16

24 3 0
                                    

"Willy kan saya sudah bilang sama kamu. Satu-satunya cara supaya dia sembuh ya ketemu sama sahabat, keluarga bahkan orang yang membuatnya seperti ini" Jelas dokter avian yang mencoba sabar kepada willy, karna lelaki itu keras kepala.

Willy tetap menggeleng "Gak akan dok! Sahabatnya udah meninggal! Dan orang yang udah bikin kondisinya begini? udah ketemu perempuan lain yang Yang ada kalo dia ketemu sama mereka dia akan sakit dan itu mungkin dia bakal coba bunuh diri lagi dok. Saya gak mau itu terjadi lagi" Dokter avian membuang nafas lelah mendengar penuturan willy.

"Saya gak tau cara apa lagi untuk membantu adik kamu willy! "Ucap dokter muda itu tegas, willy yang tadinya menatap lurus kedepan menjadi menatap dirinya dengan pandangan yang memancarkan emosinya.

Dokter avian merasa tidaj ter-intimidasi ia malah balik menatap willy.

"Saya bawa adik saya kesya kesini untuk sembuh dok! karna dokter terkenal ahli dalam mengalami depresi pada setiap pasiennya! Jadi saya bawa adik saya ke dokter untuk di sembuhkan! Bukan malah menyuruh saya membawa adik saya pada penyebab dia seperti ini! " Willy mengatur nafas dan emosinya, ia masih belum bisa menjaga emosinya jika bersangkutan dengan orang-orang yang disayanginya.

" Tapi itu metodeny willy kamu harus mengerti!" willy menatap sengit dokter muda itu "Ada cara laim dok" setelah mengatakan itu willy pergi begitu saja dari ruangan dokter avian.

Dokter avian menyandarkan tubuhnya pada kursi kerjanya, melepas kacamatanya, dan menarik nafas mencoba menjernihkan pikiran dan meredakan emosinya.

"Kamu gak ngerti willy'' gumam dokter itu.

🍁🍁🍁🍁

Bella berjalan lambat kearah kelasnya. Ia tidak bersemangat karna tiga alasan. Pertama, Ia kedua sahabatnya tidak masuk hari ini dinda karena ia disuruh ikut oleh salah satu guru kesekolah lain untuk melakukan survei entah survei apa dan mila karna gadis itu sakit. Yah itu yang dikatakan willy. Kedua, ia tidak makan apapun sedari pagi karna mama dara tidak sempat membuat sarapan. Ketiga, yaitu bima. Bella merasa bima menajuhinya sekarang, mungkin hanya perasaannya.

Tapi tadi pagi saat ia tak sengaja berpapasan dengan bima lelaki itu bersikap dingin kepadanya. Bima tidak memberikan senyuman khasnya dan menyapa bella. Jangankan itu, bima bersikap seperti tidak mengenal bella.

Entahlah untuk sekarang bella malas memikirkan lelaki itu.

'Emang bima siapa lo? dan lo siapa dia?' batin bella lalu ia kembali fokus pada arah tujuannya. Yaitu, kelasnya.

❤❤❤❤❤

Dimas melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata tapi ia tidak fokus kepada jalanan di depannya. Pikirannya melayang entah kemana. Ada yang membuat hatinya tidak tenang.

'Krietttttttttt

Dimas melakukan pengereman tiba-tiba karna ia hampir menabrak remaja laki-laki yang sedang menyebrang.

Dimas membuang nafasnya dan membuka helm fullface nya.
Terlihat remaja laki-laki itu agak shock karna hampir tertabrak, dimas merasa sangat bersalah sekarang.

Ia lalu menghampiri remaja yang terlihat lebih muda darinya beberapa tahun.

Remaja itu sepertinya menyadari pergerakan dimas ia pun menoleh kearah dimas.

"Lo gak papakan?" tanya dimas agak canggung.

Remaja itu menghela nafasnya "Gapapa cuma kaget doank" dimas menjadi sedikit tenang.

"Maaf-" perkataan dimas terpotong oleh anak laki-laki itu "Laen kali kalo ngendarain motor yang fokus! untung gak ketabrak dan untungnya gua jadi masih bisa mundur! Coba kalo anak kecil! Udah keseret kali badannya!" omel anak laki-laki itu, dimas menghela nafasnya.

"Yaudah gua cabut hati-hati" remaja lelaki itu menepuk-nepuk bahu dimas lalu berlalu pergi meninggalkan pemuda itu.

Dimas melihat punggung remaja lelaki itu, melihatnya membuat dimas teringat akan seseorang tapi siapa? wajahnya sedikit mirip dengan temannya, mungkin.

Dimas mengusap wajahnya kasar lalu kembali kemotornya. Ia melajukan motornya dengan kecepatan normal dan sekarang ia lebih FOKUS karna tidak mau menggulang kejadian beberapa menit tadi.

Tujuan dimas sekarang hanya satu tempat, yaitu rumah dinda. Ia tidak tahu kenapa ia kesana, ia hanya merasa mungkin rumah dinda adalah tempat yang tepat untuk sekedar menjernihkan pikirannya.

Dinda mungkin bisa membantunya untuk merasa tenang karna gadis itu pandai dalam memberi masukan dan hanya dinda yang 'dekat' dengannya disekolah setelah dimas tentunya.

Yah, karna dinda sering meminta bantuan padanya soal materi yang tidak di mengerti atau dinda memintanya menjadi partner kerja kelompok.

🍁🍁🍁🍁🍁

Bima sedang menunggu seseorang yang memiliki janji dengannya di sebuah gang kecil. Bima memasukan kedua tangannya di dalam saku celana dan memasang wajah dinginnya.

Tak lama seorang lelaki berhoodie merah maroon dengan masker berjalan mendekati bima.

Bima sadar ada yang mendekat dan ia sudah tahu 'siapa' itu.
Bima masih memasang ekspresi yang sama bahkan sekarang rahangnya mengeras dan alis tebalnya bertautan.

Pertanda ia sedang menahan sebuah emosi tapi lelaku berhoodie itu tampak tenang. Ia bahkan seperti tidak peduli pada ekspresi bima.

Terbukti dari tatapan matanya yang menatap malas dan jalannya yang seperti tidak ada 'niat'.

"Langsung keintinya aja" ucap lelaki berhoodie itu tanpa melepas masker yang menutupi wajahnya " Seseorang yang lo anggap mati sebenernya belom mati dan dia yang lo jaga jadi target orang yang punya buhungan darah sama seseorang yang lo anggap udah mati eh ralat meninggal. Mungkin" bima sungguh tidak mengerti ucapan lelaki itu.

" Maksud lo apaan? jangan buang-buang waktu gw sama teka-teki gila lo!" sentak bima tapi lelaki itu tetap tenang.

" Udah jelaskan apa yang gw bilang" lelaki berhoodie itu menaikkan sebelah alisnya.

Bima mengepalkan tangannya " Gw udah bayar info apa yang lo dapet! Bukan buat denger teka-teki idiot lo! Cepet bilang apa maksud lo!" lelaki berhoodie itu menghela nafasnya.

" Lo terlalu sering emosi dan gak bisa berpikir jernih kalo lagi emosi. Gua udah kasih apa yang lo mau, bahkan udah gua kasih tau detailnya. Harusnya lo paham walaupun lo bego " bima semakin kesal dengan lelaki yang memunggunginya.

"Gw pamit. urusan gua udah selesai kerjaan gua juga udah gw lakuin" pemuda itu lalu menghadap bima.

Ia diam-diam tersenyum dibalik maskernya " Pikir ulang apa yang gw bilang, bye" ia lalu berjalan menjauhi bima.

Bima dengan kesal memukul asal tembok di belakangnya.
"Bangsat!" umpatnya lalu ia segera pergi meninggalkan tempat itu.

Maaf banget update-nya lama dan pendek 🙇 Ayok dong di Vote sama comment jangan cuma baca 😯. Hargai imajinasi penulis 😊😩.

MAROON \LucasDoyeon\ (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang