Enam

78 10 0
                                    

di part sebelumnya, nama Alvin mulai keluar, nih. hehe. sabar ya buat kalian yang nungguin Alvin :)

jangan lupa buat tinggalkan jejak, ya.

***

"DANIEL, DICARI BIDADARI TERCINTA, NIH!"

"WOY DAN KELUAR, DEH. JANGAN MAIN MULU!"

"OOH, YANG INI, DAN? UDAH BERAPA LAMA?"

"Hei, Sivia!"

Seseorang tiba – tiba memanggil kedua gadis yang tengah berjalan – satunya tengah menunduk sambil berusaha tak menggubris, satunya lagi sibuk celingukan mencari mangsa baru. Yang refleks membuat kedua gadis itu langsung menoleh ke sang empu suara. Laki – laki itu langsung melambaikan tangannya begitu gadis yang dipanggilnya telah menyadari keberadaannya.

"Daniel, ada apa?" tanya Sivia bingung. Sedetik kemudian, laki – laki itu bangkit dan berjalan mendatangi kedua gadis yang masih berada disana, jalan setapak yang menjadi penghubung koridor kelasnya dan laboratorium.

"Nggak ada apa – apa." Jawabnya, setelah sampai di samping Sivia.

Ify yang cukup sadar dengan kehadirannya yang sama sekali tak dibutuhkan disini, memilih mundur teratur, lantas berjalan cepat dan berpamitan pada temannya. "Oh iya, Siv, aku tinggal dulu, ya. Bye!" katanya, sambil melambaikan tangannya.

Sivia yang masih belum fokus langsung berseru keras memanggil nama gadis yang sialnya sama sekali tak digubris. Eh, dasar Ify tai. Ia menghembuskan napas kecewa, kemudian menatap laki – laki yang masih menatapnya sejak tadi.

"Halo, Sivia. Darimana kamu? Kok sampai sini?"

Wajar saja jika Daniel bertanya, seorang Sivia bukanlah tipikal orang yang senang berjalan – jalan mengelilingi sekolah yang luasnya hampir sama dengan kebun belakang milik kakeknya. Ia tipikal yang lebih memilih duduk santai di koridor depan kelasnya, atau bermain laptop di dalam kelasnya. Intinya, gadis itu bukan orang yang suka berjalan – jalan.

Baru saja gadis itu membuka mulutnya untuk menjawab pertanyaan Daniel, seseorang tiba – tiba menyela pembicaraan mereka.

"Ya nyari Abang Daniel, dong!"

Seorang anak laki – laki tiba – tiba menyembul dari salah satu pintu kelas yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri setelah berceletuk seenaknya dari percakapan mereka. Sivia mengernyit heran ketika melihat anak laki – laki yang sepertinya salah satu teman satu kelas Daniel. Karena kelas Daniel berada di tempat anak itu berdiri.

"Heh, Ray, pergi sana!" seru Daniel sambil berdecak kesal.

"Ampun, deh!"

"Ray, ngomong sama sa-" Seseorang tiba – tiba keluar dari kelas yang sama, menatap bingung pada laki – laki yang baru saja menggoda Daniel dan Sivia, tengah terkekeh sendiri di depan pintu kelasnya. Teman laki – lakinya membalas dengan gedikkan dagu, berusaha memberitahukan melalui gestur tubuhnya.

Laki – laki tersebut langsung paham. Diikutinya arah pandang anak temannya yang ia panggil Ray barusan, kemudian tersenyum manis. Menampilkan kedua lesung pipi samar yang membingkai wajah kuning langsatnya.

"Woeh, Daniel! Pejenya, dong!" serunya, kemudian melongokkan wajahnya ke dalam pintu kelas. "Oy, ketua kelas kalian lagi apel, nih, di depan!"

Apel yang laki – laki itu maksud bukan apel pagi seperti sekolah

Oh, tidak. Alarm tanda bahaya di alam sadarnya berbunyi. Sivia menghela napas panjang, mencoba bersabar dalam situasi ini. Dan benar saja, tak lama kemudian beberapa anak berbondong – bondong dari pintu kelas tersebut, menatap mereka dengan tatapan penasaran.

"Mana, sih, Daniel?"

"Itu, loh!"

"Eh, itu beneran Sivia – Sivia yang ada di facebook? Yang deket sama Daniel? Serius?"

"Iya, serius. Cantik, ya?"

"Ah, Sivia biasa aja mukanya."

Nah, kan! Ini lagi. Cemoohan jahat dari junior kurang ajarnya. Heish, begini – begini, ia kan juga senior mereka. Tak bisakah mereka menunjukkan sikap respect dan sopan padanya? Rasanya ia ingin meledak – ledakkan amarahnya pada orang – orang ini. Iya, Sivia sadar diri, kok, dia nggak secantik mereka – mereka, nggak se-body goals mereka. Lagipula, siapa juga suka dengan Daniel?

Daniel sendiri, meringis melihat sebagian teman – temannya berdiri berjejer di depan seperti patung penyambut selamat datang. Dalam hati, ia mengumpat keras – keras karena acara apelnya yang telah terganggu.

"Eum, Dan. Aku ke kelas dulu, ya!" ujar gadis itu pelan. Sangat pelan, seakan takut siapapun akan mendengar suaranya. Tanpa menunggu jawaban dari Daniel, ia pun langsung menghambur pergi. Disusul dengan sorak – sorai dari teman – teman Daniel yang masih berdiri disana.

"Sivia, jangan lupa balas SMS sama facebook!" serunya, sebelum gadis itu benar – benar pergi menjauh.

*

Heh, ayo buat misi 'asdfghjkl'! Send.

Sivia menuliskan sesuatu di wall facebook milik Daniel. Dalam hati berdoa, semoga lelaki itu lekas peka sehingga ia tak perlu menjelaskan lagi misi apa yang ia maksud. Dan berharap, semoga idenya membuat misi ini benar – benar keputusan yang benar.

Eh, memang benar, sih. Kan ia berusaha untuk mengabulkan segala do'a – do'a dari teman – teman dan junior – juniornya. Awas saja nanti kalau masih saja ada yang nyinyir padanya.

Tak lama kemudian, Daniel membalas pesan dinding tersebut pada dinding akunnya. Hal itu biasa disebut sebagai wall – to – wall atau biasa disingkat wtw. Dengan menuliskan sesuatu lewat dinding akun yang kamu tuju, lalu ia akan membalasnya lewat dindingmu. Begitu seterusnya.

Boleh, tuh. Seru kayaknya.

Oke, sepertinya IQ lelaku itu benar – benar tidak perlu diragukan. Padahal, Sivia sama sekali tak penrha membahas hal itu sebelum – sebelumnya. Mungkin, Daniel juga mulai merasa geram. Dan hanya dengan cara inilah mereka berdua bisa membalas kejahatan – kejahatan dunia maya dari orang – orang tak penting.

Sivia mengeringai senang.

"Minggu depan," gumamnya pelan, sambil menyunggingkan senyum jahat di wajahnya. "Kalian semua akan kalah."

***

di part kedepannya, dunia facebook bakal gencar, nih!

hehe, maafin ya yang jarang nongol. tiap hari aku tuh on wattpad, tapi buat nulis itu... hehehe.

Sivia's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang