaan  beres. Beberapa bulan setelahnya, neneknya meninggal dunia dengan menyerahkan surat yang masih disimpan karena saat itu ia belum bisa membaca.

Neneknya adalah keluarga terakhirnya. Sehingga tak ada orang lagi yang bisa mengurusnya, hingga ia dikirim ke panti asuhan. Sementara semua usaha serta kekayaannya diserahkan pada sahabat ayahnya. Tidak seperti yang lainnya, sahabat ayahnya ini sangat baik padanya.

Sebenarnya, teman ayahnya itu berniat mengadopsinya. Tapi saat membicarakannya dengan istri beliau, hal itu malah membuat kehancuran pada keluarga itu. Sontak hal itu membuat Tzu Yu merasa malu dan ingin mengakhiri hidup saja. Lagipula tak ada yang peduli, ia hidup atau mati.

Hingga Ny. Lee datang mengadopsinya, mendatangkan kebahagiaan yang selama ini hilang.

"Aku kehilangan orang tuaku saat aku belum mengerti apa itu kehidupan, dan Kyungsoo Oppa... dia kehilangan hyeong-nya..." Tzu Yu terisak di kursinya.

Luka dalam yang tertancap di antara mereka bukan perkara yang bisa dihilangkan dengan mudah. Bahkan waktu pun tak bisa menghilangkan lubang besar di hati mereka.

"Mian..."

Hanya satu kata itu yang keluar dari mulut Joon Myeon. Kerongkongannya terasa tercekat sesuatu yang tidak bisa ia keluarkan, dadanya seolah terhimpit di ruangan yang hanya cukup untuk diameter sebuah bola pingpong.

Kyungsoo tersenyum memaklumi. Lalu ia menepuk punggung Joon Myeon seraya berkata, "ayo kita lakukan ini bersama."

***

Se Hun mengambil kopi di meja, hari ini ia ingin bersantai di balkon sejenak. Kemudian pergi untuk menjenguk Tzu Yu.

Baru saja ia duduk di kursi balkon yang menghadap ke gedung pencakar langit dengan keramaian yang ada, ponselnya berbunyi menampilkan sebuah nomor tidak di kenal. Tanpa pikir panjang, ia menerima panggilan telfon itu."Ye-yeobseo?"

"Nee, yeobseo. Apa benar ini dengan Se Hun...ssi?"

Se Hun membulatkan matanya. Ia tak menyangka orang itu akan menelfonnya. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Tarik nafas... Buang... Tarik nafas... Buang.

Menetralkan pernafasannya agar tak terlihat gugup. Ia mengangguk, membenarkan apa yang dikatakan ornag di seberang sana. Tak ada jawaban lagi, Se Hun baru sadar, tentu orang itu tak bisa melihat anggukkannya.

Where My Brother? [FF TwicExo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang