Suasana kota malam ini begitu padat, mengingat malam ini adalah malam minggu. Malam dimana keluarga bisa berkumpul bersama. Malam untuk sepasang kekasih berjalan bersama. Dan malam canggung bagi Zara.
Di perjalanan, tidak ada percakapan antara Zara dan Megan. Mereka hanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Megan yang sedang mengemudi dan Zara yang sibuk memperhatikan hiruk pikuk kota di luar jendela.
"ini masih lurus?" Tanya Megan memecah keheningan
"iya, nanti mentok belok kanan" Jawab Zara.
Megan mengemudikan mobilnya sesuai intruksi Zara.
"itu rumah saya, yang pagar hitam"
Megan segera memberhentikan mobilnya di depan rumah Zara.
"makasih banyak ya pak" Ujar Zara menoleh pada Megan. Namun Megan hanya memandang lurus ke depan.
"hm" Jawabnya
"kalau begitu saya turun, sekali lagi makasih"
Zara membuka pintu, berniat turun dari mobil Megan. Namun dia mengurungkan niatnya dan kembali menoleh pada Megan. Kekesalannya pada orang itu sudah memuncak
"pak" Panggil Zara
Megan akhirnya menoleh
"ada apa?" Balas Megan dingin
"Saya mau bicara, tolong bapak dengarkan"
"pertama, saat seseorang ditolong oleh orang lain maka dia mengucapkan terimakasih. Kedua, saat orang bertimakasih maka dijawab sama-sama. Ketiga, saat orang sedang berbica, orang tersebut menatap wajah lawan bicaranya." Jelas Zara dengan penekanan disetiap nadanya agar Megan merasa tersinggung.
Megan hanya menatap dingin lawan bicaranya, sudut bibirnya terangkat. Tak menyangka siswanya akan berani menceramahinya seperti ini.
Zara kembali membuka pintu, dan turun dari mobil. Saat ingin menutup pintu, dia kembali menatap Megan.
"satu hal lagi! Jika orang tersebut memberikan nilai C kepada saya karna saya berbicara seperti tadi. Maka dia bukan dosen profesional!" lanjur Zara, kemudian dia menutup pintu mobil Megan dengan cukup keras.
Zara membuka pagar rumahnya, bergegas masuk ke dalam rumah. Menutup pintunya rapat rapat. Dan menyandarkan punggungnya ke pintu. Jantungnya berdebar kencang karna perbuatannya sendiri.
"gue kerasukan apa sampai ngomong kaya gitu?"
"bodo amat! Yang penting gue puas. Emang cocok julukan Bagas buat orang itu, DASAR BATU GILA!" akhirnya kekesalan Zara meledak, dia menghentak hentakkan kakinya ke lantai.
***
Zara beristirahat di dalam kamarnya. Berbaring di kasur, Memejamkan mata dan mimijit pelan pilipisnya. Hari ini benar-benar melelahkan batinnya.
Zara kemudian mengambil ponsel untuk menelfon seseorang. Berharap kekesalannya hari ini bisa sedikit berkurang.
"hmm?"
"Amel gue pingin cerita, sumpah gue kesel banget!!"
"gue lagi diluar nih, nanti aja yah!"
TUTT TUTT TUTT
Panggilan telfon Zara diputus secara sepihak oleh Amel. Menambah rasa kekesalannya malam ini.
"AARRRGGGGHHHHHHHH!!!!!!" Teriaknya frustasi, sambil melempar ponselnya kesembarang arah.
Zara menarik selimutnya, berniat untuk tidur saja. Namun terdengar Bunda memanggil namanya dari lantai bawah.
Zara bangkit dari kasur, dan berjalan menghampiri Bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Last Forever
ChickLitPerjalanan untuk melupakan seseorang. Dia tidak ingin menjadi jahat. Bahagia di atas kesedihan orang lain. Awalnya dia hanya ingin menunggu, tapi kalau memang waktu tak mengizinkan. Dia akan mundur.