Part 17

280 35 6
                                    

"Apa kabar, Steffan?"

"Baik." Sahut seorang pria tampan di layar laptop Edgar. Tatapannya tidak fokus pada layar laptopnya. Ia seperti sedang membaca sebuah berkas.

"Kau sedang sibuk?"

"Seperti yang kau lihat, aku sedang sibuk dan kau malah menghubungiku, Edgar!" sahut pria bernama Steffan itu dengan ketus membuat Edgar tertawa pelan.

"Bagaimana kabar paman dan bibi, Stef?"

"Mereka baik."

"Ah, bagaimana kabar si kecil Sean?" Sean adalah adik Steffan, umur Sean sekarang enam belas tahun terpaut empat belas tahun dari Steffan. Saat Edgar dan keluarganya pindah ke London, usia Sean masih empat tahun.

"Dia sudah tidak kecil lagi, Ed. Tingginya bahkan akan mencapaiku."

"Wah, benarkah?" tanya Edgar antusias.

"Ya, Sean selalu mengeluh karena tingginya yang berbeda dari teman-temannya. Ia berharap tidak tumbuh lebih tinggi lagi. Akhir-akhir ini ia juga bahkan sudah sering berbuat ulah, anak itu semakin sulit dikendalikan."

Edgar tertawa mendengar ucapan Steffan. Ia sangat penasaran dengan penampilan Sean sekarang, meskipun pernah melihatnya di foto, tapi Edgar ingin bertemu secara langsung dengan Sean. Sebelum keluarga Edgar pindah ke London, Sean kecil lebih suka menghabiskan waktu dengan Edgar daripada Steffan, kakaknya sendiri. Dulu, Sean adalah bocah kecil yang imut namun sekarang nampaknya dia sudah menjadi lelaki liar seperti kakaknya.

"Jika tidak ada hal penting lagi, aku akan menutupnya."

"Aku merindukanmu, Stef."

Steffan menatap layar laptopnya dan melihat sepupu tampannya sedang tertawa pelan. Sejak dulu sifat Edgar tidak berubah, ia selalu suka menggoda Steffan yang memiliki sifat temperamental. Edgar akan terus menggoda Steffan sampai ia puas— dan sepertinya sampai kapanpun Edgar tidak akan puas.

"Carilah orang lain yang ingin kau rindukan." Sahut Steffan sambil mendengus.

"Memangnya kau tidak rindu padaku?"

"Dalam mimpi pun, tidak pernah aku merindukanmu!" setelah itu video call itu terputus sepihak oleh Steffan, Edgar semakin tertawa lebar. Pasti di belahan bumi sana Steffan sedang mengumpat habis-habisan untuknya.

Meskipun begitu, Edgar tahu bahwa Steffan juga merindukan dirinya. Ia hanya terlalu malu mengakui itu, dari dulu Steffan selalu tidak mau mengakui perasaannya. Ia justru akan berkata sebaliknya dan menimbulkan kesalahpahaman pada orang-orang yang tidak mengenal Steffan.

"Aku merasa baru beberapa tahun lalu kita berebut mainan yang sama, namun sekarang kita sudah sedewasa ini." Gumam Edgar pelan.

Pikiran Edgar buyar saat telepon di atas meja berbunyi, Edgar segera mengangkatnya.

"Ada apa, Sandy?"

"Pak Jordan ingin menemui anda, Pak."

"Persilakan masuk."

"Baik, Pak."

Tak lama, Jordan memasuki ruangannya.

"Bagaiman dengan keluarga Mason?" tanya Edgar langsug to the point saat Jordan sudah duduk di hadapannya

[END] YOU FOUND ME (The Identical Girl #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang