Stuck in The Moment [2]

1.3K 130 5
                                    

"Siapa kamu?!" seorang wanita mengacungkan sapu ke arahku sambil melihatku galak.

Aku jadi menahan nafas.

"A-aku Y/n," jawabku gugup.

"Ooohh.. Non Y/n."

Dia menurunkan sapu-nya.

"Silakan masuk ke dalam." Dia meraih punggungku untuk mengikutinya.

"Ini kamar Non."

Aku melihat seluruh isi kamar itu. Kamar yang cukup luas untuk ukuran kamar tamu.

Pembantu mengucapkan permisi untuk melanjutkan pekerjaannya. Dan aku pun duduk di atas tempat tidur itu.

Tok. Tok.

Seseorang mengetuk pintu kamar yang kutempati.

Aku berdiri dan membukanya.

Jungkook.

"Ayo makan camilan," ajaknya.

Aku menyambut uluran tangannya, berdiri karena ditariknya dengan lembut.

"Masih suka coklat, 'kan?"

[]

Di ruang makan, dia memberiku coklat batangan ber-stik es krim.

Aku menjilatnya seperti sedang memakan es krim.

"Mm.. enak!"

"Pembantuku membuatnya sendiri," jelasnya.

"Dia multitalent, ya," kataku.

"Harus," jawab Jungkook, "kau junga harus multalent, kau 'kan, perempuan, Calon Istriku.."

Aku terkekeh. Lalu, memukul bahunya, membuatnya hampir jatuh.

Sambil memakan coklat itu, kusandarkan kepalaku di bahunya.

"Mau?" Aku menawarkan es krim di tanganku padanya.

"Melihatmu memakannya saja sudah membuatku kenyang."

"Hallahh.." Aku memutar bola mata.

[]

Tinuninuninut..(?)

Suara sirine mobil polisi mendekat ke sini.

Aku segera mencari Jungkook.

Yang ternyata sedang menggati bohlam lampu di gudang villa-nya.

"Jungkook, kau mendengarnya?"

"Iya. Suara sirine mobil polisi, 'kan?" jawab dan tanyanya.

Aku menganggukinya.

"Kita aman, tenang saja," katanya lagi, "mereka tidak akan tau kita di sini."

Dia turun dari tangga-nya, selesai mengganti bohlam itu, berjalan ke arah saklar, menyalakannya, memastikan lampu itu menyala, lalu mematikan saklar lagi.

Kemudian, dia turun dari bangku selesai mengganti bohlam lampu. Lalu, berpaling ke arahku, berjalan mendekat.

Dan tiba-tiba aku berada di pelukan-nya.

Aku membeku.

"Kau aman. Kita aman." Dia semakin mengeratkan pelukannya padaku, seolah benar-benar ingin meyakinkanku bahwa aku aman di sini.

Dia memejamkan mata, dia masih memelukku dengan sangat erat. Dan aku menenggelamkan wajahku di dada-nya.

"Kita aman. Kita aman," dia mengucapkannya berkali-kali.

"Aku percaya padamu," jawabku.

[]

Aku masuk ke kamar mandi setelah Jungkook keluar.

Saat sedang mengoleskan sabun cair ke badan, tiba-tiba ada yang mengetuk pintunya.

Aku membukanya sambil menyembunyikan diri di balik pintu itu.

Dan menghela nafas lega saat mengetahui yang berada di depan pintu kamar mandi ternyata si pembantu, bukan Jungkook.

"Tuan Jungkook membelikan pakaian ini untuk Anda."

"Oh, terimakasih." aku mengambil kresek itu dan kembali menutup pintu kamar mandi, lalu melanjutkan mandiku yang tertunda karena tadi. "Bilangkan terimakasihku juga pada Jungkook, ya."

"Iya, Nona."

Lalu, pembantu itu pergi dari depan kamar mandi.

Dan aku melanjutkan mandiku yang tertunda sejak perkapanku dengan pembantunya Jungkook tadi.

[]

Aku keluar kamar mandi dengan pakaian sudah lengkap.

"Cantik," puji si pembantu.

"Gadis-ku memang pasti cantik, 'kan?" balas Jungkook.

"Diam kau!" kataku sambil melotot galak pada Jungkook.

"Aku suka saat pipimu memerah.

"Eh- aku suka semua ekspresimu."

Aku memukulinya karena membuatku makin blushing.

"Tinggal saja di sini selamanya," pinta Jungkook.

"Iya, tinggallah, Nona."

Jungkook dan pembantunya tersemyum bersamaaan. Aku jadi ikut tersenyum kalau begini.

[]

"Gadis-ku, maukah kau jadi ibu dari anak-anakku?"

Spring BTS ImaginesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang