D N A
Seminggu setelah kejadian itu, publik masih gencar memberitakan kasus vila itu.
Sekolah yang berduka karena kehilangan para murid teladan dan berprestasi, orangtua dari Jungkook, Hoseok dan Seokjin yang syok dan sulit menerima keadaan.
Dan Jihoon yang masih terbaring koma di rumah sakit.
Jinyoung dan Yoongi? mereka sudah lebih baik, hanya saja masih sedikit trauma
dengan apa yang terjadi.Jihyun datang setiap hari ditemani Jimin untuk melihat keadaan Jihoon, Jihyun berharap Ia mendapat kejutan saat menjenguk Jihoon, namun sudah seminggu Ia belum mendapatkannya.
Namun, hari ini Ia datang sendiri.
Berharap penuh bahwa temannya itu akan sadar dan itu cukup untuk membuatnya lega.
Seperti biasa, Ia merapikan nakas yang sering kali bergeser saat teman-teman lain menjenguknya.
Dokter datang, ya Jihyun sengaja datang saat ada jam pemeriksaan, Ia hanya ingin tau dan meminta kejelasan.
Jihyun keluar sebentar, duduk di kursi depan ruangan Jihoon untuk menunggu dokter memeriksa.
Tidak lama menunggu, dokter keluar.
Jihyun sontak berdiri, ternyata dari arah lorong belakangnya sudah ada Jinyoung yang masih memakai seragam sekolah.
"Dok, bagaimana? Kapan Jihoon bangun?"
"Kondisinya sudah membaik, dia akan segera sadar, tunggulah sedikit lagi." Dokter itu tersenyum lalu pergi disusul dengan perawat.
"Jihyun!" Seru Jinyoung berlari kecil dengan tas yang hanya disandang sebelah.
"Hm."
"Ayo masuk, aku ingin melihat Jihoon."
Mereka berdua pun masuk, saat itulah netra keduanya membulat sempurna.
Melihat pergerakan kecil di tangan kanan Jihoon yang tertempel infus hingga membuat selangnya bergerak.
Keduanya mendekat sekali lagi, mendengar nafas Jihoon yang berbunyi pelan dibalik selang oksigennya.
Mata bulat Jihoon membuka perlahan, hitam bening terpantul dengan cahaya lampu ruangan.
Jihoon merintih pelan, tangannya bergerak perlahan memegang kepalanya yang terasa sakit dan pusing.
"Aku akan panggilkan dokter, ya." Jihyun menekan tombol darurat di atas ranjang pasien.
Tidak lama dokter kembali datang.
"Aku tidur berapa lama?" Tanya Jihoon disela-sela ia diperiksa.
"Delapan hari." Sahut Jinyoung.
"Aku merasa sehat tidur selama itu." Jihoon tertawa kecil.
"Tunggu, aku akan menghubungi yang lain." Jinyoung keluar dari ruangan, menelpon yang lain agar segera datang karena Jihoon sudah sadar.
Pertama kali ia menghubungi, Haerin.
"Bae Haerin." Gumamnya.
Di suatu hari minggu yang cerah,
Namjoon, Taehyung, Jimin, Yoongi, Jihyun, Jihoon, Jinyoung, Haerin, Hyunra, dan Somi pergi ke pemakaman di Seoul, membawa 4 buket bunga.
Berpakaian serba hitam dan berjalan menyusuri luasnya pemakaman, mungkin ada ribuan makam yang tersusun rapi yang ditumbuhi rumput hijau yang sengaja ditanam dan dirawat.
4 makam itu berjejer ke samping, dengan nisan yang ditaruh sebuah foto dan nama.
"Jungkook, hyung di sini." Taehyung berbicara dengan nada gemetar, langit senja menambah kesan disini, perasaan mereka bercampur aduk dan sulit untuk dikendalikan.
Mereka berempat memberi penghormatan khas orang Korea dan menaruh buket bunga di atas nisan.
"Gyu, kami sudah memaafkanmu, tenanglah disana, ya." Yoongi menatap foto Mingyu yang sedang tersenyum di atas makamnya.
Ketika diri dikuasai emosi dan dendam, bahkan apa yang tidak mungkin dilakukan oleh orang seperti dia yang selama ini kau kenal, akan menjadi mungkin.
Itulah yang dinamakan kejutan yang tidak terlintas dipikiranmu.
Yang sama sekali kau tidak mengerti
dan juga,
Aku.
-END-
KAMU SEDANG MEMBACA
Death N Alive [DNA] ✔
Gizem / Gerilim[BTS+WANNA ONE+SVT] Jika sudah melanggar peraturan, maka harus menerima konsekuensinya, kan? hr #173 in m/t -080918 . start. 140318 end. 270618 ©2018, chaerinavalin