23

57.3K 3.6K 79
                                    

Happy Reading!

****

Aku menunggu Ken sampai bosan. Dia bilang dia akan mengajakku makan malam di luar tapi sampai sekarang dia belum muncul juga. Ini sudah jam 8 malam dan janjinya adalah jam 7. Tadi sore Ken bilang untuk keluar sebentar ke distro. Nyatanya sampai sekarang masih belum pulang.

Aku kembali mengirim chat pada Ken. Dan seperti sebelumnya chat itu tidak diread. Telepon pun diabaikan. Awas saja jika dia pulang nanti, aku tidak akan memberinya maaf.

Tidak ada gunanya aku berdandan selama setengah jam tadi. Memang bukan waktu yang banyak tapi aku merasa telah menyia-nyiakan waktuku. Aku segera mengganti baju dan menghapus make upku.

"Sugar... kamu di mana?"

Akhirnya pulang juga. Aku kira dia lupa jalan pulang atau kecantol wanita di jalan.

"Sugar, kok belum berganti pakaian?"

Aku menunjukkan jam tanganku pada Ken.

"Aku minta maaf. Telat satu jam ya?"

Ken berusaha menggenggam tanganku tapi aku menjauh darinya. Enak sekali mau minta maaf begitu saja.

"Jangan marah, kan aku jadi makin terpesona."

Ken tidak membiarkanku keluar dari kamar, Ia menggunakan tubuhnya untuk menutup jalanku.

"Ayo berangkat. Kalau tidak mau berganti pakaian, tidak apa-apa. Kamu tetap cantik."

Aku tidak akan tertipu dengan rayuannya. Terlanjur kesal karena membuatku menunggu. Ke mana saja dia? Jangan-jangan dia selingkuh. Sejak 2 hari lalu Ken bersikap mencurigakan. Pernah dia menelepon seseorang pada tengah malam. Saat itu aku tidak sengaja terbangun dan mendengarnya mengatakan hal yang sangat mencurigakan.

'Jangan sampai Chia tahu. Iya aku akan ke rumahmu besok. Gampanglah nanti aku cari alasan supaya Chia tidak curiga.'

Entah dia bicara dengan siapa. Selama 2 hari ini aku menunggu Ken untuk menjelaskannya sendiri tanpa aku minta tapi saat itu tak kunjung tiba. Sekarang malah dia terlambat. Mana tidak jelas alasan dia terlambat.

"Baby, Aku minta maaf. Tadi aku harus menyelesaikan sesuatu. Aku tidak menyangka kalau memakan waktu yang cukup lama. Kamu belum makan kan? Kamu pasti lapar."

"Aku tidak mau pergi."

Ken menangkup wajahku dengan kedua tangannya. Ia kemudian menyatukan keningnya dengan keningku.

"Maaf. Nanti kamu bisa menghukumku kalau belum puas. Sekarang kita pergi ya? Aku sudah menyewa tempat untuk kita," ujar Ken dengan halus.

"Aku tidak mau, Ken! jangan memaksa." Aku berusaha melepas tangan Ken, tapi dia tetap tidak bergeming. Ia hanya memundurkan wajahnya sedikit lalu mengecup kening, hidung dan bibirku. Aku tidak bisa memalingkan wajahku karena Ken menahannya.

"Jangan menciumku!" bentakku dengan suara meninggi. Aku mudah sekali marah akhir-akhir ini dan Ken sering menjadi pelampiasan amarahku. Beberapa menit kemudian bisanya aku akan menyesal dan meminta maaf pada Ken.

"Shhh... iya aku tidak menciummu lagi." Ken menarikku ke dalam pelukannya. Ia mengusap punggungku pelan.

"I love you," bisik Ken di telingaku. Ia masih tidak melepasku meski kami sudah berada di posisi ini selama beberapa menit.

"Aku tidak mau pergi," ucapku.

"Tapi Sayang..."

"Tidak mau Ken!"

Pervert NeighbourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang