Stuck in The Moment

1.7K 145 4
                                    

"Sh*t!" aku mengumpat di kamarku.

Ada chat tak terbaca di ponsel-ku. Aku tak ingin membacanya, aku juga tak ingin membalasnya.

Dari Jungkook.

Aku menghempas diriku ke tempat tidur dan menangis di atasnya. Aku membacanya tanpa membuka chat itu.

Aku menangis karena ingat kami harus sembunyi-sembunyi jika ingin pergi berdua seperti ini.

Dia mengirim pesan chat lagi dan lagi. Aku membukanya. Terpaksa.

Bagaimana kalau kita kencan? 07.05

Y/n 07.09

Y/nnnn!! 07.17

Tdk bisa tae 07.20

Ayolah, kita bisa pergi diam2
sprti biasanya 07.20

Lagi-lagi aku tidak membuka chat itu. Dia akan terus memaksa jika tanda dua centang itu berwarna biru.

Aku berdiri dan menghapus air mataku, lalu berjalan ke arah pintu kamarku untuk menemui kedua orang tuaku, yang sialnya sudah sejak tadi menunggu di depan pintu itu.

Kubuka pintu kamar, lalu tersenyum, yang terlihat sangat bodoh di mata mereka. Aku bisa menyimpulkan begitu karena mereka mengerutkan kening ke arahku.

Aku meraih tangan ayahku yang diulurkan padaku. Menggigit bibir bawahku sendiri dengan keras.

Malam ini, hubunganku dengan Jungkook akan berakhir.

[]

Aku benar-benar ingin menghentikan waktu dimana hubunganku dengannya belum berakhir seperti sekarang ini.

Tapi itu tidak mungkin. Ini bukan negeri dongeng, ini dunia nyata.

Aku menutup mata untuk sesaat. Dan saat membukanya lagi, aku sudah berdiri di dekat sebuah kursi makan.

Aku duduk.

Jauh di depan sana seseorang kuharap duduk di depanku, melihatku dengan tatapan pedih.

Hatiku lebih pedih.

Aku akan menghampirinya.

Andai aku bisa.

[]

Kami selesai makan, dan sekarang sedang berjalan menuju mobil.

Di tengah jalan, aku menoleh ke belakang.

Satu hal yang membuatku tersenyum kecil, dia mengikuti kami. Walaupun jalannya menunduk.

Ibu yang menyadari jalanku melambat, mendorong punggungku agar berjalan lebih cepat.

Tapi itu bukanlah aku jika menurut begitu saja.

Aku berjalan mundur pelan-pelan agar tidak ketahuan. Lalu, saat sudah mulai agak jauh, aku membalikkan badanku dan meraih tangan Jungkook, kemudian berlari sambil menariknya agar mengikutiku.

Beberapa ratus meter kemudian, napasku mulai habis.

Jungkook menyadarinya, ia berjongkok di di depanku dan men menggendongku di punggungnya.

Aku yang masih berada di punggungnya menoleh ke belakang.

"Mereka mengejar kita menggunakan mobil!"

"Tenanglah, mobilku hampir dekat."

Jungkook berhenti dan menurunkanku di sebelah sebuah mobil beberapa puluh meter kemudian.

Dia membukakanku pintu mobil di sebelah pengemudi. Setelah aku duduk dengan nyaman, dia bergegas ke kursi pengemudi, mencolokkan kunci, dan menjalankan mobil dengan ngebut.

Aku memasang sabuk pengaman, dan kemudian memasangkan sabuk pengamannya yang lupa dia kenakan.

"Makasih," ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan di depan.

Aku tersenyum kecil. Wajahnya dari samping tampan sekalii...

[]

"Kita ke mana? Ini di mana?" tanyaku bingung. Bangunan di depanku sekarang ini sama sekali tidak kukenali.

"Ini villa orang tuaku," jawabnya, lalu keluar dari pintu di sebelahnya.

Baru aku akan membuka pintu di sebelahku, Jungkook sudah lebih dulu membukanya. Aku hampir jatuh andai saja dia tidak menahan tubuhku.

"Masuk saja, ada pembantu di sana, aku mau menyembunyikan mobil dulu."

Aku mengangguk.

Tapi baru selangkah, aku berhenti, dan berbalik lagi ke arahnya.

"Kenapa?" tanyanya yang baru akan masuk lagi ke dalam mobil.

"Aku, 'kan, belum pernah bertemu pembantumu, itu artinya dia juga pasti belum pernah bertemu denganku. Kalau aku disangka pencuri bagaimana?"

Dia tertawa kecil. "Katakan saja Y/n, dia pasti akan langsung mengerti."

Aku menghela nafas lega dan kembali berjalan pintu masuk villa itu.

[]

Segini duluu. Hehe

Spring BTS ImaginesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang