Delapan

9.7K 613 8
                                    

Jen mendekati Prilly dengan tatapan yang sulit di artikan, dan itu semakin membuat Prilly ketakutan, kepalanya semakin menunduk dengan jantung yang berdegup kencang.
Dalam hati ia berdoa agar Veyara tidak melihatnya jika nanti Jen memakinya.

Namun ketakutan itu sirna seiring dengan pelukan lembut yang Jen berikan untuk Prilly.

Ali dan Javier diam-diam menghela nafas lega, tadinya mereka takut jika Jen memaki dan menghina Prilly setelah semua yang Ali ceritakan kepada mereka.

"Oh, sayang. Kamu pasti sangat menderita selama ini, Vier lihat anakmu itu, mengapa dia bisa bersikap tidak bertanggung jawab seperti itu, apa dia tidak tau jika perbuatannya bisa saja membuahkan hasil?dasar."Omel Jen pada Ali.

"Mom !"kata Ali jengah.
Sementara Prilly hanya diam, tidak tau harus berbuat apa.

Javier hanya menggelengkan kepalanya melihat istri dan anaknya itu, ia kemudian beralih pada Prilly yang masih menundukan wajahnya.

"Lalu kenapa kamu nggak menghubungi Ali saat tau jika kamu hamil?bukannya Ali sudah memberikan kartu namanya padamu?"tanya Javier lembut.

Prilly mengangkat wajahnya menatap wajah teduh Javier sebelum menjawab.

"Eh, itu Pak sebena--"

"Daddy sayang, No Pak,"potong Jen.

Prilly menatap Javier takut.

"Ya, nggap papa kamu bisa memanggil saya Dad seperti Ali,"kata Javier seperti tau ketakutan Prilly.

"Tapi Pa--"belum selesai Prilly menjawab Jen melotot padanya.

"Hahahaha, turuti saja kemauan sang ratu itu, Prill. "ujar Ali.

Akhirnya Prilly menurut, toh dia tidak akan bisa menolak.

"Jadi,nak?kenapa kamu tidak menghubungi Ali, hm?"Vier mengulang pertanyaannya.

Prilly meremas tangannya karna gugup.

"Itu Pa--Dad, sebenarnya aku merobek kartu nama yang Ali kasih ke aku tanpa membaca namanya, jadi  ... "

Ali dan Javier melongo mendengar jawaban dari Prilly.

Sementara Jennita malah tertawa terbahak-bahak.

"Kamu benar-benar merobeknya,?"tanya Jen memastikan yang di balas anggukan oleh Prilly.

"Hahaha kau benar-benar luarbiasa sayang, Mom kagum padamu, kamu benar-benar akan menjadi menantu terbaik buat Mom,"lanjut Jen membuat Prilly dengan refleks memandangnya.

Ali terkekeh lantas beranjak dari duduknya,

"Baiklah, aku akan menyusul anakku saja silahkan Mommy rayu calon menantu Mom itu agar mau menikah denganku,"ujarnya kemudian berlalu dari sana namun sebelum benar-benar pergi Ali masih sempat mengedipkan matanya pada Prilly yang membuat wanita itu melotot kesal padanya.

Setelah Ali mengatakan itu Jen segera menatap pada Prilly,

"Benar sayang kamu tidak mau menjadi menantu, Mom?"tanya Jen membuat Prilly mati kutu.

Javier hanya menggelengkan kepalanya kemudian beranjak dari duduknya,

"Sepertinya aku akan melihat cucu saja,"kata Javier kemudian pergi dari sana meninggalkan Prilly dan Jen berdua saja.

"Apa kamu tidak menyukai Ali?"tanya Jen lagi.

"Ti ... dak Mom, hanya saja ... kami kan awalnya memang tidak saling mengenal, jadi jujur saja aku belum mempunyai perasaan apapun pada Ali,"jawab Prilly jujur.

Izinkan Aku Mencintaimu (End) -Repost-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang