Mendadak 🌻

89 2 0
                                    

Hari terakhir ujian, aku semakin cemas.

Walaupun senang aku akan menjadi mahasiswa, ada beberapa hal yang sedang aku fikirkan.

Jurusan pilihan kuliah aku dan Arman berbeda. Sudah pastinya tak bisa satu kelas yang sama.

Begitupun Universitas, belum tentu pula aku bisa satu Universitas yang sama.

"Apakah nanti aku masih bisa terus bersama dengannya ya?" Batinku.

Pasti nantiya kita sama-sama sibuk untuk menyiapkan masa depan yang lebih baik.

Bisa jadi kita jarang bertemu atau bahkan LDR?

-Duh gak bisa banget.

"Yuhu kelar."

Suara teriakan bahagia pun mulai terdengar dari masing masing Lorong sekolah.

Kami satu angkatan telah menyelesaikan segala rangkaian ujian. Sekarang tinggal menunggu hasil dan kami lulus.

Rasa cemas itu semakin berdebar di dada dan panas di pikiran. Aku takut kehilangan lelakiku.

"Kenapa diem aja? Ga senang selesai ujian?" Ucap Arman yang memecahkan pikiranku.

"Senang kok, aku mau main deh sama kamu berdua."

"Ayooo, let's go."

Pria itu tidak pernah menolak segala permintaan ku selagi itu masuk akal dan tidak menyusahkan.

Dia membawa ku ke salah satu café yang cukup terkenal dan ramai dikunjungi di dekat rumah Arman.

Aku kira dia akan membawa ku kerumahnya.

Aku berjalan memasuki café dengan mengikuti langkah Arman dari belakang.

Beberapa pasang mata melihat kehadiran Arman dengan tatapan asmara.

Aku sedikit berlari menjajarkan langkah Arman dan dengan segera menggandeng lengan kirinya. Aku membiarkan mereka tahu bawa dia milikku.

Seketika tatapan itu secara perlahan menghilang, aku pun tersenyum bahagia.

"Banyak yang liatin aku ya?" Bisik Arman dengan menerima dekapan tangan Veli.

Velicia hanya mengagguk saja.

Bagaimana jika nanti yang menggandeng lengan mu bukan aku lagi, dan bagaimana kelak aku sudah tidak berhak menggandeng lengan mu lagi dan aku hanya bisa menatap mu seperti perempuan itu.

"Duduk dimana?" Ucap Arman yang lagi-lagi sedikit mengagetkan Veli.

"Disitu boleh." Ucap Veli dengan menunjuk tempat yang akan mereka duduki.

"Kamu dari tadi bengong, ada apa?"

"Aku bingung deh tadi Jawab soal yang banyak itu apa yaa?" Ngeles Veli.

"Masa sih?" Tanya Arman denga ragu.

"Kamu meragukan aku?" Tanya Veli dengan sedikit meledek.

"OH engga aku percaya sama kamu kok beb," Ucap Arman membuat tawa mereka meledak.

Seketika makanan pun datang, Arman yang hanya memesan coffe mengambili makanan Velicia yang memesan spageti dan kentang goreng.

"Sambil nunggu hasil ujian kita jadi berangkat kan?" Tanya Arman di sela-sela menikmati hidangan.

"Oh itu, aku belum punya alat-alatnya juga kan."

"Aku baru punya beberapa, nanti kita bisa beli di bazar yang harganya agak miring."

Perihal Waktu (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang