3.2

2.2K 302 13
                                    

"Jadi, janganlah kalian tergesa-gesa. Ingat pepatah, akal tak sekali tiba, runding tak sekali datang. Semua urusan tidak akan selesai secara langsung, semua membutuhkan proses. Kalian nikmati saja proses itu, Happy People!"

Naruto mengangkat sebelah alisnya ketika mendengar suara dari sang penyiar radio. Entah apa yang membuat Sasuke senang sekali mendengar suara dari benda kotak itu dibandingkan menonton TV atau berselancar di internet. Selera anak asuh Naruto terkadang sangat unik dibandingkan remaja lainnya.

Fokus Naruto balik pada mangkuk di hadapannya ketika acara radio yang disukai Sasuke usai dan sang Uchiha mematikan radio tersebut.

Perlu diketahui, sebagai pemilik rumah tipe 2LDK dan memiliki tanggungan satu orang, Naruto tidak sepenuhnya mengandalkan pembantu di dalam mengurusi urusan rumah tangganya. Pelayan yang dia sewa dari lembaga datang ke kediamannya hanya pada siang hari dari Senin sampai Jumat. Menjelang sore, empat pelayan yang disewa Naruto akan pulang. Sedangkan pada akhir pekan, Naruto memilih membereskan rumah sendiri.

Saat para pelayan tersebut bertugas membersihkan rumah, Sasuke lah pihak yang membersihkan kamar dan memasak. Naruto sama sekali tidak pernah meminta anak asuhnya untuk melakukan itu semua, tetapi Sasuke---yang beralasan terlalu banyak memiliki waktu luang---mengambil alih tugas tersebut. Padahal, Naruto sama sekali tidak peduli jika Sasuke bermain layaknya remaja normal. Ia hanya ingin Sasuke hidup dan sekolah tanpa ada beban.

Berbicara tentang bagaimana Sasuke bisa memasak, anak asuh Naruto mempelajari semua itu dari awal dia hidup bersama Naruto. Bermodal buku resep makanan dan internet, pada akhirnya Sasuke menciptakan makanan yang cukup baik untuk dinikmati bersama. Memang pada awal mencoba memasak, dapur Naruto nyaris hancur, tetapi beberapa bulan kemudian, setelah Sasuke cukup mahir menggunakan alat-alat dapur, Naruto tidak perlu lagi berbohong pada Sasuke jika dia menikmati olahan yang dibuat pemuda tersebut.

Untuk embaran saja, selain buku resep, para pelayan dan asisten Naruto turut ambil andil di dalam mengajari Sasuke memasak. Mereka semua siap sedia mendukung Sasuke di dapur. Ya, tidak ada satu pun pelayan yang mau mengambil resiko, bos mereka keracunan dan tidak bisa menggaji bawahan karena sesosok remaja yang sedang berekperimen di dapur.

.

.

Ternyata rasa makanan yang dibuat Sasuke tidak semengerikan bahan bakunya. Sop yang baru saja dihabiskan oleh Naruto memiliki rasa asam dan pedas. Setelah Naruto menyeruput tiga sendok air sop tersebut, sakit kepalanya sedikit mereda. Naruto sudah bisa berpikir jernih. Hidungnya yang mampet pun bisa bernapas lebih baik.

Naruto mengaduk-aduk air sopnya yang tinggal sedikit. Sebenarnya ia harus menaruh mangkuk bekas ke tempat cuci piring, tetapi Naruto malas untuk beranjak pergi. Denyutan pada bagian bawah tubuhnya membuat Naruto menderita.

Untuk membuang waktu, Naruto melihat ke setiap sudut ruang makan yang bergabung dengan dapur. Si pemuda memperhatikan desain dapur yang sepertinya akan dia ganti bulan depan. Well, Naruto memang memiliki hobi untuk menata ulang kediamannya. Ia mudah bosan sehingga dia sering memerintah orang untuk mengganti suasana tempat tinggalnya.

Perhatian Naruto tertuju pada punggung Sasuke. Ia nyaris tersedak oleh air liurnya sendiri saat menyadari punggung Sasuke memiliki banyak ... bekas cakaran.

Si pirang membersihkan tenggorokan. Imajinasi liar tentang kemarin malam kembali mengganggu kehidupan paginya. "Kau tidak menggunakan atasan? Kau akan masuk angin." Naruto merusak keheningan di antara mereka. Ia mencari cara agar tanda cakaran itu tidak perlu dilihat olehnya.

"Tidak perlu. Lagipula aku tak kedinginan," jawab Sasuke yang sibuk menggoreng telur mata sapi untuk dimakan bersama roti panggang.

Naruto mengerang pelan. Memang seluruh ruangan di dalam kediaman Naruto menggunakan penghangat. Jadi, tidak ada masalah bagi siapa pun yang tinggal di kediaman ini untuk bertelanjang dada walaupun di luar sana cuaca sangat dingin. Namun, pemandangan di depan Naruto membuat si pemuda malu sendiri. Ia tidak bisa melihat Sasuke di dalam keadaan seperti ini. Ia bukan tipe orang yang suka memamerkan urusan ranjang walaupun di rumahnya sedang tidak ada siapa pun, selain dirinya sendiri dan Sasuke.

Naruto sempat berpikir untuk mematikan pemanas, tetapi Sasuke bukanlah remaja bodoh. Pasti dia menyadari jika Naruto sedang merencanakan sesuatu.

"Ambil pakaianmu di atas!" perintah Naruto pada Sasuke.

"Aku sedang membuat makan pagi. Di sini tidak dingin dan tak ada angin yang berhembus kencang. Aku tidak akan masuk angin."

Naruto menarik napas dan mengembuskan perlahan. Rasanya terlalu risi jika dirinya mengatakan terganggu dengan luka yang berada di punggung Sasuke. Naruto belum siap berbicara tentang hal memalukan tersebut.

Si pemuda berambut pirang memijat pelipisnya.

Naruto yang sekarang menggunakan celana seperempat melepas kemeja putihnya. Ia yang tak enak badan dan terlalu malas untuk beranjak pergi ke lantai dua, kemudian mengambil pakaian Sasuke memilih untuk menyerahkan pakaian yang sedang digunakannya pada sang anak asuh.

"Pakailah!" perintah Naruto. Ia mengulurkan pakaian tersebut.

Sasuke bergeming. Si pemuda lebih asyik membalikkan telur miliknya ketimbang mengambil pakaian itu.

Respon cuek Sasuke membuat Naruto berdecak sebal. "Chk, berikan tanganmu! Kau benar-benar keras kepala." Si pemuda berdiri di belakang Sasuke. Ia menarik tangan anak asuhnya.

"Aku tidak apa-apa, Kak!" Sasuke menarik tangannya, tetapi Naruto menahan tangan Sasuke dengan erat.

Naruto menatap tajam Sasuke. "Tidak apa-apa bagaimana? Jika kau sakit, aku juga yang repot," alasannya.

Ucapan Naruto membuat Sasuke angkat tangan dan membiarkan si pirang bertingkah sesukanya. Sasuke tak mau pagi hari mereka dihabiskan dengan saling beradu mulut. Masih banyak yang bisa mereka bahas, selain masalah baju ini.

"Seharusnya kau tak perlu repot seperti ini." Sasuke bergumam.

"Diamlah! Biar aku bantu memasangkan kemejanya."

Patut diakui, Sasuke memang paling tidak suka jika merepotkan orang lain walaupun sosok tersebut adalah orang tua asuhnya. Si pemuda tak mau memiliki hutang budi terlalu banyak. Oleh karena itu, Sasuke selalu berusaha untuk menjadi anak baik, semisal turut serta di dalam membereskan rumah dan 'terkadang' menuruti perintah yang diberikan oleh Naruto. Acap kali Naruto risih dengan sikap Sasuke yang baik seperti itu, tetapi Sasuke tak kunjung mendengarkan ucapan orang tua asuhnya. Sepertinya, mereka memang pantas memiliki hubungan anak dan ayah ini. Mereka sama-sama keras kepala.

Naruto berhasil memasukkan bagian kedua lengan kemeja putih itu. Ia akan mengancingkan kemeja tersebut dari belakang.

Saat Naruto berjarak sedekat ini dengan Sasuke, si pemuda dapat mencium aroma tubuh anak asuhnya. Ia baru menyadari jika Sasuke memiliki aroma tubuh yang nyaman untuk dihirup.

Naruto secara iseng mengendus tengkuk Sasuke. Si pemuda seperti mencium wangi citrus, woody yang dicampur dengan merica hitam.

Suasana intim di antara mereka berdua meningkat drastis. Samar-samar Naruto kembali mengingat sentuhan Sasuke pada tubuhnya kemarin malam. Seiring pikiran kotornya terbesit, hawa panas yang berbahaya itu kembali datang.

Sasuke menolehkan kepalanya untuk melihat wajah Naruto, si pirang sulit untuk memutus tatapan mereka.

Naruto memejamkan mata sejenak. Ia menggertakkan gigi. "Ini semua sa---"

"Jadi, seperti ini tingkahmu, jika tak ada orang di sekitar kalian?" tanya seseorang dari arah belakang mereka dan membuat kedua pemuda di dalam kediaman Namikaze langsung menjauh antara satu dengan lainnya. Baik Sasuke dan Naruto melihat ke arah sosok tersebut.

Bersambung ke chapter 4 ....

Sub RosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang