Naruto menepuk-nepuk pipi sang pemuda. Ia memeluk tubuh Kyuubi. "Kyuubi, Kyuubi!"
"Naruto," lirih sang pemuda. Kedua matanya yang terpejam membuka lemah. Ia memandang wajah Naruto di tengah-tengah cahaya bunga jaksi. "Kau datang."
"Kau bertanya apa, Bodoh?" Naruto tersenyum pilu. Tanpa berpikir panjang, ia menyedot energi bunga jaksi di sekitarnya. "Tentu saja aku akan datang."
Rasa hangat menjalar di tubuh Kyuubi. Bisikan mengerikan di kepalanya memudar. Ia tak lagi merasa pusing. Sang pemuda mulai bisa melihat jelas. Ternyata, memang benar ... orang yang sekarang ini berada di dekatnya dan memeluknya adalah Naruto, sepupunya.
Kyuubi baru saja merasa lega ketika ia melihat darah yang mengalir dari sudut bibir Naruto. Namun, si rambut pirang hanya tersenyum seperti orang idiot, seolah tak merasa sakit.
"Ka---kau berdarah!" Kyuubi akan menghapus darah di sudut bibir Naruto, tetapi sang Namikaze sudah lebih dulu menghapusnya dengan punggung tangan.
Naruto menggeleng. "Jangan pikirkan, a---"
"Tubuh manusianya tidak akan bisa menerima kekuatan sebesar itu," ucap Hinata. "Setiap Naruto memasukkan kekuatan bunga jaksi ini, raganya akan mengalami kerusakan. Oleh karena itu, aku membenci tubuh lemah seperti ini. Raga seperti ini hanyalah mediator kekuatan yang terburuk."
Setiap makhluk seperti manusia, dewa, dan iblis dibentuk dari tujuh energi metafisik yang disebut cakra dan cakra tersebutlah yang membentuk jiwa. Energi tersebut terdiri dari ruang, waktu, hidup, udara, api, air, dan tanah. Energi cakra bersatu padu di dalam tubuh makhluk hidup, membentuk suatu kehidupan. Cakra yang dimiliki oleh setiap manusia berbeda-beda, setiap manusia hanya bisa meningkatkan sedikit satu atau dua jenis cakra, selebihnya raga manusia akan hancur karena tak dapat menahan dahsyatnya energi tersebut. Itu memang sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Mungkin karena manusia memiliki karakteristik senang merusak alam yang melebihi iblis, membuat Sang Pencipta memberi keterbatasan pada mereka.
Raga tidaklah lebih seperti tempat untuk cakra agar bisa menyatukan kekuatan. Dengan adanya raga ketujuh energi itu barulah bisa digunakan secara bersama-sama. Tanpa ada raga, setiap energi metafisik hanya bisa digerakkan secara sendiri-sendiri. Hal inilah yang menyebabkan sang panglima membutuhkan raga kuat setelah raga aslinya hancur. Ia tak dapat menggunakan kekuatannya secara bersama-sama dan maksimal tanpa adanya raga.
Berbeda dengan panglima iblis yang masuk ke dalam tubuh Hinata, di kala itu Naruto mengeluarkan seluruh cakranya untuk menyegel dan hanya menyisakan cakra sebatas manusia normal, dengan cakra waktu (mata ketiga) yang sedikit berlebih membuat Naruto mampu membaca memori pada setiap benda yang disentuhnya. Untuk informasi saja, cakra-cakra tersebut bereinkarnasi dan hidup di zaman Naruto sekarang.
"Naruto ...." Kyuubi meminta penjelasan dari Naruto. "Apa yang dikatakannya benar?"
"Hanya mengobati salah satu orang yang aku sayangi dan memberi sedikit luka pada tubuhku tidak akan membuatku mati," ucap Naruto. "Kau tenang saja, Kyuubi. Aku tahu batasan tubuhku sendiri." Naruto membaringkan tubuh Kyuubi di atas bunga jaksi dengan lembut. "Kau tunggu di sini. Aku masih memiliki banyak urusan dengannya."
Kyuubi mengangguk pelan.
Naruto berdiri dan berhadap-hadapan dengan Hinata. "Hinata, seperti yang tadi aku katakan di luar gua, kita masih bisa memperbaiki semua---"
"TIDAK!" jerit Hinata, tidak mau lagi mendengar ucapan Naruto. "Sekarang, apa yang harus kaulakukan adalah menuruti keinginanku."
"Hinata, kau hanya akan membuat dirimu sendiri terluka jika melukai mereka." Naruto memperingati. "Mereka manusia yang tak berdosa. Kau harus membebaskan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sub Rosa
FanfictionPairing: SasuNaru Untukku, semua diawali dari tempat yang tidak terduga dan diakhiri dari tempat yang tidak terduga---Naruto Namikaze.