15

56.4K 4.1K 82
                                    

Happy Reading!

*****

Aku melihat nama yang tertera di undangan yang baru saja aku terima. Awalnya aku tidak percaya hingga membaca deretan huruf itu beberapa kali. Aku tidak menyangka kalau mereka berdua memiliki hubungan seperti ini.

Aku mengangkat kepalaku. Menatap seseorang yang tengah duduk di hadapanku. Ia nampak gugup dan takut. Mungkin dia pikir aku akan menjambak dan mencakarnya sebentar lagi. Tentu aku tidak akan melakukannya. Aku tidak marah meskipun wanita ini telah tidur dengan Dean. Aku justru bersyukur karena berkat dirinya aku tahu laki-laki seperti apa mantan kekasihku itu.

"Jujur saja aku tidak pernah berpikir kalau yang diceritakan Dean adalah dirimu." Di mataku wanita ini adalah orang yang ramah. Ia selalu menyapaku jika bertemu.

"Aku minta maaf. Saat itu aku mabuk dan aku tidak tahu kalau Dean membawaku ke hotel."

Sekarang aku bingung. Apa yang diceritakan wanita ini sangat berbeda dengan apa yang dikatakan Dean.

"Jadi bukan kamu yang menggoda Dean? Karena dari cerita dia, dia bilang kamu yang menggodanya," tanyaku.

"Tidak. Demi Tuhan! Saat itu dia mengajakku keluar. Aku pikir tidak ada masalah karena selama ini pun kami berteman. Aku tidak tahu kalau dia punya pikiran jahat untuk membuatku mabuk. Maaf, seharusnya aku menolak tawarannya untuk meminum minuman laknat itu."

Aku menghela napas. Wanita ini sepertinya mengatakan hal yang sebenarnya. Entahlah kenapa aku lebih percaya padanya daripada Dean. Siapa pun yang benar di sini, aku rasa bukan urusanku lagi.

"Baiklah, aku usahakan datang ke pernikahan kalian. Aku harap Dean memperlakukanmu dengan baik."

"Sekali lagi aku minta maaf."

Aku mengangguk. Fika pergi setelah meminum teh yang tadi aku buatkan. Meskipun senyum terukir di bibirnya tapi aku tetap bisa melihat ekspresi kesedihan itu. Kasihan, dia terpaksa menikah dengan Dean karena adanya anak di antara mereka. Aku hanya bisa berharap kalau cinta akan tumbuh di antara keduanya.

Aku mengambil ponsel yang berada di dalam tasku, memesan taksi. Sebelum Fika ke sini, sebenarnya aku sudah mau pergi tapi karena kedatangannya aku harus mengurungkan niatku itu.

Ponselku tiba-tiba berdering dengan nyaring saat aku memakai sepatu.

"Halo?"

"Sugar, katanya kamu mau datang," ujar Ken tanpa basi-basi.

"Iya, sebentar lagi aku sampai Ken."

"Kamu masih di mana?"

"Di rumah," jawabku tanpa beban. Hari ini aku sudah berjanji pada Ken untuk menemaninya main futsal. Setelah kakinya sembuh, Ken masih belum kapok untuk bermain bola. Padahal kemarin dia butuh waktu 7 minggu untuk memulihkan kakinya.

Tante Lia sudah memarahi Ken. Tapi bagi Ken omelan ibunya itu tidak ada artinya. Dia tetap melakukan apa yang dia mau.

"Pertandingannya mau dimulai."

"Ya sudah main saja. Aku pasti datang," ujarku sambil mengunci pintu rumah. Sebenarnya Ken bilang akan menjemputku tadi tapi aku menolaknya. Aku mau pergi sendiri meskipun harus memesan taksi terlebih dulu. Setelah perdebatan yang cukup panjang, Ken akhirnya mengalah.

Setelah menunggu 5 menit di depan rumah, akhirnya taksi yang aku pesan datang juga. 15 menit perjalanan ke lapangan futsal aku habiskan dengan berselancar di dunia maya.

Begitu sampai di lokasi suara riuh langsung masuk ke indra pendengaranku. Rupanya kedatanganku bertepatan gol yang terjadi.

Aku memperhatikan Ken dari luar lapangan. Keringat sudah membasahi wajah dan tubuhnya. Perhatiannya sepenuhnya tertuju pada benda berbentuk bulat itu. Ia bergerak lincah menggiring bola dan kemudian mengoper pada teman satu timnya.

Pervert NeighbourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang