amil

490 74 27
                                    

Keenan dan Shawn segera meninggalkan toko SENTOSA dan si mba pegawainya setelah Shawn membayar earphones-nya dengan uang pas dan sopan—tidak dilempar-lempar seperti wanita dalam video yang diposting akun lambe_turah dimana—udah, gak usah dibahas.

"Lo mau jajan apa?" tanya Shawn. "Serah." Jawab Keenan jutek. "Ilah ngambek. Ini kan mau gue jajanin. Jangan ngambek, dong. " Kata Shawn. "Lo tuh lama banget tau. Ketimbang beli earphones doang udah kayak tim SAR nyari korban tau gak." Kata Keenan kesal. "Iya, iya, maaf. Gue beliin es krim deh, ya?" tawar Shawn. Keenan tidak menjawab. "Gak jawab artinya 'iya'. Oke, berangkat." Shawn menarik tangan Keenan menuju sebuah gerai es krim.

"Lo tunggu sini, biar gue yang pesen. Mau rasa apa?" tanya Shawn. "Vanilla." Jawab Keenan. "Oke. Tunggu, ya." Kata Shawn kemudian berlenggang menuju kasir untuk memesan es krim.

Keenan duduk sendirian di bangku yang tersedia di sana. Ia meraih ponselnya dan melihat notifikasi line dari Ralfino : Keenan, kamu dimana? aku rindu.

Keenan memutar matanya sebelum membalas pesan itu : oh, hai rindu. Gue kira ini akun linenya Ralfino. Udah diambil alih, ya?

"Ngapain sih, tu anak?" kata Keenan kesal sembari menaruh ponselnya dan menunggu Shawn datang. Keenan menopang dagu, memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang di sampingnya. Ponselnya bergetar, sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya.

Ralfino : Ih, kamu gak sweet banget, sih :(
Ralfino : Ini tuh biar kayak Dilan.

Keenan : Dilan, Dilan. Muka lo kek pel-an. Gak cocok jadi Dilan.

Ralfino : Jahat :(
Ralfino : Keenan kalo ngomong suka gak bismillah, ya :(

Keenan : Udah, cuma gak dipamerin aja.
Keenan : Mau ngapain lo ngeline gue?

Ralfino : Kangen. Hehe.

Read.

"Males, ah." Keenan memutar matanya kemudian menutup aplikasi LINE dan membuka aplikasi piano tiles

Dua puluh menit telah berlalu dan Shawn belum juga datang. "Kemana sih, tu bulepotan? Jangan-jangan kabur lagi." Kata Keenan sembari mencari-cari keberadaan Shawn.

"Cie.. nyariin gue, ya?"

Keenan menoleh ke belakangnya. Shawn berdiri dengan dua cone  es krim di tangannya, cowok itu tersenyum pada Keenan. "Lama banget sih, lo." Kata Keenan. "Sorry, tadi antriannya panjang banget kayak jalan kenangan." Shawn berjalan mendekati Keenan. "Nih." Cowok itu menyodorkan es krim rasa vanilla kepada Keenan kemudian duduk di sebrang Keenan. "Thanks, ya." Kata Keenan kemudian menjilat es krimnya.

Ponsel Keenan kembali bergetar dan memunculkan notifikasi dari Ralfino : kok di read doang? :(

Keenan melirik sebentar kemudian mengunci kembali ponselnya. "Kok gak dibales?" tanya Shawn. "Suka-suka gue lah, hp-hp gue kok lo yang ribet." Jawab Keenan, masih jutek. Sebenarnya di hadapannya sekarang adalah dua kelemahannya : es krim dan cogan.

"Ih, masih aja jutek." Kata Shawn. 

"Gue kan gak kenal lo. Wajar."

"Ih, parah. Kan tadi udah kenalan. Masa gak dianggep?"

"Lagian kita gak bakal ketemu lagi abis ini."

"Sok tau."

"Ih, emang iya."

"Kalo udah takdir, bakalan ketemu, lah. Pasti."

"Emang lo takdir gue?"

"Bisa aja, kan?Who knows."

Keenan tidak menanggapi melainkan memalingkan wajahnya, menatap orang-orang yang berlalu-lalang sembari menjilati es krim vanillanya.

Tiba-tiba sebuah ibu jari mendarat di bibir mungil Keenan dan bergerak menyusurinya. Si pemilik bibir kontan menatap orang di sebrangnya. "Lo makan es krim aja belepotan banget kayak anak kecil, " kata Shawn, "lucu."

Keenan mematung mendengar satu kata lanjutan yang keluar dari mulut cowok bule rese di depannya. Dia baru aja bilang gue lucu? Gak salah?

Keenan menatap cowok itu cukup lama sementara cowok itu membersihkan ibu jarinya dengan kertas tisu.

"WOY LUBIS!"

  🌿  

mulmed sama cerita emang kagak nyambung y

bodo amat yang penting Shawn ganteng

Ojek Online (discontinue)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang