Empat

9.7K 614 2
                                    

"Umi, kok tadi malahin Om Ali teus cih?kan kata Umi kita ndak boleh bantem. Nati ndak punya kawan. Tapi napa Umi bantem cama Om Ali?" Ujar Veya sesaat setelah Prilly berbaring disampingnya.

Prilly mengembuskan napas, lalu menoleh pada sang putri.
Salahkan dirinya yang tidak bisa mengontrol ucapannya jika bertemu dengan pria asing itu.

"Maaf ya sayang, seharusnya Umi nggak marah sama Om Ali, tapi mau bagaimana lagi. Umi kesal karna gara-gara Om Ali, anaknya Umi nggak makan siang sama Umi." Jawab Prilly pura-pura cemberut.
Ia harap Veya akan mudah di kelabuhi.

Dan benar saja, setelah ia mengucapkan itu Veya segera memeluknya dengan sayang.

"Mapin Veya ya Umi, Vey jaji becuk kita mam bedua aja oke?"ujarnya dengan mata berkedip lucu.

Prilly tertawa kemudian mencium wajah gadis kecilnya itu dengan gemas.

"Tapi, besok Vey sama Ateu Juli, ya?mau kan?soalnya besok Umi banyak kerjaan. Dan nanti bakal ada Mbak Ria kesini buat jagain Veya selama Umi kerja?Veya mau kan kalo dirumah sama Mbak Ria?"ucap Prilly kemudian.
Ia tau Veya tidak akan mengerti, tapi setidaknya putrinya itu tau jika nanti akan ada yang menjaganya dirumah ini.
Sebenarnya Prilly tidak mau memakai jasa Babysitter, selain harus membayarnya mahal Prilly juga tidak terlalu percaya pada orang asing.

Tetapi untuk Ria ini, Julia sendiri yang menjamin karna memang Ria ini adalah saudara jauh Julia yang tinggal dikampung.

Tadinya Julia menawarkan untuk membiarkan Veya bersamanya namun Prilly menolak karna tidak mau merepotkan wanita itu, walaupun sebenarnya Julia sama sekali tidak merasa di repotkan oleh Veyara. Karena gadis kecilnya itu anak yang penurut.

"Mbak Lia nati tigal dilumah ini?ya Umi?tigal cama kita?"tanya nya dengan rasa penasaran.

Prilly mengangguk, tangannya mengusap kening Vey dengan lembut.

"Iya, nanti kalau Vey bosan dirumah Vey bisa ajak Mbak Ria kerumah Ateu Juli."

Veya nampak berpikir sejenak kemudian mengangguk semangat,khas Veyara sekali.

"Yaudah, yuk tidur. Udah malem."ajak Prilly seraya menarik selimut untuk mereka berdua.
Veyara segera menyusupkan tangannya di dalam kaos Prilly.
Kebiasaannya sejak dulu adalah memainkan payudara milik Ibu nya sebelum tidur.

                      *****

Keesokan paginya Prilly bangun pagi-pagi sekali,setelah sholat subuh ia segera pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Semalam Veyara sudah memesan minta di buatkan sop ayam kesukaan nya, jadi lah sekarang Prilly sibuk menyiapkan semua bahan-bahan untuk membuat sop ayam.

"Hoaamppp...Umii.." Veya keluar dari kamarnya dengan mata mengantuk.
Rambut panjangnya nampak acak-acakan karna baru bangun tidur.

Prilly yang tengah memotong-motong bakso untuk ia masukan ke dalam sop menoleh ke asal suara.

"Assalamualaikum, sayang. Baru bangun, heumb?" Sapa Prilly.
Ia mendekati Veya yang masih berdiri diambang pintu dapur setelah memasukan baksonya ke dalam panci.

"Haus, Umi." Ucapnya seraya menaruh kepalanya di lekukan leher Prilly.
Prilly tersenyum kemudian mendudukan Veya di kursi yang ada di dapur.

Ia memberikan Vey segelas air putih yang langsung di minum anak itu hingga habis.

"Uhh, anaknya Umi haus banget ya?"gurau Prilly seraya mencubit gemas pipi gembil Veya.

Veyara terkekeh pelan mendengar gurauan Uminya.

Disaat mereka tengah bercanda suara deru mobil di depan rumah membuat Prilly mengerutkan kening.

Prilly melirik jam dinding yang ada di dapur, jam menunjukan pukul 05.46.

Izinkan Aku Mencintaimu (End) -Repost-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang