Sebelas

65 6 0
                                    

hai! maafkan baru update, ya! minggu ini lagi hectic banget ngerjain tugas - tugas kuliah. wajar, sudah minggu tenang dan mau UAS. hehe. 

bantu doanya, ya. semoga uas ku kali ini berhasil dan dapat IPK yang wajar (kalau bisa naik seperti biasa sih. hehe)

oiya, buat kalian yang lagi nunggu cerita ini update, bisa juga lihat work-ku yang satunya! judulnya C (Calsium). disitu cerita tentang Tata, teman Sivia di waktu dewasa. dan disana juga ada clue tentang ending cerita ini hehehe.

***

Ecca tengah mengunyah nasi gorengnya, seketika tersedak keras saat gadis berambut sebahu itu tiba – tiba memeluk lehernya dengan kuat – yang lebh pantas disebut dengan mencekik.

"Uhuk – uhuk, uhuk – uhuk!"

Sivia, gadis yang barusaja membuat Ecca tersedak itu masih belum menyadari kesalahannya. Dengan santainya, ia menepuk bahu teman satu kelasnya itu – yang membuatnya semakin terbatuk – batuk.

"Uhuk – uhuk!"

"Eh, Ecca kenapa, sih?" tanya Sivia yang mulai tak paham temannya yang sedari tadi terus terbatuk keras. "Lagi sakit, ya?"

"Otakmu, tuh, sakit!" celetuk Ify yang baru saja datang dari kantin. "Minum dulu, deh, Ca!" ujarnya sembari memberikan sebuah botol air mineral yang ada di tangannya.

Dengan segera, Ecca meraih botol tersebut dan meminumnya dengan cepat. Sivia mengernyit bingung, tidak mengerti mengapa Ecca harus meminum air sebrutal itu. Apa Ecca lagi sakit, dan butuh minum? Hmm, mungkin saja begitu.

"Sivia, ih. Aku lagi makan eh malah dicekik. Kan, Ecca jadi kaget. Kesedak, deh."

EH? Jadi, Ecca tersedak. Karenanya? Tapi, kenapa?

"Heish, Sivia." Ify yang ada disana ikut mendelik sebal.

"Eh? Gitu? Hehe, maaf, ya, Ecca!" ucapnya sambil meringis. Merasa bersalah telah mmbuat temannya tersedak seperti itu.

"Sivia kenapa tadi, kok tiba – tiba peluk aku?"

Ify ikut menimpali dengan wajah geli nan menggodanya. "Iya, bukannya habis putus sama Daniel harusnya jadi sedih, ya? Menyendu gitu."

Raut wajah Sivia langsung berubah muram dengan seketika. "Sekali saja aku nggak dengar nama orang itu kenapa, sih?"

"Oh, Sivia mau gerakan lupakan Daniel, ya?" celetuk Wyna dengan wajah polosnya. Heish, anak ini darimana kok tiba – tiba datang? Perasaan sedari tadi hanya ada ia, Ecca, dan Ify yang juga baru saja datang dari kantin.

"Terus gantinya ke siapa?" Zenna yang berdiri di samping Wyna menimpali dengan raut penasarannya. Sementara Ify dan Ecca dengan refleks menoleh ke arah Wyna, juga dengan raut yang hampir sama.

Mendadak, Wyna gugup sendiri ditatap seperti itu. Diam – diam, ia melirik Sivia yang sepertinya tengah larut dalam pikirannya sendiri. Sepertinya gadis itu akan langsung mengamuk jika ia membeberkan rahasia ini ke teman – temannya.

"Ayo, Wyn, sama siapa Sivia sekarang?" Ecca mulai tak sabar mendengar jawaban dari bibir merah milik Wyna. Kedua teman lainnya ikut menyahut saking penasarannya.

Wyna menoleh terang – terangan ke arah Sivia, yang masih diam tak berkutik. Akhirnya ia mulai membuka suaranya, mengatakan yang sejujurnya tentang kisah cinta salah satu teman dekatnya ini. "Ke-"

"DIAM, WYN!" sergah Sivia sebelum Wyna menjawab pertanyaan teman – temannya. Gadis itu berkomat – kamit tak jelas, merasa keki dengan situasi semacam ini.

"Siapa, Wyn? Kok Sivia nggak cerita, sih?" Ify terus memaksa Wyna sambil menggoyang – goyangkan bahunya yang empuk.

Wyna jadi bingung sendiri. Kalau ia jawab sekarang, Sivia pasti membencinya nanti. Kalau ia tak jawab, temannya akan terus – terusan memaksanya. Ah, gadis itu jadi dilema sendiri. Sedangkan Sivia berdoa dalam hati, agar Wyna tak mengumbarnya sekarang. Bukan masalah apa, ia hanya malu jika kedekatannya kali ini gagal terjadi. Bisa – bisa ada gosip ia gadis gampangan, kan tidak lucu. Nanti ia dijuhat di akun facebooknya. Haduh, bahaya.

"Nanti, kalau berita Daniel Sivia udah hilang aku beri tahu, deh." Jawab Wyna akhirnya, setelah beberapa lama terdiam berpikir. Membuat Sivia menghela napas lega mendengarnya.

"Mungkin, nggak akan pernah hilang berita itu," kilah Ify yang tak puas dengan jawaban final dari Wyna.

"Iya, Sivia, tuh, jadi most wantednya adek – adek. Kemarin, waktu aku latihan vokal, si Revina – iya, guys, ini Revina si anak kelas satu tiba – tiba tanya soal Sivia Daniel. Kan aku merasa aneh." Tambah Zenna yang merupakan anak paduan suara, satu eskul dengan Revina si junior – yang berbeda kelas dengan Daniel.

"Hmm, lanjutkan, deh," balas Sivia yang mulai jenuh dengan pembasan ini. Mengapa semanya terus menerus membahas hubungannya dengan lelaki itu? Ia bosan.

"Hadeh, jangan marah, dong, Siv. Sini – sini aku ceritain tentang junior ganteng." Ify terkekeh pelan melihat wajah Sivia yang muram sejak tadi sambil berjalan menghampiri gadis berpipi chubby tersebu dan merangkulnya sayang.

Sivia menatap temannya dengan malas. Pasti tentang Alvin, Ray, atau Rio – yang ia hapal hanya itu, karena junior tampan versi Ify benar – benar unlimited. Sangat banyak. Hampir di setiap kelas, pasti ada saja yang tampan.

"Sekarang yang mana lagi, Fy?" tanya Ecca yang mulai tertarik. Ia butuh asupan junior tampan disini, mengingat teman satu angkatannya yang berwajah biasa – biasa saja.

"Eh, sebentar. By the way, ngomong – ngomong soal junior." Celetuk Sivia yang membuat teman – temannya langsung menoleh padanya.

"Kenapa, Sivia?"

"Aku sudah tau Alvin yang mana. Mukanya biasa aja, deh. Ify terlalu lebay," ujar Sivia dengan nada yang menggebu – gebu. Ia sampai meloncat – loncat saat mengutarakan hal tersebut.

"Eh, apaan sih, orang tampan begitu!" Ify berkilah tak setuju. Sivia langsung menatapnya garang.

"Ih, kaya orang tua gitu. Om – om!"

"E-eh, awas saja kalau kamu jadi suka sama dia!" ancam Ify sembari menunjuk tepat di depan wajah Sivia yang sedang tertawa puas.

Bah, mana mungkin Sivia menyukai lelaki baru besar bak om – om itu? Ia, kan, sudah punya calon sendiri. Heish. "Eh, ya enggak, lah!"

"Sheilla tuh juga suka katanya sama si Alvin." Wyna menceletuk pelan, membuat Ify langsung melotot berapi – api. Mengapa teman – temannya jadi suka kompor seperti ini?

"AH?! SERIUS? ALVIN ITU PUNYAKU! NGGAK BOLEH DIAMBIL SIAPA – SIAPA!"

"Emang sudah diterima sama si Alvin?" tanya Zenna menyindir, yang membuat Ify berdecak sebal.

Sivia's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang