4. Permulaan

245 39 0
                                    





Setelah bunyi pecahan kaca yang terdengar keras dan jelas itu, sontak saja semuanya panik dan menuju ke asal suara, ya di kamar ketiga gadis itu.

Alangkah terkejutnya kesebelas laki-laki itu saat melihat Somi dan Inra berpelukan sambil menangis di atas tempat tidur, sementara Haerin berada dipojok kamar sambil memegang sebuah pecahan kaca yang sangat runcing.

Haerin lah yang memecahkan  cermin hias dengan sebuah botol parfum kaca.

Sumpah ini gila.

Tidak, Hoseok lebih gila saat ini, bagaimana bisa adiknya seperti ini.

"HAERIN!" Hoseok meneriaki gadis itu.

Yabg diteriaki hanya melihat dengan tatapan kosong ke arah Hoseok laku menampilkan smirknya.

Apa dia kerasukan. Itulah yang ada dibenak masing-masing mereka.

Tidak tau kenapa, kini Haerin mendekatkan ujung kaca itu ke arah tubuhnya.

"Haerin, jangan gila!"

Lagi lagi ia hanya tersenyum, tapi kali ini senyumnya menjadi seringaian.

"Dia tidak sadar, berhati-hatilah, dia sedang dikuasai."

Sontak semuanya menoleh ke arah Mingyu yang berada diambang pintu.

Apa ini benar?

"Amankan Somi dan Inra, aku akan mencoba untuk menangani Haerin."

Semuanya menepi, membiarkan Namjoon dan Seokjin serta Jimin untuk membawa Somi dan Inra keluar.

Mingyu masuk dengan pelan-pelan, ia tak membuat pergerakan yang besar, takutnya hal buruk bisa mengancam nyawa Haerin.

Tapi tolong, ini kaca.

Setiap bagiannya bisa membuat luka.

Hoseok diam-diam juga membuntuti mingyu.

Haerin itu adiknya, tidak mungkin jika ia hanya menonton semua ini tanpa berbuat apa-apa bukan?.

Mingyu maju selangkah demi selangkah, dan mengambil setumpuk tisu untuk melindungi tangannya dari kaca, ia tau ia akan melukai tangan haerin, tapi itu lebih baik daripada ia kehilangan nyawanya.

1,2,3...

"Ya!"

Mingyu berhasil menggenggam kaca itu, namun Haerin tiba-tiba membalikkan arah tajam kaca itu dan menancap pada perut kiri Hoseok.

"Astaga."

Haerin terlonjak kaget, saat kaca itu menancap ia langsung tersadar.

"A-aku..."

Haerin memeluk tubuh Hoseok yang hampir jatuh karena darah diperutnya sudah menetes hingga ke lantai.

Hoseok ambruk, tubuhnya semakin dingin.

Semuanya mengerumuni Hosoek membentuk sebuah lingkaran.

Kenapa seperti ini.

Semua orang itu hanya terdiam, menyaksikan Hoseok yang sudah tidak berdaya dan bisa dibilang sekarat.

"Maafkan aku, aku benar benar tidak sadar."

Haerin menangis tersedu-sedu, ia tidak perduli air matanya menetes hingga ke wajah Hoseok yang sedang dipangku olehnya.

"Jangan, jangan menangis seperti itu".

Hoseok menyentuh pipi adiknya, tangannya sudah gemetar, matanya semakin sendu, apa malam ini Haerin benar-benar akan kehilangan Hoseok.

Death N Alive [DNA] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang