22

14.4K 1.4K 88
                                    

Hari ketiga liburan dan Jin sudah mengomel dipagi hari akibat tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak. Hampir semua persediaan makanan habis karena tidak ada satupun dari mereka yang pergi dari pulau seolah mereka terdampar di pulau tak berpenghuni.

Jimin yang paling pertama mendengar keluhan kakak tertuanya hanya mendengus jengkel.

"Ada apa sih, Hyung? Pagi-pagi begini kau sudah ribut."

"Yak, kau pikir bagaimana bisa aku tenang kalau tidak ada bahan makanan yang bisa dimasak? Mau makan apa kita hari ini? Pasir, huh?"

"Tinggal belanja saja apa susahnya."

"Benar juga. Tumben kau pintar." Jin mengangguk antusias. "Kalau begitu ayo!"

"Apa? Kau saja sana!"

"Yak, aku kan tidak tahu jalan. Kalau aku tersesat bagaimana?"

"Apa gunanya kau punya ponsel, Hyung," Jimin berujar malas.

"Kau kan orang Busan."

"Lalu apa hubungannya? Busan dan Gyeongsangnam itu jauh. Astaga."

"Pokoknya aku tidak mau tahu. Ayo cepat temani aku ke supermarket."

Jimin menyipit menatap Jin. Merasa keberatan dengan paksaannya, tapi tidak bisa berdebat lagi. Kalau kakaknya itu sudah memaksa apa boleh buat.

Setelah mengenakan sweater dan juga topi beanie-nya, Jimin bergegas menuruni tangga dan melihat Jin yang tengah mengobrol dengan Jiyoon.

"Hyung, ayo!"

"Oppadeul mau kemana?" Jiyoon bertanya ketika melihat gelagat Jimin dan Jin yang sudah rapih.

"Kami mau pergi ke supermarket. Belanja makanan."

Seketika mata Jiyoon membulat dengan binar harapan di sana ketika mendengar penjelasan Jimin.

"Bolehkah Jiyoon ikut?"

Jimin langsung menoleh pada Jin. Sebenarnya dia tidak masalah kalau Jiyoon ikut, hanya saja kalau Jin tidak mengizinkan dia tidak tega untuk menolaknya. Apalagi melihat bagaimana mata Jiyoon yang berbinar seperti Yeontan.

"Baiklah. Tapi Jiyoon tidak boleh nakal, mengerti?"

Mendengar jawaban Jin, Jiyoon langsung melompat kegirangan sambil tertawa riang. Hal itu tidak luput dari pandangan kedua laki-laki dewasa itu.

"Kalau begitu ganti bajumu. Minta izin juga pada ayahmu."

"Ayah masih tidur. Kalau Ayah tidur seperti orang mati. Jiyoon tidak mau membangunkan Ayah," sahut Jiyoon menanggapi perkataan Jin.

Jin sepenuhnya mengerti dengan maksud gadis kecil itu. Jadi dia tidak ambil pusing kalaupun Jiyoon tidak izin terlebih dahulu pada Yoongi.

Seusai Jin dan Jimin memakai maskernya masing-masing serta memastikan Jiyoon sudah mengenakan sweater dan topi beanie-nya, mereka berangkat menuju pusat kota menggunakan kendaraan roda empat warga sekitar yang mereka sewa dengan harga tinggi. Ketika tiba di pusat kota kecil itu, mereka terlebih dahulu berkeliling untuk mencari keberadaan supermarket mengikuti arahan GPS, namun tidak ada yang bisa diharapkan disaat mereka berlibur di pulau terpencil. Mereka hanya menemukan supermarket yang bahkan lebih mirip seperti minimarket pinggir jalan.

Setelah memastikan mobilnya terparkir dengan benar, Jimin segera turun dari kursi penumpang sambil menggendong Jiyoon. Sementara Jin mengunci pintu mobil secara manual.

Suasana tempat perbelanjaan itu tidak terlalu ramai. Hanya ada segelintir orang. Itupun hampir semuanya orang-orang lanjut usia.

Jimin dengan bersemangat menarik troli dan mendudukan Jiyoon di dalamnya. Gadis kecil itu bahkan sudah tertawa selama Jimin mendorong trolinya.

Hello, Daddy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang