Sembilan

9.4K 585 5
                                    


Keesokan paginya Prilly terbangun terlebih dahulu karna suara Adzan subuh.
Ia tersentak kaget saat ternyata ia tidur dengan tangan Ali melingkari tubuhnya sedangkan Veyara berada di atas tubuh Ali.

Prilly segera melepaskan lilitan tangan Ali dengan hati-hati kemudian beranjak untuk menyiapkan sarapan.

Di dapur Prilly melihat Ria yang tengah bingung melihat kearah sayur-sayur yang ia taruh di atas meja kompor.

"Ada apa,Ri?"tanya Prilly sambil mencepol rambut panjangnya keatas.

"Eh, Mbak Prilly udah bangun.
Ini aku bingung mau masak apa, soalnya nggak tau kesukaannya non kecil apa,"jawabnya.

Prilly tersenyum,

"Tugas kamu cuman jagain Veya selama aku kerja aja Ri, kalau urusan makanan dia biar aku dan buat cuci baju biasanya aku laundry seminggu sekali,"jelas Prilly sambil tangannya mulai sibuk mencari bahan-bahan untuk membuat bubur ayam.

"Tapi kan Mbak, masa aku nggak boleh masak?aku nggak apa-apa kok kalau disuruh masak, beneran deh."katanya dengan yakin.

"Yaudah, terserah kamu aja. Kamu bisa masak apapun di dapur ini, soal makanan Vey kebetulan bukan anak yang pemilih. Tapi dia alergi dengan kacang. Itu saja,"

Ria tampak mengangguk,

"Sekarang Mbak mau buat apa?"

"Aku mau bikin bubur ayam, soalnya Vey sangat suka dengan ayam. Jadi kalau buat sarapan aku suka bikinin dia bubur ayam, sop ayam atau ayam kecap."

Lagi-lagi Ria mengangguk seraya memperhatikan Prilly yang dengan cekatan memotong-motong ayam untuk di gorengnya sebentar.

Tak lama kemudian suara jeritan Veya terdengar, tadinya Prilly ingin menyuruh Ria yang menghampiri Vey namun mengingat ada Ali disana terpaksa Prilly harus turun tangan.

"Ri, kamu tolong lanjutin ya biar aku yang susul Vey."pinta Prilly yang hanya di balas anggukan oleh Ria.

.....

"Umiii... hikss... " Vey tampak terisak disamping Ali yang masih tertidur.

"Veya, kenapa sayang?"
Prilly segera meraih Veyara untuk di gendongnya dan Veya langsung melingkarkan tangannya di leher Prilly dengan wajahnya ia sembunyikan di leher sang Ibu.
Ia masih terisak walau pelan.

"Umi jan pegi... hiks... "ucapnya terbata karna isakan tangisnya.

Ali yang masih tidur tampak terusik, dengan perlahan ia mulai membuka matanya.

"Hoaamppp...,"
Ali menguap panjang seraya berusaha mendudukan badannya.
Ia mengusap matanya yang terasa gatal kemudian mendongak melihat Prilly yang nampak menenangkan Veyara di dalam gendongannya.

"Vey, kenapa?"tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Biasa kalau bangun tidur pagi harus ada aku disampingnya,"jawab Prilly.

Veyara yang berada dalam gendongan Prilly segera menoleh saat mendengar suara Ali.

"Abi... "ucapnya seraya mengulurkan tangan pada Ali.
Ali segera beranjak dan meraih si kecil itu ke dalam gendongannya.

"Kenapa sayang?kok nangis sih?anak cantik itu nggak boleh nangis,kalau nangis nanti cantiknya hilang, mau?"

Veyara menggeleng,

"Vey mu catik teus, Abi... tapi tadi Umi nya pegi, Vey takut... "ujarnya yang membuat Ali dan Prilly mengulum senyum.

Di ciumnya dengan gemas pipi gembil itu,

Izinkan Aku Mencintaimu (End) -Repost-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang