K€LAM 🌻

14 1 0
                                    

Malam itu aku begitu marah dengan keadaan. Tubuh ini sudah geram untuk tetap bertahan dalam tempat itu. Ku biarkan kaki ku menuntun kemana aku akan pergi. Ku pasrahkan pandangan untuk tetep menghadap ke depan.

Seketika laju ku semakin cepat.Aku berlari dengan kencangnya menyusuri setiap jejak jalan malam yang sudah terlalu kelam.

Pikiran yang sudah tak terkontrol dan pandangan yang sudah panas menatap laju depan.

Pria itu adalah pria kasar dengan segala ke egoisannya. Pria yang aku anggap mampu menjaga perasaan ku. Kini, dia yang telah menghancurkannya.

Dijauhkan tanpa sebab itu sangat menyakitkan, mengertilah.

"Tas ku?!" tanya Eca dengan bingung.

Karena aku telah berjalan cukup jauh, aku pun memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan.

"Ini ga ada yang mau ngejar aku apa? " harapan Eca yang mulai lelah untuk terus berjalan.

Energi ini sudah cukup terkuras, pandangan ku mulai samar nyaris tak terlihat.

Bruugh

Aku merasakan tubuh ku yang terjun dalam lubang dalam pinggir jalan. Keras sekali tubuhku menghantamnya .Pandanganku yang samar mulai tak terlihat.

Aku tidak tau apa yang terjadi selanjutnya seteleh mata ini mulai terpejam. Aku hanya bisa mendengar suara orang yang berteriak. Namun itu hanya sebentar saja. Selebihnya hilang sudah suara itu. Suara itu hilang bersamaan dengan laju kendaraan yang berlalu lalang.

***

Aku terbangun,
saat mendengar beberapa bisikan dari seseorang itu.
Bisikan itu cukup pelan. Bahkan hampir tak terdengar.

"Sadarlah. " itu ucapan seseorang yang aku dengar saat diri ini mulai sadar.

Perlahan mata ku membuka. Panas di mata ku sudah padam dengan air mata yang aku keluarkan saat melihat seseorang itu di samping ku.

Seseorang itu pun memelukku dan mengeluarkan air mata saat melihat aku terbangun dan menangis.

"Aku takut," ucapan pertama ku saat membukakan mata.

"Ada aku. " bisikan kecil itu kembali menenangkan aku sesaat.

Aku kembali menangis dalam pelukanya.

Beberapa perban menutupi tubuh ku dan beberapa bagian tubuhku pun mulai merasakan nyeri hebat.

"Aku mau pulang. "

"Ini sudah larut malam, besok akan ku antar kamu pulang. "

"Mamah dan papah ku pasti khawatir,"

"Aku sudah menghubunginya, dan aku juga telah berjanji dengan mereka akan membawa kamu pulang esok."

"Kamu tidak pulang? "

"Aku akan pulang bersamamu. "

"Bagaimana dengan kuliah mu? "

"Itu bisa ku atur. "

"Aku mau nangis lagi boleh? "

"Yang tadi belum cukup?"

"Tapi ini beda,"

"Bedanya? "

"Tangis bahagia ku yang beruntung telah memiliki pacar seperti mu. "

"Kalau itu boleh. " ucap Arman dengan singkat dan tersenyum cukup lama dihadapan Eca.

Pintu ruangan ku pun terbuka. Ku kira siapa, tidak tahunya seorang suster yang mengantarkan beberapa menu makan malam untuk pasien barunya.

Perihal Waktu (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang