Dua (b)

105 12 1
                                    

"Gimana sama Daniel? Sudah sampai mana kalian?" Sheilla yang baru saja keluar dari kelasnya memergoki Sivia yang tengah duduk di kursi depan koridor.

Gadis yang sedari tadi tengah sibuk memainkan dedaunan di meja, langsung mendelik begitu mendengar nama lelaki itu disebut. "Shel, please," pintanya memelas, mulai lelah.

Sheilla terkekeh pelan, kemudian menghampiri temannya yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Rambutnya yang panjang tertiup angin, membuat Sivia berdecak iri. Ia ingin sekali memiki rambut seperti Sheilla yang panjang dan halus. Rambutnya berwarna coklat, dan tidak panjang. Mamanya selalu marah jika ia memanjangkan rambutnya. Tidak rapi, katanya.

"Ah, dia nggak berhenti bahas kamu setiap kita bertemu!" Sheilla memulai ceritanya.

Siia mengernyit bingung. "Masa, sih?"

"Iya. Ada saja yang dibahas," jawabnya sambil terseyum lebar, seperti menerawang sesuatu. "Eh, iya, kamu benar nggak sama Dan, kan?"

"Shel, you know me so well, loh." Sivia mengucap pelan, takut jika ada yang mendengarnya. "Kan, memang nggak begitu."

"Tap-"

Belum sempat Sheilla meneruskan kalimatnya, tiba – tiba seorang gadis melompat girang sambil merangkul keduanya. "HALO KALIAN!" pekiknya terlewat keras, membuat Sivia dan Sheilla kontan menutup daun telinganya.

"Tan, pergi. Aku mulai pengap!" seru Sivia kesal. Anak ini memang sangat hiperaktif, selalu bahagia setiap hari.

"Hai, Tania! Long time no see you, ha! Kemana aja?" Sheilla bertanya, setelah gadis yang bernama Tania melepaskan dekapannya sambil tertawa riang.

"Hehe,"

Tuh, kan, dia tertawa lagi.

"Jadi, gimana kabar teman kita yang satu ini?" Masih disela tawanya, ia menyerobot duduk di antara Sivia dan Sheilla.

Heish. Sivia berdecak kesal, sembari bergeser ke bangku sampingnya yang masih longgar. Gadis di sampingnya ini, Tania Osmond. Salah satu teman dekatnya ketika kelas satu dahulu, yang sekarang berpisah kelas. Hobinya tertawa, tersenyum, dan berceloteh setiap hari. Pembawaannya yang ceria membuatnya sering dibilang anak TK salah masuk sekolah.

Namun, Sivia sama sekali tak peduli. Yang penting Tania adalah gadis yang baik – meskipun kadang menjengkelkan seperti tadi.

"Ada apa memangnya?" Sivia bingung. "Jangan bilang ini soal sepupu kesayangannya Sheilla?" Tania mengangguk cepat. Mulai tidak sabar dengan kisah yang mulai ramai diperbincangkan di kelasnya.

"Tan, apa aku belum pernah cerita ke kamu?" tanya Sivia dengan tatapan menyelidiknya.

Tania bingung, balik bertanya. "Cerita yang mana, Sivia?"

Sivia mendengus pelan, kemudian mendekat ke arah Tania. Menempelkan bibirnya di dekat telinga temannya, membisikkan sesuatu. Pelan.

***

halo, maafkan baru dilanjut ya. lagi hectic parah banyak tugas heheheheheh.

disini adakah yang sudah kuliah?

Sivia's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang