Duapuluhtiga

8.4K 609 21
                                    

Hello Gengsss...?
Duhh...aku lagi rajin nih...
Jarang-jarang kan aku rajin gini?
Mau tau gimana caranya biar aku rajin post terus?
Caranya gampang kok...
Sehabis baca kalian hanya perlu tekan tombol VOTE kemudian kasih KOMMEN YANG PANJANG...
kalau dua cara itu kalian lakuin, aku jamin deh aku post nya lebih rajin dari biasanya..
Hehe.

Silahkan mencoba dan menikmati gengss...

Happy Reading for IAM.

****

Pagi yang cerah di kota Berlin benar-benar di manfaatkan dengan baik oleh penduduk disana.
Di tambah lagi karena hari minggu membuat kegiatan jogging pagi lebih menyenangkan dari hari biasanya.
Begitu juga yang di rasakan oleh Ali.
Saat ini ia tengah menghirup udara segar di taman yang berada tak jauh dari kediaman Latuconsina.
Ia sengaja bangun pagi-pagi sekali agar bisa jogging di luar.
Tadinya, dia akan mengajak Prilly dan Veyara ikut dengan nya namun saat melihat keduanya masih terlelap membuat Ali mengurungkan niatnya.
Rasanya, ia tidak tega jika harus menganggu tidur dari kedua bidadarinya itu.

Ketika Ali sedang meregang otot-ototnya seseorang menepuk bahu nya dengan sedikit keras.
Ali sontak menoleh dan ia hanya tersenyum tipis saat mengetahui jika seseorang tadi adalah Russel, ayah dari Prilly.

"Apa yang kau lakukan disini?" ujar Russell dengan pandangan lurus ke depan.
Ali melirik orang tua itu sekilas sebelum akhirnya ikut memandang ke arah depan.

"Hanya jogging sebentar untuk menyegarkan badan.
Lalu, apa yang anda lakukan disini? " tanyanya balik.

Russell tak menjawab, dia hanya diam dengan pandangan menerawang.
Melihat itu Ali pun ikut diam.

Setelah beberapa menit hanya berdiam diri Russell mulai membuka mulutnya.

"Apa kau mencintai putri ku Al?
Atau kau hanya berempati kepadanya karena dirimulah penyebab semua penderitaan yang ia alami?" Russell berujar dengan tenang tanpa melihat kearah Ali.
Ali terkekeh pelan, lucu mendengar pertanyaan yang Russell lontarkan untuknya.

"Jujur! Awalnya aku sama sekali tidak menyukai putrimu.
Saat tau dia melahirkan putriku.
Tujuan ku hanya satu saat itu, yaitu, menebus semua kesalahanku dimasa lalu dan memberikan kehidupan yang layak untuk gadis kecilku.
Semuanya memang tidak mudah dan tidak secepat itu.
Aku harus banyak bersabar menghadapi putrimu yang menurutku sangat keras kepala itu... " Ali terkekeh jika mengingat pertengkaran-pertengkaran mereka selama ini.
Rasanya, ia tidak percaya jika sekarang dia telah jatuh begitu dalam ke pesona seorang Prilly Adelia Latuconsina.
Russell ikut tertawa kecil mendengar itu, ia sangat tau darimana sifat itu Prilly turuni, tentu saja darinya.

"... Namun, setelah cukup lama mengenalnya dan juga melihat bagaimana dia mengurus putriku dengan baik perlahan perasaan sayang dan ingin melindungi mulai melingkupiku.
Aku tidak tau kapan tepat nya perasaan itu datang tapi yang jelas dengan tegas aku mengatakan jika saat ini aku sangat mencintai putri anda," lanjut Ali seraya menatap Russell dalam.
Ia mencoba menunjukan jika ia serius dengan kata-katanya.

Russell tersenyum seraya menghela nafas lega.
Sebagai seorang ayah yang bisa dibilang gagal dalam mengurus putrinya, Russell cukup bahagia saat mendengar kenyataan jika putrinya begitu di cintai oleh seorang pria yang baik seperti Aliando.
Tidak pernah sekalipun Russell melihat pria se- gentle Ali yang bicara seserius ini kepadanya.

Russell menepuk bahu Ali pelan, "Aku percaya dengan kata-katamu.
Dan Aku bisa melihat itu dari perlakuan mu terhadap putriku.
Namun, sebagai seorang ayah aku tetap ingin yang terbaik untuk putriku.
Aku ingin kebahagian yang nyata untuknya.
Cukup selama lima tahun ini saja aku menelantarkan nya tidak untuk kali ini.
Jadi, aku harap kau bisa mempertanggung jawabkan semua ucapan mu padaku hari ini."
Aliando mengangguk mantap.
Dia benar-benar mencintai Prilly dan tidak berniat untuk bermain-main dengan pria itu.

Izinkan Aku Mencintaimu (End) -Repost-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang