🍃MCD-32👉Ssstt💄👈🍃

1.5K 86 6
                                    

Typo typo i owe you💛

***

Ruangan penuh cat putih berbau khas itu dipenuhi lima orang sekaligus, bibi yang sedang tidur di atas ranjang pasien hanya diam memperhatikan ketiga remaja baru meletek itu saling diam-diaman, begitu pula dengan Mike. Agatha yang duduk di samping Mike sedangkan di seberangnya ada Mira duduk di kursi dekat ranjang, jangan lupakan Rizal yang berdiri tak jauh dari, ekhem ... pacarnya. Mira.

"Bibi kalau ada apa-apa bisa hubungi saya," Mike beranjak dan mendekati sosok ringkih itu. Tangannya yang mulai keriput bergerak ke arah putrinya.

Kamu pindah, biar Mike duduk di situ.

Dan Mira mengerti, dia bangkit dan matanya menyusuri di mana lagi ia akan duduk. Beberapa bulan mengurusi sang ibu yang kesulitan berbicara menjadikannya amat khatam dengan kode-kode kecil yang diberikan. Contohnya gerakan tangan tadi.

"Sayang geser, itu Mira mau duduk juga." Mike melirik sekilas sang putri yang belum mengeluarkan suara setelah tadi di mobil. Agatha bergeser ke sudut kursi dan memandang layar ponsel yang sengaja ia hidup-matikan.

"Apa kabar?" Mira mengubah posisinya, kedua lututnya menghadap ke arah Agatha meskipun yang ditanya masih bergeming, tak mau melihat ke arahnya. Ke depan pun tidak, karena tahu ada Rizal yang tidak ada pegalnya berdiri sedari tadi.

Mira yang canggung, bingung harus melakukan apa lagi. Namun dengan kilat, Agatha beranjak dari duduknya dan keluar ruangan, berlari entah ke mana. Semua mata mengarah kepadanya. Mira yang juga tidak tahu menahu hanya menjawab dengan gelengan saat Mike bertanya.

Apa dia nggak nyaman ya deket aku? Atau dia jijik mungkin duduk bareng.

Semua pikiran yang berkecamuk musnah begitu saja digantikan rasa kaget yang luar biasa setelah apa yang didapatinya di layar ponsel Agatha yang tergeletak di sampingnya. Ada tetesan darah di sana. Mira segera pamit dengan alasan hendak ke toilet dan langsung saja matanya berpencar mencari keberadaan sahabat dengan khawatir.

Dia mungkin tidak tahu letak toiletnya.

Mira berlari ke arah belakang dan menemukan Agatha yang mendongkakkan wajah sambil mengusap hidungnya dengan tisu yang entah kapan gadis itu beli.

"Ta, lo nggak papa?" Mira terengah saat mendapati Agatha dengan santai menoleh ke arahnya dengan tisu hampir penuh dengan cairan kental berwarna merah itu. Lalu tanpa menjawab Agatha mengganti tisu lain untuk mengusap darahnya. Sudah ada dua tisu yang tergeletak di bawah dengan tetesan darah di sana.

Agatha mengerutkan kening, mungkin merasa sedikit pening.

"Duduk di sini Tha, gue beli minum dulu ya," Mira hendak menuntun Agatha namun tepisan yang diterimanya.

"Nggak usah."

"Idung lo bedarah. Gue panggilin bapak ya?" Dia hendak berbalik dengan niat memberitahu Mike namun syukurlah seseorang yang lebih dulu datang itu membawa sebotol air dan langsung saja ia rebut lalu memberikannya kepada Agatha.

"Minum Ta," Agatha menerimanya, namun bukan untuk diteguknya melainkan dibasuhnya seluruh wajahnya dengan air mineral itu.

"Kamu kenapa?" Rizal yang juga kaget mendapati Agatha seperti itu tidak bisa menyembunyikan raut kekhawatirannya apalagi dengan wajah pucat Agatha masih memasang wajah jutek.

"Panggilin pak Mike, dia kambuh lagi." Mira hendak mendorong Rizal agar berlari menjemput Mike.

"Kambuh?" Rizal mengguman tak mengerti.

"Nggak usah ish!" Agatha duduk di atas semen pembatas tanaman dan memijit pangkal hidungnya berusaha untuk menghilangkan pening yang semakin mendera.

My Crazy Daughter|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang