sakit

52 10 6
                                    

"Zara? bangun" Rini mengelus pipi putrinya yang sedang terlelap di sofa

Zara menggeliat merenggangkan tubuhnya. Kemudian mencoba membuka matanya.

"kamu kenapa tidur disni? Ini kaki kamu kenapa?" Tanya Rini sambil menunjuk pergelangan kaki Zara yang dibalut dengan kain elastis.

Zara merubah posisinya dari tidur menjadi duduk

"kemarin aku ga bisa tidur Bun, terus aku pingin nonton tv. Waktu lagi turun tangga, Kaki aku kesandung terus jatuh deh, hehehehe" Jawab Zara mencoba menyembunyikan kegugupannya

"terus ada yang luka lagi ga? Kepala kamu ga apa-apa?"

"ga ada Bun, cuma kaki doang"

"Alhamdulillah kalau begitu, lain kali kamu kalau turun tangga itu hati-hati. jangan buru-buru"

"iya Bun, kemarin kan gelap"

"alasan aja kamu ini. Yaudah bentar, biar Bunda obati dulu"

"hmm"

Pandangan Zara mengikuti Bundanya yang sedang mengambil kotak P3K. Bayangan kejadian kemarin kembali terputar di otaknya. Dia tidak menyangka Bundanya akan setegar ini. Rini bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi kemarin malam.

"Bunda lepas ya kain elastisnya"

"hmm, pelan-pelan Bun"

Rini segera membuka balutan kain elastis pada pergelangan kaki Zara. Dilihatnya kaki Zara yang membengkak dan biru

"YAAMPUN ZARA, SAMPAI BIRU GINI"

Zara hanya senyum cengingisan di depan Rini

"ayok kita bawa ke dokter"

"ga usah Bun, palingan seminggu udah sembuh"

"kamu ini ya! Kalau gitu Bunda panggilin tukang pijat"

"enggak ah, sakit"

"ZARA! KAMU TIDAK BOLEH MEMBANTAH"

"iya iya, aku nurut" Jawab Zara tidak semangat

Rini kemudian meraih ponselnya untuk menelfon tukang pijit. Zara hanya melihat kondisi kakinya yang lumayan parah.

***

Keesokan harinya

"Linda!" Sapa Rini saat Linda mengunjungi rumahnya bersama Amel

"pagi tante" Sapa Amel juga

"pagi sayang"

"Zaranya ada tante?"

"ada, di kamarnya. Kamu langsung ke atas aja"

"siap"

"yuk masuk Lin" Ajak Rini pada Linda

Amel melangkahkan kakinya menuju kamar Zara. Sedangkan Rini dan Linda memilih untuk berbicang di ruang tamu.

"woi!" teriak Amel sambil mendobrak pintu kamar Zara

"ngapin lo datang?"

"kangen lo lah"

"gue muak lihat muka lo, pergi sana!" usir Zara cuek

"emang lo ga mau pizza?"

"ll lo bawa pizza?" Ujar Zara terbata-bata

"iya" Balas Amel sengit

"mana?"

"nih" Amel mengangkat bingkisan yang berisikan pizza

"MAUUU!!!"

"jadi pertemanan kita cuma sebatas pizza aja nih?" Sindir Amel

"hehehehe" Zara hanya cengingisan mendengar sindiran Amel

Will Last ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang