25

51.7K 3.2K 131
                                    

Happy Reading!

*****

Aku memperhatikan Ken yang tengah meringis karena menahan rasa asam di mulutnya. Padahal ini baru suapan kedua tapi ia sudah mengangkat tangannya. Tanda menyerah.

"Ken!" rajukku.

"Aku menyerah, Sugar. Belimbing ini terlalu asam untukku. Gigiku ngilu."

"Masih ada mangga muda yang belum kamu makan sama sekali," protesku. Pagi ini begitu bangun, aku ingin mangga muda dan belimbing wuluh. Masalahnya setelah aku mendapatkan 2 buah itu, aku tidak memakannya dan lebih tertarik untuk memberikannya pada Ken.

Ken menggigit mangga yang masih mentah itu. Matanya terpejam erat dan giginya mengatup rapat menahan ngilu.

"Habiskan!" Aku memberikan semangat pada Ken.

"Tidak. Aku tidak kuat. Makan yang lain saja, bagaimana?"

Aku menggeleng. Menolak usulan Ken. "Makan sampai habis."

Ken memejamkan matanya kuat-kuat. "Anak itu masih di kandungan saja sudah nakal."

Aku memukul lengan Ken. "Makan."

"Lihat deh di sana ada apa." Ken menunjuk ke arah dinding. Aku tidak melihat apa pun selain dinding yang berwarna putih.

"Tidak ada apa-apa," ucapku.

"Ah, aku pasti salah lihat. Tadi aku melihat wajahmu di sana. Memang kadang aku merindukanmu meskipun kamu di sampingku."

Aku curiga pada Ken saat melihat belimbing wuluh yang berkurang drastis. Tadi seingatku ada 3 sekarang tinggal 1. Ken pasti menipuku. Ke mana dia membuangnya? Aku memperhatikan saku celana Ken yang sedikit menggembung.

"Sugar, ini masih siang. Sudah bernafsu saja."

Aku tidak melakukan hal yang Ken pikirkan. Aku hanya memasukkan tanganku ke saku celananya dan mengambil belimbing yang ia sembunyikan.

"Sugar, kamu menyiksaku." Ken memasang wajah memelasnya. "Sudah ya? Bagaimana kalau kamu menyuruhku makan bakso saja? Atau spaghetti, nasi goreng juga boleh."

Aku menjejalkan belimbing itu ke mulut Ken. Selain supaya dia diam, aku juga ingin melihat wajah tersiksanya lagi. Sangat menyenangkan melihatnya menahan rasa asam di mulutnya. Mungkin aku bisa menambahkan jeruk nipis dan lemon nanti.

Refleks Ken memuntahkan belimbing itu. Ia kemudian mencium bibirku. Aku berusaha mendorong tubuh Ken. Tapi apa daya, suamiku itu tetap melumat bibirku seperti orang kelaparan. Ia menahan tengkukku hingga aku tak bisa ke mana-mana.

Usai Ken melepas ciumannya, aku menggunakan punggung tanganku untuk menyeka rasa asam akibat berciuman dengan Ken.

"Kamu sudah merasakannya kan? Tidak enak, Sugar. Lebih enak bibir kamu."

"Makan sampai habis Ken," ujarku keras kepala.

"Sayang, apa kamu tahu, kalau kamu cantik jika tidak menyiksaku seperti ini?"

"Jadi maksudmu aku tidak cantik sekarang?"

Ken dengan segera menangkup wajahku. Ia mengecup seluruh wajahku hingga aku berteriak karena terganggu.

"Kamu cantik, Sayang tapi lebih cantik kalau ... Baiklah, baiklah aku akan melakukannya demi kamu dan anak kita yang tampan sepertiku."

Ken tidak melanjutkan ucapannya karena aku sudah melotot. Mungkin dia tahu kalau aku bisa saja mengusirnya dari kamar seperti kemarin atau yang lebih parah, aku bisa mengadu pada ayah hingga Ken mendapat omelan panjang lebar. Beruntung jika masalah itu tidak sampai ke telinga mertuaku. Aku merasa mereka lebih menyayangiku daripada Ken.

Pervert NeighbourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang