Part 1

472 67 32
                                    


--London City--

Edgar menghentikan mobilnya di depan lapangan luas. Jarak dari kawasan hutan tadi ke kota menempuh waktu sekitar dua setengah jam. Gadis yang Edgar tidak ketahui namanya memintanya untuk menurunkan gadis itu di kota dan sekarang mereka sudah sampai di kota. Ia juga sengaja memilih lokasi ini karena di sini tidak sepi, ramai orang berlalu-lalang.

Edgar menghidupkan lampu mobil lalu menatap ke kursi penumpang di belakangnya. Gadis itu sedang tidur, berbaring meringkuk ke arah depan. Edgar menarik cepat baju terusan selutut gadis itu yang tersingkap dan menampakkan paha putihnya.

Pria tampan itu berdecak kesal, apakah gadis ini tidak bisa bersikap waspada sedikit. Mengapa ia bisa tidur nyenyak di dalam mobil asing yang terdapat seorang pria dewasa sepertinya. Benar-benar gadis ceroboh. Tanpa sengaja ia menatap kedua lutut gadis itu yang terluka dan mengeluarkan darah.

"Hei, kau! Bangun!" Edgar membuka sebelah sepatunya lalu menyodok kaki gadis itu agar terbangun, ia mengabaikan luka di lutut gadis itu. Pikirnya itu bukan urusannya, ia tidak bertanggung-jawab atas luka gadis itu. Salahnya sendiri menyeberang sembarangan.

Gadis itu mengeliat sebentar kemudian duduk dan mengucek matanya.

"Sudah sampai, kau bisa turun sekarang!"

Gadis itu menatap keluar jendela mobil, gedung-gedung pencakar langit terlihat oleh matanya. Benar, ini sudah sampai kota. Mengapa secepat ini sampainya?

"Apalagi yang kau tunggu?" Edgar menatap tingkah gadis itu yang seakan ragu untuk keluar.

"Em.. aku tidak tahu harus kemana, bolehkah malam in—"

"Tidak!!" apalagi sekarang? gadis ini punya nyali juga. Edgar tahu akan begini jadinya. Semua perempuan selalu suka meminta hal lebih. Lagi dan lagi. Seakan tidak pernah puas. Jika ia kembali menolong gadis itu, tidak menutup kemungkinan ia akan meminta hal lainnya lagi.

"Ah.. baiklah. Terima kasih, Tuan." Sahutnya pelan. Gadis itu meruntuki dirinya, seharusnya ia bersyukur tidak ditinggalkan oleh pria itu di sana. Lalu, dengan tidak tahu diri ia kembali meminta tolong.

Edgar menatap sekilas mata gadis itu yang menatapnya sendu, ia mengalihkan pandangan ke depan, menunggu gadis itu keluar dari mobilnya. Terdengar bunyi pintu ditutup, melalui kaca spion, ia melihat gadis itu masih berdiri di sana menatap ke arah mobilnya.

Dahinya berkerut ketika melihat gadis itu tidak mengenakan alas kaki, penampilannya juga kacau. Apa peduliku, pikirnya. Perlahan mobil itu bergerak meninggalkan tempat itu, dan dari spionnya ia melihat gadis itu masih terpaku di sana menatap ke arah mobilnya.

Gadis itu menghela napas pelan, sampai mobil itu menghilang dari pandangan ia tidak juga beranjak dari sana. Udara malam semakin dingin membuat ia menggigil kedinginan, mengingat ia hanya mengenakan baju terusan tanpa lengan dan terdapat robekan di beberapa bagian. Ia mendongak menatap langit malam yang gelap dan setitik air jatuh ke wajahnya. Rintik hujan.

Sebenarnya ia takut berada di tempat asing seperti ini, dan ia sendirian tapi ia tidak punya pilihan lain. Tidak mungkin dia akan kembali ke rumah orangtuanya. Tidak akan pernah lagi!

Perlahan ia melangkah dengan pelan, tidak dihiraukan beberapa orang menatapnya aneh karena pakaiannya yang lusuh dan berjalan tanpa alas kaki. Ia harus segera mendapat tempat berteduh sebelum hujan semakin lebat.

***

Ini terlihat konyol bagi Edgar, tapi hatinya tidak bisa berbohong bahwa ia tidak bisa mengenyahkan bayangan gadis bertubuh kecil itu dari kepala sialannya. Tatapan sendu yang diperlihatkan gadis itu membuat Edgar kesal terhadap dirinya sendiri. Mengapa ia bisa selemah ini hanya dengan melihat tatapan gadis itu. Ditambah wangi khas gadis itu masih tertinggal di mobilnya, ia sendiri heran bagaimana bisa gadis dengan penampilan kacau seperti itu menghasilkan wangi khas seperti ini.

[END] YOU FOUND ME (The Identical Girl #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang