bonus : edisi ramadhan #3

384 64 9
                                    

Shawn memarkirkan vespanya di lahan kosong yang ada di sana. "Penuh banget." Kata Keenan sembari melepas helm yang sedari tadi menempel di kepalanya. "Kalo sepi mah, kuburan." Jawab Shawn sambil menyimpan helm Keenan di spion motornya. Mendengar ucapan Shawn, Keenan memutar matanya kesal. "Yuk." Ajak Shawn setelah selesai merapikan rambutnya sembari bercermin di spion.

Mereka pun berjalan menuju pintu masuk dan segera memasuki antrian. "Ih, ada free takjil. Lumayan, tuh." Kata Shawn. "Norak lo." Keenan memutar matanya kemudian mengedarkan matanya ke seluruh ruangan. "Penuh banget, parah." Gumam Keenan pada dirinya.

"Eh, penuh ba-"

Shawn tidak ada di sampingnya. Kemana bule sableng yang satu itu? Mata Keenan mencari-cari sosok Shawn di kerumunan banyak orang. "Babi banget sih itu anak, pergi gak ngomong." Keenan berkata dalam hatinya. Cewek itu pun memutuskan untuk berhenti mencari Shawn. Nanti juga balik lagi, pikirnya.

Tiba-tiba seseorang menyentuh pundak Keenan. Cewek itu pun menoleh dan mendapati orang yang tadi dicarinya dengan dua cup plastik kecil berisi teh hangat dan satu piring kecil berisi empat buah kurma. "Batalin dulu," kata Shawn, "buka harus disegerakan."

Keenan pun mengambil alih satu cup dari tangan Shawn. "Makasih." Kata Keenan. Shawn hanya mengangguk dan tersenyum manis. Keenan membaca doa berbuka puasa kemudian meneguk air di cup. "Alhamdulillah." Katanya pelan. Shawn menyodorkan piring berisi kurma kepada Keenan. Cewek itu pun mengambil satu dan melahapnya.

"Kok gak makan kurma?" tanya Keenan heran, melihat cowok di sebelahnya tidak memakan kurma. "Gak usah, lo udah manis kok." Shawn tersenyum.

"Hm, biawak." Keenan memutar mata, padahal hatinya deg-degan. Shawn tertawa, "seneng gak?"

"Seneng apaan?"

"Dibilang manis."

"Gue emang udah manis, maaf aja."

"Emang."

Biji wijen, kalo ngomong suka bikin orang lupa napas, batin Keenan.

"Apa, sih." Kata Keenan salah tingkah. "Kok 'apa, sih'? Kan tadi lo bilang kalo lo itu manis, ya iya, gue setuju." Jawab Shawn. "Gembel lo. Udah, makan kurmanya, gak usah sok-sokan gombal." Kata Keenan.

"Suapin." Kata Shawn dengan nada manja.

Keenan diam sebentar. "Ngelunjak ya, lo." Katanya kemudian. Shawn mengangkat satu alisnya, "kok ngelunjak? Orang cuma minta disuapin doang."

"Serah, kadal." Keenan menyilangkan tangannya di depan dada seraya memutar matanya.

"Ih, itu bule cakep kasian dimarahin mulu sama pacarnya." Bisik seorang cewek kepada temannya. "Iya, gak bersyukur banget punya cowok bule ganteng gitu. Mendingan cowoknya buat gue." Bisik temannya. "Cowoknya sabar banget ngadepin cewek macem mak lampir gitu. Galak. Marah-marah mulu." Kata cewek yang tadi dengan nada yang sedikit lebih keras. Mendengar bisikan setan itu, kontan Keenan menoleh dan menatap kedua cewek itu dengan tatapan membunuh. Kedua cewek itu merinding dan langsung berubah jadi batu. Memang, kalau lagi diomongin yang jelek-jelek biasanya Keenan berubah jadi Medusa.

Tanpa sepengetahuan Shawn, Keenan menghampiri kedua cewek itu. "Heh, mangkok cream soup! Seenak jidat bilang gue mak lampir! Dikata gue gak denger apa?" kata Keenan, jiwa mak lampirnya keluar. "Ma-maaf, kak. Kita gak ngomongin kakak kok." Kata salah satu cewek itu. "Gak maksud gimana? Lo pikir di tempat ini yang lagi bareng sama bule siapa, hah? Cuma gue! Udah pasti lo ngomongin gue!" Keenan ngamuk. "A-ampun kak.. Maafin kita.." mata kedua cewek itu berkaca-kaca.

Shawn yang menyadari dia tinggal sendiri melihat ke sekeliling, mencari sosok Keenan. "Duh, dia bales dendam apa, ya? Pake ngilang segala." Gumam Shawn pelan. Matanya kemudian terfokus pada tiga orang cewek yang sedang bertengkar. "Itu lagi, malah berantem di tempat umum," gumam Shawn, "tapi kok, kayak kenal ya."

Shawn memperhatikan ketiga cewek itu kemudian dirinya tersadar. cowok itu melayangkan kedua tangannya ke kepala, "WANJENG KEENAN!!"

🌿

heyyooo!
maapin baru up bcs gue kemaren lagi males nulis gitcu dan yaudah gitu.

Ojek Online (discontinue)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang