Gara-gara figura 🌻

121 4 0
                                    


Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh anak kelas 12, setiap orang telah menyiapkan dirinya demi keberhasilan hari ini.

Hari ini kami kelas 12 melangsungkan ujian akhir tahap pertama.

Aku telah menyerahkan segalanya kepada sang pencipta.

Aku telah belajar, berdoa, dan bertawakan. Sekarang saatnya aku berjuang.

Semoga semua lulus dengan hasil yang maksimal sesuai dengan usaha yang kita lakukan. Walaupun terkadang usaha menghianati hasil.

Sudah beberapa kali aku mengalami rasanya kecewa, usaha yang aku lakukan berakhir sia-sia. Saat itu aku menangis meratapi adanya kegagalan, tak terima, dan menyalahkan takdir. Namun, untuk sekarang aku sudah siap menerima adanya kegagalan. Karena dengan aku gagal, aku belajar. Belajar sabar, menerima, dan mengintrospeksi diri.

"Semangat, abis ujian selesai kita akan berangkat sesuai rencana."

"Semangat juga mas pacar,"

Kebetulan aku dan Arman seruangan ujian dan mendapatkan sesi yang sama.

"Seneng deh jadi lebih semangat."

Sebelum memasuki ruang ujian kita hanya dibolehkan membawa satu pulpen untuk absensi dan kartu ujian.

Karena ujian bertatapan dengan layer, jadi kami tidak membutuhkan kertas.

Butuh sedikit lebih focus untuk menatap layer berjam-jam yang membuat pandangan sedikit kabur dan kepala yang pening.

Sesekali aku menengok jendela untuk melihat dedaunan hijau untuk menetralkan penglihatan.

Ujian tak semenyeramkan yang aku fikirkan.

Dengan beberapa waktu yang tersisa aku pun memeriksanya dan mencari celah untuk melihat mas pacar.

Arman yang bertempat duduk bersebrangan dengan ku sudah terlihat santai.

Pria itu memang selalu santai sih, sudah tak menjadi hal yang harus diherankan lagi.

Saat aku meliriknya ia pun menyadari. Dengan godaan kedipan matanya membuat aku mengangkat satu pundak.

"Love u."

Dia mengucap itu di heningnya manusia yang masih fokus dalam ruangan.

"Love u too ganteng," Saut pengawas yang sedang mondar mandir mengawasi.

Ruangan yang hening berubah menjadi ricuh. Melihat tingkah Arman aku hanya menepok jidat dan menganggap tak kenal dengan pria itu.

***

Selepas selesai ujian, aku pergi kerumah Arman untuk belajar bersama. Untuk kali ini kita hanya berdua.

Didepan pintu sudah terlihat balita cantik yang memegang pagar kecil untuk mengganjal pintu agar tidak keluar rumah.

"Ontiii, Ontiii." Sapa hangatnya jika aku mengunjunginya.

"Hallo Shasya. Apa kabar?"

Balita itu hanya tersenyum manis untuk menjawabnya.

Dia adalah Shasya, adik perempuan Arman. Usianya baru menginjak 2 tahun.

"Loh kok masih diluar ayo masuk." Ucap wanita paruh baya sembari menggendong Shasya.

Arman sedikit mendorong tubuhku sebagai kode agar aku segera masuk dalam rumahnya,

"Tantee," Ucap ku dengan menyalaminya.

"Gimana kabarnya, udah lama gak main!"

"Alhamdulillah baik banget kabar Veli, tante gimana"

"Seperti yang Veli lihat, sehat!"

Perihal Waktu (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang