Delapanbelas

7.8K 616 13
                                    

Jangan lupa Vomment Guys :*

Happy Reading For IAM :*

                      ***

Saat ini, Prilly menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan Ali.
Sedangkan, Veyara sudah Ali tidurkan sejak tadi dan sekarang sudah berada di kamarnya bersama Ria yang menemani.

"Hikss...dia jahat Li, dia mau bunuh Veyhkss...dia datang kesini pasti cuman buat mastiin apakah kami masih hidup atau sudah matihkss...dia jahat Li...kamu gak kenal diaa..."ujar Prilly di tengah isak tangisannya.
Ali tidak tau harus mau menanggapi bagaimana, ia hanya bisa memberi tempat ternyaman untuk Prilly di dalam dekapannya.

"Prill, apa gak sebaiknya kamu dengerin dulu penjelasan Daddy kamu.
Mungkin, semuanya memang tidak sama seperti yang kamu pikirin,"Prilly mendongak, menatap Ali tajam.

"Kamu gak kenal dia Ali, dia mau bunuh anak aku, anak kita!
Apa kamu gak ngerti juga, hah?"bentak Prilly dengan emosi.
Di lepaskannya dengan kasar pelukan Ali padanya.
Ia marah karena Ali berusaha membela pria yang ingin membunuh anaknya.
Ali memejamkan matanya prustasi, ia salah bicara.
Tsk!

Ali berdiri dari duduknya lantas mendekat pada Prilly yang berdiri gemetar di jendela balkon kamarnya.
Di peluknya perempuan itu, perempuan yang sudah rela melepaskan semuanya demi anaknya. Anak mereka.
Prilly kembali terisak keras dengan tangannya memukuli dada Ali, berusaha menghilangkan rasa sesak yang bergumul di dadanya.

"Tenangkan dirimu, hem.
Sekarang istirahat ya? kamu pasti lelah, aku akan menyiapkan makan malam untukmu.
Ayo!"ucap Ali seraya membimbing Prilly untuk berbaring ke kasurnya.
Sekarang, memang sudah cukup larut, jam di dinding kamar Prilly sudah menunjuk angka 9 malam.

"Aku mau di kamar Vey,"pinta Prilly seraya menatap tepat ke mata Ali.
Ali mengangguk kemudian membawanya ke kamar Vey yang memang bersebelahan dengan kamar Prilly.

Di kamarnya, Vey terlihat masih terlelap dengan boneka bayi kesayangannya berada dalam pelukannya.
Prilly lantas berjalan mendekat ke ranjang sang putri dan dengan perlahan membaringkan tubuhnya disana sambil memeluk Veyara-nya.
Air matanya kembali keluar tatkala Vey yang membalas pelukannya walau dalam tidur sekalipun.

"Umi sayang Vey, selamanya akan selalu sayang Vey!"tegasnya sembari menciumi seluruh wajah Veyara.

Ali yang memang belum keluar dari sana mengalihkan perhatiannya ke arah lain, menghalau air mata yang ingin merebak keluar dari matanya.
Akhirnya, dengan pelan ia keluar dari kamar itu menuju dapur untuk menyiapkan makan malam Prilly.

Sesampainya di dapur ternyata sudah ada Bian disana.
Ali mendekat dengan langkah tenang, ini memang pertama kalinya ia bertemu dengan anggota keluarga Prilly.
Namun, bagi Ali semuanya sama saja seperti klien yang sering ia tangani selama ini.

Fabian, lelaki itu menatap kedatangan Ali dengan tatapan menyelidik tajam.

"Anda siapa?"tanya Fabian datar.
Tatapan tajamnya tepat menghunus kedalam mata Ali.
Ali membalas tatapan itu rasa takut sama sekali.
Di ulurkan tangannya kehadapan Bian seraya menyebutkan namanya, "Aliando Syarief, CEO Syarief Corporation."

Fabian mengangkat sudut bibirnya, menatap Ali remeh.

"Bukan itu. Tapi status mu dalam hidup adik saya, siapa?"

Shit! Ali mengumpat dalam hati, ia tau saat ini Fabian berusaha untuk mengintimidasinya.
Namun, ia menolak untuk itu.
Dia adalah seorang Syarief, dan tidak ada yang bisa mengintimidasi klan keluarga Syarief, terutama dirinya.
Menarik tangannya kembali Ali malah bersidekap membalas tatapan Bian tak kalah tajamnya.

Izinkan Aku Mencintaimu (End) -Repost-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang