Tujuhbelas

8.2K 630 21
                                    

           Jangan lupa Vomment Guys :*

Happy reading for IAM :*

              ****

Saat ini Ali sedang dalam perjalanan untuk mengantar Prilly dan Veyara pulang.
Tadinya, Jen menyuruh untuk menginap.
Namun, Prilly menolak dengan alasan tidak enak meninggalkan Ria yang memang hanya berdua saja dirumah bersama pak Kusyo.
Padahal, yang sebenarnya adalah Prilly masih sungkan di rumah itu, walaupun Jenni dan Javier sangat baik kepadanya juga Veyara.
Tetap saja, bagi Prilly semuanya masih terlalu cepat.

"Umi, Vey kapan cekulahna cih? Vey peen kayak akak Kinala yan cekulah. Vey bocen di lumah cama KakLii teus,"oceh Veyara memecah keheningan yang terasa di mobil itu.
Prilly menoleh ke belakang untuk melihat wajah sang putrin, "Iya, nanti kalau Vey udah umur 4 tahun kita sekolah ya?
kan sekarang belum 4 tahun.
Jadi, anaknya Umi sabar ya, nak."
Vey cemberutn, "Napa halus nugu epat taun? kak Kinal aja cekulahna cekalang lho Umi,"protesnya.

"Hadehh... Vey... Vey..."gerutunya pelan.
Prilly selalu saja di buat pusing dengan setiap yang Veyara lakukan.
Anaknya itu seperti tidak pernah kehabisan kata untuk mendebatnya.
Persis Abinya, pikirnya.

Ali yang sedari hanya memperhatikan mulai ikut menyahuti.

"Karena kak Kinara sama Veyara beda umurnya, nak.
Kan kakak Ara sudah 6 tahun, dia udah masuk SD.
Nanti, kalau Vey udah 6 tahun juga Abi masukan SD kok.
Tapi, anak Abi harus pinter di TK dulu, soalnya kalau gak pinter di TK gabisa masuk SD.
Vey paham?"jelas Ali lembut.
Vey nampak berpikir sejenak, mencerna semua penjelasan Ali ke dalam otak kecilnya.
Sedetik kemudian ia tersenyum seraya mengangguk.

"Vey paham Abi. Beati nati Vey macuk TK tus bajal yan pintel balu deh macuk SD baleng kak Kinal, ya kan Abi?"Ali mengangguk mengiyakan.
Prilly yang sejak tadi pusing memikirkan jawaban yang tepat untuk putrinya ini di buat menganga.
Pasalnya jawaban yang Ali berikan pada Vey tadi sudah pernah ia utarakan juga pada Vey.
Dan apa jawaban anak itu?

"Napa kak Kinal nam taun Vey epat taun?kenapa dak cama aja umul Vey cama kak Kinal, Umi?" itu adalah jawaban Vey waktu itu.
Bahkan, Prilly masih mengingat setiap kata yang putrinya itu ucapkan.
Dan hari ini, dengan mudahnya ia mengangguk dan berkata paham?
Wah! tidak di ragukan lagi, kalau Vey memang anak Aliando Syarief.

****

Ali turun dari mobilnya kemudian beralih ke bangku belakang untuk menggendong Vey, sementara Prilly hanya diam seraya menatap aneh pada mobil yang terparkir di depan rumahnya.

Ya, saat ini mereka telah sampai di depan rumah Prilly.
Dan seingatnya, hari ini ia tidak mempunyai janji dengan siapapun.

"Pril, kok gak turun?"tanya Ali heran.

"Umi itu mobilna capa?"sela Vey yang berada dalam gendongan Ali.
Anak itu juga menatap bingung pada mobil hitam yang sama sekali tidak ia kenal.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Ali dan Veyara, Prilly keluar dari mobil kemudian berjalan perlahan menuju pintu rumahnya.
Entah, kenapa dada nya berdebar kencang.
Ia gelisah namun tidak tau apa sebabnya.
Membuka pintunya perlahan Prilly di buat terkejut saat melihat seorang pria paruh baya duduk di ruang tamunya dengan membelakanginya.
Bahkan, tanpa sadar Prilly menjatuhkan tas jinjingnya yang menimbulkan suara sehingga pria itu berbalik melihatnya.
Prilly mendekap mulutnya saat matanya dan lelaki itu bertatapan.

Sementara Ali dan Veyara yang ada di belakangnya hanya bisa menatap bingung pada keduanya.

"Tidak ingin memeluk ayahmu ini, nak?"kata Russel dengan wajah yang benar-benar merindukan gadis mungilnya.
Prilly mendecih, ia melengos, menolak menatap lagi ke pria yang adalah ayah kandungnya sendiri, Russell Jacob Latuconsina.
Ayah yang 5 tahun lalu mengusirnya dari rumah karena ia kembali dalam keadaan hamil tanpa suami.
Ayah yang tega menyuruhnya untuk menggugurkan kehamilannya yang saat itu baru berusia 4 minggu.
Ayah yang telah mengucapkan, jika anak perempuannya telah mati.
Ayah yang sialnya amat sangat Prilly sayangi.

Izinkan Aku Mencintaimu (End) -Repost-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang