🍃MCD-14👉Ranking 1👈☝🙌🍃

1.1K 73 0
                                    

Anak kecil itu menangis dengan buku tebal warna marun di tangannya. Di belakangnya ada seorang guru muda yang cantik sedang mengikuti langkahnya.

"Huuuhuuu, ibu gulu jahat, huuuuuu." Tangan kanannya menutupi mata basahnya. Sedang di belakangnya, sang ibu guru tampak bingung dengan si anak. Pasalnya buku marun yang berisi nilai mata pelajaran itu yang membuat anak itu menangis.

"Agatha, dengerin ibu ya. Buku punya kamu ini isinya lebih bagus dari pada Budi sama Adit. Kamu yang paling bagus, hem," dengan sabarnya sang ibu guru memberi penjelasan yang hampir sama initinya itu. Namun anak perempuan itu masih menangis seperti sebelumnya. Dan tangisannya semakin menjadi.

"Nda mau, bu gulu gak adil! Huuuuu, ibu jahat huuuuu," dan sekarang, harus bagaimana lagi menjelaskan pada anak di hadapannya ini? Sudah berbagai cara di lakukan tetap saja ia tak mau mengerti. Tangisannya reda saat seorang pria datang dari arah belakang. Suasana siang hari di taman yang tak jauh dari sekolah lumayan terik. Apalagi setelah aksi kejar-kejaran antara sang guru dan muridnya yang tak mau reda tangisnya semakin membuat baju yang di pakai bocah itu basah, perpaduan air mata dan keringat tentunya.

"Atha, sini ibu lap dulu leher sama dahinya ya, pasti panas banget kan? Duduk dulu di bangku sana, yuk." Si ibu guru mengeluarkan sapu tangan dari dalam tasnya berusaha mengeringkan bagian tubuh anak kecil berkepang dua di hadapannya ini. Tetapi si anak malah menghindar dengan berlari ke belakang tubuhnya. Yang ia kira hendak mendekat kepadanya ternyata bukan. Agatha langsung memeluk kedua kaki pria tadi. Pria di belakangnya.

"Papiiiiii, huhuhuuuuu. Mau pulang, gak mau sekolah di sini lagi, mau pulang huuuuu," ia mendongkak menatap sang ayah yang memandangnya dengan penuh keheranan. Mike yang menunduk melihat sang putri pun berjongkok-berusaha mensejajarkan tingginya.

"Loh, anak papi kenapa? Kok nangis?" Mike tanpa ragu mengelap sisi wajah anaknya yang basah tanpa bantuan tissue atau apalah itu. "Kenapa? Jatuh? Mana yang sakit?" Yang di jawab oleh sang anak dengan gelengan. Bibirnya masih saja mencebik. Dengan napas yang putus-putus akibat kebanyakan menangis.

Dengan telunjuk mungilnya, ia mengalihkan pandangan sang ayah kepada ibu guru yang sedari tadi hanya diam tanpa bergerak kecuali tangan yang mengelap wajah berkeringatnya.

"Ibu gulu jahat!" Katanya emosi. Mike meringis melihat ke arah sang guru. "Loh, kenapa jahat?" Mike mengendong Agatha yang masih sesegukan.

"Siang Pak," sapa ibu guru ramah. Yang mana juga di jawab Mike sopan.

"Begini, Agatha menangis karena nilai rapotnya,"

~

"Jadi gitu?" Setelah melepaskan sepatu sang anak, Mike meletakkan tas sekolah Agatha di sofa. Tak lupa menarik putri kecilnya duduk di pangkuannya.

Agatha mengangguk pelan, masih dengan bibir mencebik. Dengan ragu pandangannya bertemu dengan mata Mike. "Apa benel Pi kata bu gulu tadi?" Mike tersenyum geli melihat tingkah pola putri semata wayangnya ini. Menggemaskan.

"Memangnya yang ada di pikiran kamu apa? Coba Papi mau denger."

"Ya, bu gulu gak adil aja Pi. Masa Budi di kasih sepuluh aku cuma satu?" Bibirnya siap-siap mengeluarkan tangisnya lagi. Tapi Mike langsung tertawa kencang yang membuat tangisan tak jadi keluar dari bibir mungilnya.

"Sayang, dengar. Itu artinya anak Papi ini pinter, oke. Pinter itu sama dengan bagus, baik. Syal anak yang baik, bukan begitu?" Agatha mengangguk polos mendengar pemaparan Mike. "Terus, kenapa nangis?"

"Huuuuuu, masa Adit dapet 10, Budi dapet 6, kok aku cuma dapet 1?" Pria di hadapannya ini malah cekikikan. "Papi!" Agatha kesal, pasalnya Mike tak henti tertawa terbahak. Saat ia hendak bangkit dari pangkuan Mike, tubuhnya malah di tarik, masuk ke dalam pelukan hangat sang Ayah.

"Muaaaahh, makasih ya sayang selalu bahagiain Papi." Senyum tulus itu yang selalu Agatha suka. "Jadi gak papa aku cuma dapet satu?" Ia mengacungkan telunjuk kanannya. Mike mengangguk pasti. "Gak papa. Justru kamu harus dapet angka satu itu terus. Sayang, satu itu bukannya sedikit. Tapi banyak. Begini, kalau Budi cuma dapet enam, Adit sepuluh, dan kamu cuma satu," ia mencoel pipi putrinya yang gembul. "Itu artinya kamu istimewa. Susah loh dapetin peringkat satu. Dan kamu adalah pemenang sayang. Karena hanya satu yang patut kamu dapatkan. Oke, karena hari ini Papi senengnya keterlaluan, ayo kita makan di luar. Kamu mau makan ap-,"

Terlalu banyak mengoceh, akhirnya Agatha tertidur dalam pelukannya. Dengan masih mengenakan seragamnya pun rambut kepang dua. Ia sangat bersyukur atas anugerah yang tak pernah di sangkanya ini. Memiliki putri kecil yang super polos membuat Mike teramat bahagia. Kadang kesal juga.



~~~


Hehe, apa kabar kalian? Semoga sehat ya. Sehat badan juga hati. Lanjutan Agatha sama Rizalnya nanti, ok😄.

Jum'at, 15 Februari 2019
2.30 PM
Wifi sekolah💞

My Crazy Daughter|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang