6. Mengubah rencana

220 35 1
                                    




DNA





Langit mendung dan hujan turun deras pagi ini, ini bukti bahwa tidak hanya 'mereka' yang sedih kehilangan sosok Seokjin.

Terutama Jungkook.

Rasanya baru sebentar ia melihat hyungnya itu tertawa sambil mengelus-elus rambut miliknya, sepersekian detik kemudian ia melihat hyungnya sudah tidak bernyawa seperti itu.

Siapa yang tidak sakit merasakan hal seperti ini.

Juga muncul rasa menyesal di hati kecil Jungkook.

"Maaf mencurigaimu hyung, tidak seharusnya aku mencurigaimu seperti itu, aku akan menemukan orang yang melakukan semua ini padamu dan juga Hoseok hyung."

Bagaimana dengan Jimin?

Ia mengunci pintu kamarnya setelah mereka memindahkan mayat Seokjin ke peti yang ada di gudang.

Jimin tidak menangis saat kejadian itu, Ia tidak ingin menjadi cengeng.

Kenyataannya ia akhirnya menangis juga dan langsung mengunci diri di kamar.

Namjoon sebagai seseorang yang memiliki sisi kepemimpinan tinggi tidak ingin terus berlarut-larut dalam kesedihan, baginya yang pergi biarlah pergi, namun ia harus mempertahankan yang lain agar tidak seperti kedua sahabat yang lebih tua darinya itu.

Namjoon memanggil Jungkook, Taehyung, Yoongi dan Juga Jihoon secara diam-diam, tidak dengan Jimin yang masih mengunci kamarnya, Jihyun, Jinyoung, Mingyu dan Adiknya serta Somi dan Haerin.

Mereka kini berkumpul di kamar Namjoon, berdiskusi.

"Hmm, Hoon? Kau tidak berbohong pada kami tentang bisa melihat itu kan?"

Namjoon memastikan sekali lagi, bisa saja anak ini yang membuat celaka disana-sini.

Jihoon meneguk jus apelnya sekali dan menghela nafas.

"Iya hyung." Singkat dan jelas.

"Nah, adakah dari kalian yang mencurigai? Bicara terus terang saja".

"Aku awalnya menuduh Seokjin hyung yang memegang sebuah buku hyung, aku hanya penasaran tentang apa buku itu, karena terlihat lusuh aku kira dari dalam kamar itu." Jungkook menunduk, ia merasa bersalah, sangat sangat.

Namjoon mengangguk, ia menunggu dari yang lainnya.

"Aku tidak mencurigai seorangpun hyung, aku hanya mengira ini takdir." ucap Taehyung santai.

"Apa maksudmu Tae?"

"Walaupun kita dikendalikan hyung, jika tidak takdir untuk mati maka tidak akan mati walaupun dalam keadaan sekarat."

Ada benarnya juga.

"Bagaimana denganmu, Yoongi?".

"Tadi malam, sekitar pukul dua, aku terbangun saat Jungkook mengigau dan Taehyung menampar wajahku". Yoongi menatap sinis Taehyung yang menyengir, huh sialan gumamnya.

"Aku berniat keluar dan melihat Jinyoung di depan kamar itu, aku tidak mencurigainya, tapi ia berdiri cukup lama dan tidak tau bahwa aku sedang di belakangnya."

Jihoon berpikir keras, tidak mungkin Jinyoung kan?

"Tapi hyung, orang ini memiliki dendam, aku lihat targetnya argh-"

Jihoon memukul dadanya keras, rasanya sesak sekali seperti jantungnya tidak bisa memompa darah dan paru-parunya tidak berfungsi.

Untung Taehyung dengan sigap menangkap tubuh Jihoon yang hampir ambruk ke lantai.

Death N Alive [DNA] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang