Happy Reading!
****
"Chia kenapa teriak?" tanya ibuku yang tiba-tiba saja masuk ke kamar tamu. aku merasa seperti kepergok melakukan perbuatan mesum, padahal aku tidak melakukan apa pun selain memandangi tubuh Ken. Sementara Ken langsung mengambil baju yang aku letakkan di depan pintu dan kembali masuk ke kamar mandi. Ternyata dia punya rasa malu juga, aku pikir urat malunya memang sudah putus dan tidak bisa dikembalikan lagi.
"Apa ken mengganggumu?" tanya ibu.
"Sedikit. Mama tahu bagaimana usilnya Ken."
"Bukannya itu lucu? Nanti kalau kamu menikah dengannya, rumah kalian pasti tidak akan pernah sepi."
"Siapa yang akan menikah? Anak itu masih belum mendapat restuku," sahut ayah. Ia duduk di samping ibu dan mengambil teh yang telah aku siapkan.
Sejak tadi aku perhatikan ayah tidak pernah menyebut nama Ken. Dia terus saja menggunakan kata 'anak itu' untuk menyebutnya.
"Dia punya nama Pa, namanya Ken."
"Memangnya aku harus menyebut namanya? Dia saja tidak protes, iya kan?" Ayah mengalihkan perhatiannya pada Ken yang rupanya telah selesai berganti pakaian.
"Tentu saja tidak masalah. Papa mertua bebas melakukan apa pun yang dia mau. Kita harus menghormati orang yang sudah tua, Sugar," ucap Ken menekankan kata 'tua'.
Aku langsung terbelalak begitu merasakan bibir Ken menyentuh pipiku. Berani sekali dia! Aku memperhatikan ekspresi ayah yang sudah melotot menatapku dan Ken. Punggungku tiba-tiba saja menegang, penuh antisipasi. Aku tidak mau mendapat omelan ayah malam ini.
"Ah, mereka lucu sekali," ucap ibuku memecah ketegangan di antara kami.
"Lucu apanya? Anak itu tidak ada lucu-lucunya. Eh, kamu duduknya jangan dekat-dekat dengan Chia."
Seolah menantang ayah, Ken justru menggeser tempat duduknya supaya lebih dekat denganku. Ah, cari masalah saja! Kalau begini, bagaimana mungkin aku bisa membelanya?
"K-Kau!"
Ibu menyentuh pundak ayah dan menyuruhnya untuk duduk. "Ingat jangan marah-marah," ujar ibuku lembut.
Dengan patuh ayah kembali duduk. Tapi ekspresinya tetaplah galak menurutku. Ia menatap Ken dengan tajam seolah ingin mengulitinya sekarang juga. Aku yakin jika tidak ada ibu di sini, ayah sudah memukul Ken dengan sesuatu. Sudah menjadi hobi ayah untuk menghukum Ken.
"Papa, sudahlah berikan restu pada Ken. Chia juga sudah setuju untuk menikah dengan Ken. Tidak baik menunda pernikahan kalau kedua belah pihak sudah siap."
"Aku lapar, apa tidak ada makanan?" tanya ayah mengalihkan pembicaraan.
"Sebentar lagi, tadi aku sudah memesan makanan," ujar ibu mengikuti kemauan ayah untuk tidak membahas mengenai pernikahan.
Di bawah meja, Ken menyentuh tanganku dan menuliskan beberapa huruf di telapak tanganku. Awalnya aku tidak terlalu memikirkannya karena aku lebih fokus pada percakapan orang tuaku tapi begitu mereka diam aku jadi memperhatikan apa yang sedang ditulis oleh Ken.
I.N.G.I.N M.E.N.C.I.U.M.M.U
Tanpa ragu, aku menginjak kaki Ken. Senyum puas terukir di bibirku ketika melihat Ken yang meringis dan mengaduh pelan. Masih saja berpikir mesum padahal ada orang tuaku di sini.
"Ken, kamu kenapa?" tanya ibu, melihat perubahan ekspresi Ken.
"Tidak ada apa-apa, Mama mertua. Chia nakal mencubitku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pervert Neighbour
RomanceBertemu mantan saja sudah membuatku tak keruan apalagi jika sang mantan justru tinggal di samping rumah dan mendekatiku lagi seperti tidak pernah ada salah di masa lalu. "Rasanya aku ingin pergi dari sini daripada melihat wajahnya setiap hari." -Ch...