Empat

90 11 0
                                    

Daniel Lelaki Tampan

Sheila sibuk chattingan sama Alvin, sombong dia sekarang.

"Heh?"

Sivia menatap bingung pesan masuk yang barusaja dikirim oleh Daniel tentang Sheila. Yap, mereka tengah membicarakan salah satu teman dekat dari Sivia di kelas sebelah yang notabene juga saudara sepupu dari Daniel sendiri. Lucu kadang, seakan mereka berdua saling mengibarkan bendera perang

Alvin siapa?

Apakah dia Alvin yang sama dengan Alvin yang baru – baru ini sering diceritakan oleh Ify? Salah satu anak band – yang ia sudah lupakan namanya – yang 'katanya' terkenal hampir se – sekolah-sekolah yang ada di kota ini? Yang katanya berada di kelas yang sama dengan Daniel? Yang katanya berwajah oriental dan sangat tampan? Yang katanya-

Heish!

Ia bahkan baru mendengar nama band absurd itu saat pertama Ify menceritakannya beberapa hari yang lalu. Dan menyebabkannya mengingat nama itu sepanjang waktu, sampai detik ini. Apa ini pentolan yang kedua setelah Daniel? Atau setelah Devan? Abner? Atau teman – temannya yang satu komplotan itu?

Kan, ia jadi memikirkan lelaki yang wajahnya saja ia tak tahu.

Daripada mati penasaran, akhirnya dibalaslah pesan tersebut dengan pertanyaan yang akhir – akhir ini terus menyita pikirannya.

Alvin siapa, deh? Send.

Setelah membalas, ia bergegas keluar dari laman facebooknya dan membuka pesan masuk di aplikasi bawaan ponselnya. Seingatnya beberapa menit yang lalu ponselnya bergetar, menandakan pesan masuk dari nomor lainnya.

Dan sejujurnya, ia berharap pesan tersebut adalah pesan dari orang itu.

1 New Message

Gosh! Dengan cekatan ia membuka dan membaca pesan tersebut pelan – pelan, lantas tersenyum senang dan segera membalasnya. Demi Tuhan, hari ini ia merasa senang. Dan bisa melupakan nama lelaki itu sejenak dari pikirannya.

*

Sivia baru saja selesai melakukan piket di kelasnya setelah Tara merecokinya dengan memberikan sapu dan cikrak di hadapannya saat ia tiba tadi. Alasannya, gadis itu hampir tak pernah melakukan tugas rutin yang jadwalnya saja terpampang besar di samping papan tulis kelas. Ia mendesah panjang, sedikit lelah. Tadi, setelah ia menyapu kelas, Ernest langsung menariknya untuk menyapu halaman belakang kelasnya.

"Sivia!" baru saja ia akan mendudukkan diri di kursi depan koridor kelasnya, seorang gadis tinggi berambut panjang berlari tergesa ke arahnya. Kemudian memeluknya erat – erat hingga Sivia merasa pengap.

"Fy, aku sesak, Fy."

"Ada apa, Fy?"

"Devan sudah tahu kalau aku suka sama Alvin. Tadi aku lewat kelasnya, mau ke gudang cek peratan buat upacara. Eh, ada Alvin sama Devan di depan kelas. Terus si Devan godain aku terus sama si Alvin,"

Ish, Alvin lagi. Siapa sih, dia? Sekeren apa orang itu? Apa dia anak pejabat? Artis ibukota?

Ify yang menyadari raut bingung dari wajah Sivia, langsung berdecak kesal. "Ih, masih belum tahu yang namanya Alvin?" Sivia menggeleng.

"Dasar Sivia! Kurang – kurangin, deh, lengket sama Daniel Lelaki Tampan. Di kelas itu, ada banyak laki – laki tampan," celetuk Wyna yang entah bagaimana telah berada di dekat keduanya.

Ify mengangguk setuju. Sementara Sivia menggeram pelan, sembari berlalu pergi dari dua temannya. Percuma saja ia menanggapi kisah Ify dan juniornya si Alvin – Alvin itu. Ini Ify, salah satu gadis most wanted di kota ini. banyak laki – laki yang rela mengantri agar dapat menjadi pacar – atau bahkan hanya sekedar teman laki – laki dari gadis ini.

Sivia's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang