Terluka🌻

67 2 0
                                    

Seperti biasanya setelah pemanasan, langsung di mulai materi.

Hari ini mendapat beberapa cara seperti lay up kanan, lay up kiri, passing dan lainnya.

Sewaktu break, ada segerombolan motor seperti biasanya yang baru saja tiba di lapangan.

Tapi untuk hari ini arman terlihat berbeda, ada penumpang perempuan di belakangnya. Perempuan dewasa yang cantik tidak seperti aku.

Seperti biasanya setiap arman datang, selalu ada teriakan "woi, doi dateng." ledekan mereka yang terkadang membuat ku malu namun lucu.

Tapi, untuk kali ini tidak ada yang mengeluarkan kata satu pun dari mulut mereka.

Saat segerombolan orang itu memasuki lapangan, suasana kini hening dan bahkan sepi tidak seperti biasanya. Hanya angin yang mampu menggerakan rambut dan pakaian milik ku. Tak ada gerakan yang aku lakukan, kita semua menghadap dan mengamati gerak gerik mereka.

Ada salah satu orang dari segerombolan teman arman dan menyeletuk mengejek.

Dengan ucapan
"Tumben lo bawa pacar! "

Awalnya aku kurang paham, siapa maksud orang yang ia ledek. Pasalnya tidak hanya arman yanh bersama penumpang perempuan, beberapa temannya pun sama.

Seketika ada yang menyeletuk,
"Awet juga ya lo man pacaran dari dulu. "

Diriku pun penuh tanya,
"Man? Untuk arman? "

Setelah mendengar perkataan tersebut sudah pasti perasaan begitu kacau.

Lapangan seperti tak berpenghuni, dunia layaknya mereka. Mereka yang hanya pantas bahagia.

Temanku pun mesih membisu. Pikiran rasanya ingin pergi dan singgah ke tempat yang nyaman lainya. Namun raga enggan untuk bangkit.

Kedua mata ini tanpa lelah terus mengamatinya. Bersama pasang mata lainnya pun ikut memperhatikan nya.

Mencoba menegarkan diri. Namun mata tak dapat membohongi. Mulut bisa berbohong. Namun hati tak dapat dibohongi.

Kembali ku asingkan diri. Dengan tatapan mereka yang menyegani.

Aku mencoba tersenyum dihadapan mereka yang telah merestui ku bersamanya. Mereka hanya menatap ku dengan iba.

Sesekali ku tertawa untuk memecahkan suasana, mereka tak merespon itu. Mereka satu persatu memelukku dan mengeluskan pundakku sebagai tanda duka.

Aku tak apa kawan, bagiku mereka terlalu berlebihan. Aku tau mereka peduli, namun cara mereka membuat ku menangis.

Beberapa kali aku bilang "aku gak papa", namun mereka balas "kamu sedang terluka. "

Aku sebelumnya belum pernah merasakan rasanya jatuh Cinta pada lawan jenis, bahkan pacaran pun belum pernah.

"Jadi ini rasanya patah hati,"

Bukan siapa-siapa aja udah patah hati duluan.

Sabar, semua ada waktunya. Setidaknya kita telah mencoba.

Kalau memang ini sebuah pengakhiran dari semuanya, itu tidak apa.

Setidaknya ku belum terlalu larut dalam sebuah perasaan.

Untuk mencairkan suasana. Eca mengambil bolu pandan untuk teman -temannya.

Satu persatu dari mereka mulai mengambilnya dengan tatapan belas kasihan kepada ku.

Hati ini begitu tegar dengan sifat ku yang ambyar.

"Terimakasih eca kuh, enakk sekali. " hanya Siska yang mampu membuka suara untuk menghiburku.

Perihal Waktu (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang