Dengan sangat berat hati, aku harus mengatakan pada Marc bahwa kencan kami sebaiknya ditunda dulu. Marc tidak keberatan akan hal itu, dan membuatku sedikit lega karenanya.
"KAU APAKAN MARC?!"
Langkahku terhenti di ambang pintu utama rumahku begitu kulihat Ellie meraih kerah baju milik Ayah. Ia tak henti-hentinya menyerukan kalimat 'kau bajingan' tepat di depan wajah Ayah. Dan aku memilih untuk tetap diam bersama dengan Marc yang berdiri di sampingku tanpa kata.
Sebenarnya siapa Marc? Mengapa Ellie tahu perihal dirinya? Dan apa yang akan ia lakukan pada Marc nantinya?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang sekarang terpatri di benakku.
Tanpa bisa kutebak, Marc tiba-tiba saja bersuara dengan lantang, "Siapa kau?"
Ellie yang semula sibuk menumpahkan segala kekesalan pada Ayah menghentikan kegiatannya. Dia menoleh ke arah dimana aku dan Marc berdiri dengan napas berderu.
"Lihat? Dia bahkan tidak lagi mengenaliku, Andrew." Ellie menunjuk Marc di seberang. "Sebenarnya apa yang kau rencanakan?"
Ayah tidak menjawab. Wajahnya pun seolah mengatakan bahwa ia tidak akan mengatakan apa-apa.
Ellie yang tak kunjung mendapatkan jawaban dari Ayah berjalan cepat ke arah Marc. Aku hendak menghentikan wanita gila itu bila saja Marc tidak menahan tanganku dan menggeleng. Wanita tadi kini telah berdiri tepat di depan Marc, mengamati wajah Marc yang tak berekspresi.
Kurasakan tangan Marc menggenggam milikku dengan erat, persis seperti apa yang kami lakukan saat malam di mana Marc merasa kesakitan luar biasa. Apa sekarang Marc juga merasakan sakit?
"Marc...," ucap Ellie tidak menyangka dengan keberadaan Marc. "Aku Ellie, orang kepercayaanmu di pemerintahan. Tidakkah kau ingat?"
Marc menggeleng. Matanya mengerjap beberapa kali sembari meneliti wajah Ellie, seolah ia sedang mencari sesuatu dari hidupnya di wajah wanita itu.
"Andrew sialan itu benar-benar—"
"Jangan pernah panggil ayahku dengan sebutan hina!" aku menyela. "Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, apa hubunganmu dengan Marc dulu, dan apa yang kauinginkan. Tapi, bisakah kau datang ke sini tidak dengan membawa masalah atau hal buruk? Aku bahkan ragu apa kau sebenarnya masih pantas dipanggil Ibu."
Ellie bergetar hebat mendengar ucapanku barusan. Meski begitu, senyum meremehkan malah terpampang di wajahnya yang mulai berkeriput. Tiba-tiba saja hatiku rasanya seperti diremukkan, padahal nyatanya aku yang berkata.
"Kau harus ikut denganku, Marc," kata Ellie. "Benar. Kau harus ikut denganku dan kembali menjadi agenku. Kau mau, kan?"
Kali ini aku menatap Marc yang tak juga berekspresi maupun bersuara. Baik Ellie dan aku sama-sama menunggu jawaban dari robot tampanku. Sejenak hening menyelimuti kami lagi setelah keheningan tadi pagi.
"Maaf. Aku bahkan tidak mengenalmu." Akhirnya, itu adalah kalimat yang keluar dari mulut Marc. Aku menghela napas lega. Dan kurasakan tangan Marc kembali mengeratkan genggamannya padaku.
Namun Ellie, wanita itu memang sulit ditebak isi kepalanya. Aku baru tahu bahwa wanita yang berstatus ibu kandungku itu cukup keras kepala. Kenyataan itu kuketahui saat ia dengan yakinnya mengatakan, "Aku tidak tahu apa maksud Andrew kembali membuatmu hidup, tapi yang aku tahu pasti, dia punya misi yang akan melibatkanmu dengan Covalent. Jadi, bersiaplah. Jika kau mulai percaya bahwa hal itu terjadi padamu, kau bisa datang ke pusat kota untuk menemuiku dan kembali menjadi orang kepercayaanku. Seperti dulu."
Begitu ia menyelesaikan kalimat, Ellie melirikku sebentar dengan tatapan sombong. Matanya yang memerah kini disamarkan oleh kacamata hitam yang melindungi matanya dari tusukan garpu olehku. Wanita itu tersenyum lebar selagi tangannya menepuk-nepuk bahuku dan berkata, "Sampai jumpa lagi, Covalent. Semoga ayah kesayanganmu itu tidak benar-benar membuat putrinya dengan sang kekasih dalam bahaya. Aku sudah mewanti-wantimu dari awal."
KAMU SEDANG MEMBACA
DNA | Marc Márquez ✅
Hayran Kurgu[Marc Márquez and Cara Delevingne fanfiction] Untuk ukuran seseorang yang ingin menjadi agen mata-mata, masa kuliah Covalent Lauder yang berjurusan Teknologi Robot Masa Depan sepertinya sangatlah membosankan. Benar, membosankan. Sebelum Marc Márquez...