Satu

193K 9.1K 171
                                    

Happy reading!

******

"Hai, Sugar!"

Aku semakin mempercepat langkahku ketika mendengar suara yang sama sekali tak ingin aku dengar. Pria itu sejak seminggu yang lalu terus saja menggangguku. Entah apa alasannya menggangguku, yang jelas ini membuatku risih dan tidak nyaman. Aku sudah memarahinya tapi esok paginya ia akan tetap melakukan hal yang sama. Menungguku di depan rumah dan menyapaku dengan panggilan anehnya.

"Apa kamu tidak ingin memberiku pemandangan indah lagi?"

Aku diam dan terus berjalan. Dari sudut mataku aku bisa melihat pria itu telah berhasil menyusulku dan kini berjalan di sampingku.

"Sugar, aku merindukan pemandangan indah itu."

Aku menarik napas dalam. Menenangkan hatiku yang sudah mulai panas karena emosi.

"Apa kamu tahu, aku masih ingat saat aku pindah ke sini dan disambut dengan rokmu yang tersingkap diterpa angin."

'Sialan!' makiku dalam hati. Itu adalah salah satu hal paling memalukan yang pernah terjadi. Aku bahkan tak ingin mengingatnya lagi. Tapi hal itu tidak berlaku bagi pria yang menjadi tetangga baruku ini. Dia baru pindah ke komplek ini seminggu yang lalu dan pekerjaan utamanya adalah mengingatkanku mengenai kejadian memalukan itu.

"Pergi! Jangan mengikutiku."

Aku sudah bisa melihat tempat kerjaku. Butik itu telah menjadi tempat kerjaku selama satu bulan ini. Ibuku memintaku untuk mengurus butik ini karena beliau sedang berlibur bersama ayah. Mereka berdua adalah salah pasangan paling romantis yang pernah aku kenal. Bahkan ketika mereka sudah menua pun, mereka tetap menjaga keromantisan.

"Sugar, aku pergi dulu ya?"

"Iya, pergi dan jangan menggangguku lagi," sahutku cepat.

"Yakin? Dulu kamu mencintaiku."

"Pergilah, Ken!" Aku berteriak saking kesalnya dengan pria itu. Apakah aku sudah bilang kalau tetangga baruku ini adalah mantanku saat SMA? Ya, itulah fakta yang ada. Aku sangat membencinya semenjak ia memutuskanku begitu saja. Lalu setelah bertahun-tahun tiba-tiba saja aku kembali bertemu dengannya dan parahnya ia adalah tetanggaku.

Pertemuan kembali kami pun sangat tidak mengenakkan. Aku sedang menyiram bunga di depan rumah ketika angin kencang tiba-tiba datang dan membuat rokku tersingkap hingga menampilkan dalamanku. Aku sudah mengembuskan napasku lega ketika aku pikir tak ada yang melihat kejadian memalukan itu. Tapi ternyata ada seseorang yang menyaksikan momen tak terduga tersebut.

Akibat kejadian itu pula, aku jadi tahu bahwa Kenneth Alexander adalah tetangga baruku. Aku memang pernah dengar kalau tetanggaku mau menyewakan rumahnya.

"Ken sialan. Dulu dia tidak semesum ini. Apa susahnya melupakan kejadian memalukan itu? Aku saja tak mau mengingatnya." Aku terus menggerutu sambil membuka pintu butik.

Melihat wajah Ken mau tak mau membuatku teringat akan hubungan kami semasa SMA. Ken bukanlah seorang badboy atau idola seluruh wanita. Dia hanya seorang lelaki berwajah tampan dengan otak yang biasa saja, bahkan cenderung pas-pas an ketika berhadapan dengan pelajaran matematika.

Kami adalah teman dekat sebelum memutuskan untuk menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Tiga bulan kami berpacaran, tidak ada masalah sama sekali. Lalu tiba-tiba saja Ken mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan kami setelah mengajakku makan malam romantis di restoran. Laki-laki itu memang brengsek, setelah membuatku terlena dengan perlakuan romantisnya tiba-tiba saja dia menghempaskanku begitu saja.

Aku tidak tahu apa alasannya melakukan hal itu. Yang jelas aku benar-benar tersakiti dengan apa yang telah dilakukannya. Sejak saat itu, aku membencinya dan tak sudi untuk melihat wajahnya lagi. Aku akan memalingkan wajahku jika bertemu dengannya di sekolah.

"Selamat pagi, Sayang." Aku melihat seseorang yang baru datang dengan sebuket bunga di tangannya. Aku tersenyum lebar menyambut kekasihku.

"Dean, ada apa kamu ke sini?"

"Apa aku tidak boleh mengunjungi kekasihku yang cantik ini?" Dean melingkarkan tangannya di pinggangku dan mengecup keningku.

"Aku tadi datang ke rumahmu, tapi tidak ada yang membuka pintu. Jadi aku ke sini." Dean melepaskan tangannya dari pinggangku dan menyerahkan mawar yang dibawanya.

"Terimakasih," ucapku.

"Sama-sama, Sayang."

"Nona Chia, saya mau belanja. Bisa tunjukkan letak celana dalam wanita?"

Tebak siapa yang baru saja bicara? Ya, si pengganggu yang tadi katanya mau pergi.

Kenneth Alexander...

******

Pervert NeighbourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang