🍃MCD-9👉Pelukan{}👈🍃

1.4K 80 3
                                    

Typo's harap tandai✔

=×=×=×=×=×=×=×=×=×=×=

"Aaaawwwww," Agatha meringis ketika pisaunya mengenai telunjuk kirinya. Dan lebih parahnya, jarinya teriris. Seketika darah segar keluar dari sana.

"Ada apa?" Mike dan Mira dengan panik menyambangi Bi Mirna dan Agatha yang berada di dapur.

"Papiiiii, liat telunjuk aku. Berdarah, Piiiii. Telpon ambulan cepet Pi, adduuuhhh, aku gak kuat. Ini tuh lebih sakit dari pada dicuekin Rijal, aduuuhhh. Ambulan, ambulan Pi, cepet telpon. Kayaknya aku masuk UGD deh," mulai, 'kan drama Agatha.

"Hush, ngomongnya UGD-UGD. Udah, cuci sana jangan dibiarin. Nanti minta Mira obatin. Lebay, kamu. Sini Papi cuciin," Mike menuntun Agatha menuju kamar mandi, tapi Agatha masih diam ditempat. Tak mau jika lukanya terkena air.

"Nggak mau, ah. Nanti perih. Nanti kalo kena air, aawwwwww!" Mike langsung mengguyur jari Agatha dengan segayung air bak. Putrinya ini kala dibiarkan, akan semakin banyak mengatakan hal yang melantur kemana-mana. Masa' keiris pisau sampai dibawa ke UGD?

"Papi, sakit ihhh. Bukan Papi yang rasain sakitnya, tapi aku. Aku, Pi yang sakit, hikss," dengan segera ia menarik tangannya dari pegangang sang Ayah. Pasalnya, Agatha jarang sekali terluka. Makanya, luka sekecil apapun akan ia besar-besarkan rasa sakitnya. Ya, meskipun Agatha tak menampik jika lukanya ini lumayan perih. Apalagi pisau yang tadi melukainya sudah berkarat. Ia jadi takut tangannya terkena infeksi.

"Ya, maaf. Papi kan cuma mau bersihin darahnya. Yaudah sana minta Mira obatin," ujar Mike.

"Dasar, Papi yang tak berperi keanakan." Gerutu Agatha seraya meninggalkan Mike di kamar mandi.

÷
÷
÷
÷
÷

"Udah atuh neng, gak bakala apa-apa juga. Lukanya gak besar kok," ucap Bi Mirna menenangkan. Sehabis menerima perlakuan tak mengenakan dari Mike tadi—disiram secara tiba-tiba, Agatha langsung mengadu kepada Bi Mirna yang sudah kembali ke kamar setelah menyelesaikan memasak sayurnya tadi. Berniat mengajari Agatha, eh malah Agatha membuat heboh dapur sempitnya.

"Tapi sakit, kan Bi," ujar Agatha memberengut. Masih meniupi telunjuk kirinya yang tadi diobati Mira. Agatha langsung merayap, mendekat ke arah Bi Mirna yang sedang duduk di atas kasur lapuknya.

Agatha memeluk tubuh ringkih Bi Mirna yang tersenyum lalu mengusap pelan rambut Agatha.

"Belum keramas, neng?" Mendengar itu, Agatha langsung menarik dirinya lagi, menjauh dari Bi Mirna. Lalu mengendus rambut panjangnya.

"Bau ya, Bi?" Cengirnya. Memang, dalam situasi apapun Agatha tidak punya malu.

"Nggak, hanya saja aromanya tidak enak," gurau Bi Mirna diakhir kalimatnya. Yang mana, perkataan itu justru membuat Agatha semakin menekuk wajah cantiknya.

"Ye, itu sama aja kalo Bibi itu bilang rambut aku bau,"

"Ini sayurnya gak akan pada makan gitu?" Ujar Mira tiba-tiba sambil membawa semangkuk sayur yang tadi di buat Ibunya, juga segelas air putih kedalam kamar.

"Mira, mauuuuuu," Agatha langsung menyambar mangkuk yang dibawa Mira, dan langsung menyuapkan sesendok kedalam mulutnya.

Woaahhh, tak sia-sia ia memasak. Rasanya sungguh manpol. Mantap pooollll!

"Ih, cobain deh Bi. Ini sayur buatan aku enak banget, masa," Agatha menyuapkan sesendok sayurnya kedalam mulut Bi Mirna.

"Gimana Bi? Enak 'kan?" Yang mana pertanyaannya itu di balas anggukan oleh Bi Mirna.

My Crazy Daughter|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang