Basketan 🌻

157 4 0
                                    

Sesampainya aku di garasi, mbak tertawa.

"Aku cariin mbak tau," Ucap ku sambal sedikit terpenggal-penggal

"Ayo naik, " Ucap Arman yang sudah stay di atas sepeda.

"Aku ga tau itu punya siapa,"

"Udan pake aja, punya mbak itu."

"Widih sepeda baru ni, pinjem ya mbak."

Mbak tersenyum dan mengangguk.

Mas pacar melajukan sepeda dengan sangat cepat. Aku tak akan mengganggunya, terlihat gerak geriknya yang terburu-buru.

"Hitung-hitung pemanasan." Ucap Arman dengan tetap focus

"SEMANGAT MAS PACAR!"

Arman memberhentikan sepedanya, dan turun.

"Loh kenapa?"

"Gantian yaa mas pacar cape, kayanya kamu sangat bersemangat hari ini."

Karena untuk menebus kesalahan yang membuat Arman menunggu lama, Velicia dengan senang hati menggantikan pengemudi.

Arman cukup kagum sih sama gadis itu. Cukup kuat untuk membawa Arman sampai depan lapangan tanpa mengeluh.

***

"Heyy, broo."

Membututi Arman menyalami temannya satu persatu.

Setibanya di lapangan, Veli merasa bersalah karena membuat Arman telat untuk latihan basket. Hampir sebagian dari mereka telah mulai bermain.

"Maaf ya, aku udah buat kamu terlambat." Ucap Veli dengan perasaan yang sangat bersalah.

"Aku bangga sama kamu loh,"

"Apanya yang dibanggakan?"

"Kuat loh pacar aku ini goncengin aku naik sepeda." Ucapan Arman yang sedikit menenangkan sedikit perasaan bersalah.

"Jawab aku dulu ih,"

"apaa?"

"Maaf ya, aku buat kamu terlambat."

"Iaa gpp cantik, bukan masalah besar kok." Ucap Arman dengan membenarkan beberapa helai rambut Veli yang lumayan berantakan.

"Aku tunggu kamu di sini aja gpp ya?" Dengan menunjuk tempat yang sedang ia pijaki.

"Aku titip tas."

Arman segera membuka hoodie dan langsung berlari untuk pemanasan.

Tak ingin melewatkan moment ini, aku banyak sekali mengambil foto mas pacar secara diam-diam.

Bisa saja aku memintanya untuk pose sesuka hati dia lalu memfotonya. Namun aku ingin terlihat foto yang natural

Senang sekali melihat mas pacar memakai Jersey kebanggaan ku dulu. Tanpa ragu dan malu ia memamerkannya di hadapan teman-temannya.

Padahal aku disini sama sekali tidak mengenal satu pun diantaranya, tapi kehadiran ku disambut hangat, dan rata-rata sangat friendly wanita ataupun prianya.

Biasanya jika aku menemani Arman latihan di tempat yang baru aku kunjungi, selalu saja ada omongan atau bisik-bisikan kecil yang terdengar, tak jarang pula mendapatkan tatapan sinis, dan aku selalu memisahkan diri dari mereka.

Beda cerita kalau latihan basket di sekolah, Veli sudah biasa menemani Arman jadi sudah tak menjadi hal yang harus diperbincangkan lagi.

"Jersey yang dipakai Arman punya kamu?"

Perihal Waktu (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang