Dimas berjalan melewati jalan setapak yang dikelilingi gundukan tanah dengan nisan sebagai tanda pengenal, dimas sekarang berada di pemakaman.
Dengan menggunakan setelah serba hitam dan membawa se-bucket bunga mawar putih ia berjalan melewat makam-makan yang mengelilinginya.
Setelah berjalan sebentar ia akhirnya sampai pada makam seseorang, seorang gadis lebih tepatnya.
Nama 'Windy Ardiani Putri' tertulis di nisan makam itu, dimas menatap makam itu dengan nanar. Rasa bersalah selalu menyelimuti dirinya ketika berkunjung ke makam ini.
Ia lalu mulai berjongkok, mengelus nisannya dan meletakkan se-bucket bunga mawar putih itu. Dimas tak lama menangis, jujur ia merindukan gadis yang ada didalam makam ini.
Ia menyesal dengan perbuatannya 2 tahun lalu, yang membuat gadis itu merenggut nyawanya. Bahkan saat itu mereka baru lulus sekolah menengah pertama, ia berjanji akan selalu melindungi gadis itu tanpi nyatanya? malah ia yang membuat gadis itu merenggut nyawa diusia yang masih terlalu muda.
"Maaf" gumam dimas "Maafin gua win gua gak bisa nepatin janji gua sama lo" ucap dimas dengan sedikit terisak.
Hatinya merasa nyeri melihat makam ini " Kematian lo salah gua " dimas tidak bisa lagi menahan tangisannya, bebannya ia keluarkan dimakam gadis yang menjadi cinta pertamanya itu. Dimas yang selalu bersikap dingin dan tidak peduli entah pergi kemana jika berhadapan dengan gadis itu.
Sekarang, dimakam ini hanya ada dimas yang sangat merindukan gadis nya, cinta pertamanya.
Dimas menangis sejadi-jadinya mengeluarkan semua bebannya di hadapan makam gadisnya, jika dulu gadisnya itu akan memeluknya dan memberikan ketengan dengan mengelus rambut dan punggung dimas. Sekarang itu sudah tidak ada lagi, yang ada hanya makam serta nisan yang didalamnya berisi gadisnya itu.
Tapi tanpa dimas sadari, ada seseorang berpakaian serba hitam dengan hoodie dan masker yang memperhatikan dimas dengan raut wajah yang tidak bisa dibaca.
Rasa kesal, marah dan sedih bercampur menjadi satu. Tapi ada satu perasaan yang menonjol dalam dirinya, yaitu balas dendam.
Lalu ia pergi meninggalkan dimas yang masih menyesali perbuatannya.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Mila dan dinda melempar pandangan heran melihat bella yang tiba-tiba akur dengan bima.
Bagaimana tidak? bella selalu mengeluh soal kelakuan bima yang membutnya jengkel. Tapi sekarang? mereka bahkan sedang asik mengobrol berdua sambil memakan makan siang di kantin.
Tidak berdua ada ia dan dinda. Tapi ia dan dinda merasa tidak dianggap karna bella seperti asik sendiri dengan bima.
"Kok tumben akur?" bisik mila pada dinda, dinda hanya menggedikan bahu tidak tahu.
"Karma kali si bella" Ucapan dinda membuat mila semakin heran. Dinda yang menyadari raut bingung mila pun mengangguk "Kan kata orang dari benci lama-lama cinta" ucapan dinda malah membuat mila semakin bingung.
"Jadi maksud lo bella sekarang jatuh cinta sama bima?" tanya mila yang hanya di balas dinda dengan menghendikkan bahu"Maybe".
Mila lalu menatap bella dan bima untuk kesekian kalinya, ia jadi tambah bingung. Tapi mila memutuskan untuk tidak peduli dan melanjutkan makannya.
Jangankam mila dan dinda yang hanya menyaksikan. Bella dan bima saja masih bingung dengan diri mereka masing-masing. Jujur mereka merasa nyaman satu sama lain tapi mereka tidak tahu definisi 'nyaman' yang mereka rasakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAROON \LucasDoyeon\ (Revisi)
Short StoryKehidupan SMA Bima dan Bella itu warnanya maroon.Cinta,Persahabatan,Jati diri dan Perpisahan mereka alami.Kejadian itu punya satu warna dimata mereka,Yaitu Maroon. Warning ⚠ Banyak terdapat typo jadi harap maklumi